Sebelum membaca klik like yak...
let's vote for me boleh yak...
apalagi koin seikhlasnya juga boleh banget...
Rate bintang lima jangan lupa...
thank u so much... love u all... 😘😍😊
***
"Paman bantu aku paman, ayo kita kembali ke rumah tua itu." rengek Zee pada Joseph.
"Aku tak tertarik dengan si pelaku kenapa kau masih saja ingin kembali." Joseph memotong kayu besar menjadi lebih kecil sebagai bahan bakar tungku perapiannya.
"Aku kehilangan flashdisk milik Joey, benda itu sangat berharga baginya." ucap Zee penuh kecemasan.
"Berapa harga benda itu biar aku yang bayar." sahut Joseph
"Kalau hanya mengganti, uangku juga cukup untuk membayarnya. Joey maunya benda itu kembali kepadanya, ayolah paman tolong bantu aku." pinta Zee masih dengan rengekannya.
"Menyusuri sekeliling rumah tua itu di malam hari hanya untuk mencari benda kecil, wah kau sungguh pintar." ucap Joseph.
"Nah kan benar supaya tidak terlihat oleh orang lain maka dari itu aku mengajakmu untuk kesana di malam hari." sahut Zee tak paham dengan ucapan Joseph yang bermaksud mengejeknya.
Tak...!
Joseph makin kencang membelah kayu besar itu dengan kapaknya dia makin kesal dengan ucapan Zee yang makin menunjukkan kebodohannya.
"Justru ide mu itu bodoh Zee, benda itu malah tidak akan terlihat." Joseph melempar kapaknya lalu duduk di tepi teras rumahnya menyeruput coklat panas yang dia buat tadi sudah berubah menjadi dingin.
"Lalu bagaimana mencari benda itu Paman?" Zee duduk di samping Joseph masih mencoba memohon dengan tatapannya itu.
"Kau tanyakan saja pada pemilik rumah itu hahahhaa." sahut Joseph asal.
"Lucu sekali paman, aku harus bilang kalau aku yang mengintip perbuatannya semalam begitu lalu dengan sekejap dia akan membunuhku hahaha paman memang pandai." gantian Zee yang mengejek pamannya.
"Kenapa kau harus takut? kau kan masih punya nyawa lain." sahut Joseph.
"Aku tak mau pindah dari sini, aku menyukai kota ini. Kota Fisher sangat menyenangkan, jadi aku tak mau mati lagi, ayolah Paman." rengek Zee sambil menggelayut manja di lengan kekar milik Joseph.
Joseph tersentak dengan sentuhan Zee, karena bagi Joseph Zee sekarang sudah tumbuh menjadi seorang wanita bukan anak kecil yang selalu bersikap manja padanya dulu.
"Ayolah paman." Zee kini menyandarkan kepalanya di paha kekar Joseph sambil melihat ke wajah Joseph yang berpaling tak mau memandangnya.
"Bagaimana jika pembunuh itu sudah mendapatkan flashdisk Joey?" tanya Joseph menghentikan aktivitas memotong kayunya.
"Ah paman benar, bagaimana jika hal itu benar terjadi, aku harus bagaimana ini paman?"
Zee menggeliat manja lalu duduk di pangkuan Joseph.
"Zee kau sudah besar tak pantas rasanya kau seperti ini padaku." Joseph mencoba melarang Zee.
"Memang nya kenapa? kau tetaplah paman Joseph ku tersayang."
Zee memeluk Joseph dan menciumi wajah Joseph bertubi-tubi seperti waktu ia kecil dulu.
"Lepas Zee, aku tak bisa menerima perlakuan seperti ini lagi darimu, kau sudah dewasa tak baik untuk ku."
Joseph melepas rangkulan Zee saat itu juga lalu berdiri.
"Tak baik untukmu? memang nya aku kuman penyakit untukmu huh."
Zee mendengus kesal
"Aku akan pulang, aku akan mencarinya sendiri jika kau tak ingin membantu." ucap Zee dengan masa kesal dan marah pada Joseph.
Joseph memandangi punggung Zee yang menghilang menuruni bukit menuju rumahnya.
***
Malam itu si keras kepala Zee yang tak bisa dilarang akhirnya dia pergi juga ke rumah tua dalam hutan itu sendirian di malam itu. Tiba-tiba terdengar suara ranting yang terinjak seseorang di belakang Zee.
