Cerita ini hanya fiksi murni karangan Vie
semata... Hope you like it 💝😘😊
Jangan lupa klik tombol like, dan rating bintang 5 yak 😘
Happy Reading
***
Zee sudah menghabiskan masa sekolah dasarnya di kota kecil Brookfield kali ini dan sekarang Zee sudah menjadi murid tingkat pertama di Brookfield Junior High School.
Hari ini adalah hari pertamanya menjadi murid di sana. Zee melajukan sepedanya menuju sekolah dengan perasaan kesal karena hari pertama sekolah, menjadi siswa baru dan bertemu dengan kakak kelas merupakan pengalaman yang selalu tak mengenakkan seperti yang pernah ia dengar sebelumnya.
Zee tiba di sekolah dan memarkirkan sepedanya di parkir sepeda sekolah. Zee berkumpul di lapangan sekolah bertemu dengan teman-teman baru seangkatan dan para senior yang sok dan merasa hebat dengan status senior yang mereka sandang.
"Hai kamu lekas kemari!" seorang kakak senior menunjuk ke arah Zee.
"Kenapa kau tak memakai tas berwarna hitam seperti yang di perintahkan?" tanyanya.
Zee hanya terdiam mengangkat kedua bahunya tak mau menjawab.
"Berani ya kau tak mau menjawab pertanyaan ku!" Kakak senior itu membentak Zee.
Seseorang senior perempuan yang mengunyah permen karet lalu mengeluarkan permen karetnya dan menempelkannya ke bagian bokong Zee di rok ungunya.
"Hei apa yang..." suara Zee tertahan dengan tatapan dan jari kakak senior yang menunjuk pada Zee.
"Kalau kau sedari tadi ingin diam, maka diam lah atau aku akan memberi mu hukuman yang lebih dari ini." ucap nya berbisik dan menjambak rambut Zee
Jika tak ingat pesan nenek ingin rasanya ia melempar kakak seniornya itu ke udara atau menenggelamkannya di sungai penuh piranha. Sayang neneknya melarangnya mengeluarkan kekuatan sihir dan menggunakannya kepada manusia biasa.
Saat jam istirahat Zee langsung menuju toilet sekolah.
"Huh apa - apaan ini, masih ada saja sekolah yang mengadakan pengenalan pada anak baru dengan cara seperti ini, ini adalah penindasan."
gerutu Zee di cermin toilet wanita sekolahnya, rok ungu nya penuh dengan permen karet yang lengket pemberian dari para senior karena kebodohannya yang tak mau menjawab pertanyaan seniornya.
"Kau masih beruntung hanya seperti itu, lihat aku, mereka menggunting rok dan kemejaku." sahut anak perempuan berambut ikal berwarna coklat dari dalam kamar mandi menghampiri Zee yang sedang bercermin.
"Tega sekali mereka melakukan itu padamu." ucap Zee melihat sekilas lalu membersihkan kembali permen karet yang menempel di rok nya.
"Yah apa daya kita para junior mau membangkang saja pasti di tandai di sekolah ini." ucapnya
"Apa para guru dan pemilik sekolah mendukung kegiatan ini?" tanya Zee.
"Tentu saja, kan kebanyakan para senior adalah donatur sekolah ini, kebanyakan dari mereka adalah anak orang terpandang di kota ini." ucap nya masih sibuk merapikan rambut ikalnya.
"Mau ku bantu?" Zee mencoba menawarkan bantuan.
"Boleh oh iya ngomong-ngomong hai aku Dorothy." anak perempuan itu mengulurkan tangannya.
"Hai aku Zee." Zee menjabat tangan Dorothy tanpa memandang wajahnya.
"Di bagian itu masih ada, mau aku bantu juga?"
belum juga Zee menjawab Dorothy sudah maju membantu membersihkan rok Zee.
Ting Tong Ting Tong...
Bel sekolah berbunyi menandakan jam istirahat telah berakhir.
"Kelas pembantaian akan segera di mulai, kuatkan kami ya Tuhan..." ucap Dorothy.
Zee hanya tersenyum lalu mengikutinya, ia menguatkan batinnya agar mengikuti anjuran sang nenek agar tak menggunakan kekuatan sihir semaunya, toh Zee penyihir yang payah yang tak cepat tanggap seperti ibunya.
***
Di aula para senior memulai menghakimi para juniornya.
"Kau yang dibelakang sana, kemari kamu..!" ucap seorang senior menunjuk ke arah Zee.
"Zee kau dipanggil tuh sama Kak Rio." ucap Dorothy.
"Zee... Zee.... kau melamun yak." Dorothy memukul bahu Zee pelan untuk menyadarkannya dari lamunan.
"Ah apa, apa yang kau katakan barusan?" tanya Zee.
"Hei anak baru kau tuli ya ?!" sahut kakak senior perempuan disamping Rio.
"Aku?" Zee menunjuk dirinya sendiri.
"Iya kau kemari..!" ucap Rio.
Rio menyentuh rambut hitam Zee yang hitam sebahu, terasa halus dia rasakan. Zee sempat menepisnya.
"Siapa namamu?" tanya Rio dengan senyuman terpampang di wajahnya.
"Namaku Zee." sahut Zee.
"Di mana rumahmu?" tanya Rio lagi.
"Apa hmaku harus menjawabnya?" tanya Zee.
"Tentu saja semua pertanyaan senior harus kau jawab." ujarnya.
"Rose street nomer lima." jawab Zee dengan segera.
"Wah kita berada di jalan yang sama rupanya, rumahku nomer sepuluh." sahut Rio dengan mata berbinar.
"Ehm ehm Rio mau kau apakan anak ini?" tanya senior perempuan yang tadi.
"Oh tenanglah Diana, aku hanya memberinya pengarahan, sebaiknya kau kembali ke tempatmu." ucap Rio pada Zee.
Tanpa sepatah kata pun Zee langsung kembali ke barisannya. Di sekitarnya banyak anak yang diberi hukuman push up, lari mengelilingi lapangan, joget sambil bernyanyi dengan berteriak, bahkan berguling di lantai lalu berjalan jongkok.
"Ini sekolah apa pelatihan militer sih." gumam Zee.
BRUG...!!
Anak laki-laki di hadapan Zee yang diberi hukuman squatjam tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri.
"Dasar payah, dasar lemah...!" ucap kakak senior laki-laki dihadapannya.
"Andy, kau bawa dia ke ruang UKS !" sahut Rio.
Bukannya memapah anak laki-laki yang pingsan tadi tapi Andy malah menyeretnya.
"Uhg berat juga rupanya, Dan bantu aku menariknya!"
seorang yang bernama Dan membantu Andy menyeret anak laki-laki yang pingsan itu menuju ruang UKS.
Gemas sekali rasanya, ingin Zee melempar para senior itu ke langit-langit lalu menjatuhkan mereka semua membentur lantai, namun Zee hanya bisa mengepal tangannya dengan kesal.
***
Sekolah telah usai, Zee melihat Dorothy dijemput mobil mewah dengan supir yang membukakan pintu untuknya.
"Zee kau mau ku antar pulang?" tanya Dorothy.
"Tak usah, aku membawa sepeda." ucap Zee tersenyum.
"Oh baiklah, kapan-kapan aku boleh ya main ke rumahmu?" tanyanya.
Zee mengangguk pelan menuju tempat sepedanya terparkir.
Dorothy melambaikan tangan nya dari kaca mobil pada Zee.
Diperjalanan sepeda Zee mengalami pecah ban, dia terpaksa menuntun sepeda itu menyusuri satu setengah kilometer jarak sekolah me rumahnya.
Tin Tin..
"Hai Zee, mau ku antar pulang?" Rio membuka jendela pintu belakang mobilnya.
"Tak usah aku bisa sendiri."
"Ayolah rumah kita kan searah, supirku akan menaruh sepeda mu di atas mobilku." ucap Rio memaksa.
Kaki Zee memang sudah terasa pegal akibat kegiatan pengenalan bak militer tadi disekolah, akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti saran Rio, pulang bersamanya.
Seseorang memperhatikan Zee dari mobil yang berada di belakang mobil Rio, dan mengikuti arah mobil mereka pulang.
***
To be continued
Happy Reading... 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Yulita
haruskah semegerikan itu Thor ospek nya🤔🤔
2022-08-14
0
Tiinaa
apa zee akan bertemu theo suatu hari nanti
2022-08-12
0
diseret...oh my God..camp militer kali ya..its okay lah...namaya dunia Fantasi..apapun bs terjadi..yuk lanjuuttt
2022-01-20
0