"Aku tahu kau akan menjagaku kan paman." Zee tersenyum puas menoleh pada Joseph.
"Kau bisa membantuku dengan indera penciuman mu paman." ucap Zee.
"Aku tak menemukannya Zee, tak ada apapun di sini." Joseph berusaha mencari.
"Aku akan mencarinya didalam sepertinya tak ada orang, oh tidak pintunya terkunci." ucap Zee.
Zee memantrai pegangan pintu itu lalu terbuka. "Yes, berhasil, terima kasih ajaran mantra nya Blue." gumam Zee.
Ruangan itu penuh dengan bau anyir darah yang bercampur dengan aroma bunga lavender yang di letakkan di sudut ruangan.
"Kotor sekali rumah ini."
Zee tak menemukan apapun di ruangan yang gelap itu.
"Ayo Zee kita pulang." pinta Joseph.
"Apa kau yakin paman tak menemukan apapun?"
Joseph menggeleng lalu menarik Zee keluar dari rumah tua itu karena mendengar sesuatu yang datang menuju ke dalam rumah tua itu. Mereka bersembunyi mengintip dari jendela.
Betapa terkejutnya Zee ketika melihat pria itu menyeret seorang pemuda yang Zee kenal.
"Paman itu Joey, aku harus menolongnya." Joseph menarik lengan Zee.
"Jangan bodoh, tetaplah disini, aku merasakan energi yang kuat menyelimuti pria itu."
"Tapi paman itu Joey, sahabatku."
"Sadarlah Zee, temanmu sudah mati ditangannya."
Benar saja ucapan Joseph, pria itu sudah membelah dada Joey dan mengumpulkan organ jantung, hati, ginjal, pankreas yang masih segar, bahkan kedua mata Joey sudah berada di dalam toples berisi air pengawet.
Pria itu membuang penggalan kepala Joey dan jeroannya kedalam tungku. Memisahkan bagian tubuh Joey memotongnya lebih kecil-kecil dan mengirisnya. Pria itu hanya bekerja sendirian tapi rapih, cepat dan cekatan dalam memutilasi tubuh Joey.
Joseph mendekap Zee yang tak tahan untuk menangis. Zee ingat kelucuan yang selalu Joey buat kini tak ada lagi. "Ijinkan aku membunuhnya paman." Zee mengepal tangannya bersiap untuk berdiri untuk menghabisi pembunuh itu namun betapa terkejutnya Zee karena pria misterius itu menghilang tanpa jejak.
"Sepertinya dia tau keberadaan kita Zee."
"Tapi bagaimana mungkin dia hilang begitu saja."
"Aaaaarrghhh." tebasan pedang tajam di punggung Joseph membuatnya berteriak.
"Paman..!" pekik Zee.
"Lari Zee, lari..!"
"Aku tak akan meninggalkanmu."
Zee tak dapat melihat jelas wajah pria itu karena memakai topeng putih yang tersenyum.
"Well well well, Jadi kau yang selalu mengamati ruang kerjaku?" pria itu menancapkan pedangnya kembali di punggung Joseph.
"Tidaaaaaaakkkk!" pekik Zee.
Joseph berubah menjadi serigala besar namun berubah lagi menjadi manusia biasa.
"Wow rupanya dia manusia serigala, sungguh hebat, fantastis, bagaimana manusia sepertimu berteman dengan manusia serigala?"
"Aku akan membunuhmu!" Zee mencengkeram leher pria bertopeng itu dengan segenap kekuatannya ia membanting tubuh pria itu. Tulang pria itu terdengar gemerutuk, Zee mematahkan rusuk pria itu.
Zee menghampiri pria itu dan membuka topeng di wajahnya.
Jleb... pria itu menikam perut Zee makin menusuknya lebih dalam ke dalam perut Zee. Darah segar mengalir dari perut Zee membuatnya tersungkur ke lantai. Wajah pria itu mengingat kan Zee pada seseorang, seseorang yang baru ini ia kenal.
***
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Yulita
apa itu ayah Theo🤔🤔
2022-08-16
0
Tiinaa
siapa zee ooh jangan theo
2022-08-12
0
Tiinaa
,astaga joey di buat mati thor ,,,apa teman2 zee akan mati satu2
2022-08-12
0