Arfan dan Gama sampai di basement. Mereka bertemu dengan Dafa dan Celine sebelum masuk kedalam mobil.
"halo tuan Gama..." sapa kedua orang itu berbarengan.
"oh,,, hai,, nona Celine. Kita bertemu lagi ya.."
"kami sengaja menunggu anda tuan Gama. Kami ingin memberi anda undangan pernikahan kami.. Kami berharap anda bisa menyempatkan diri untuk hadir di acara kami." undang Celine dengan sopan.
"oohh.. Tentu saja. Saya pastikan akan hadir disana." jawab Gama.
"trimakasih tuan Gama. Bawalah kekasih anda juga.."
Gama hanya tersenyum kecut menanggapi ucapan itu.
Dafa dan Celine menatap kepergian mobil yang dikendarai Gama. Kemudian Celine menggandeng mesra tangan Dafa dan merekapun berlalu pergi.
Di dalam mobil, Gama menyempatkan diri untuk membaca undangan yang di desain dengan sangat elegan dan mewah itu. Tanggal yang tertera disana adalah minggu depan. Tepat di hari minggu. Gama sudah terlanjur berjanji akan datang.
Ayyara sedang melangkahkan kaki turun dari bis dan sedang berjalan menyusuri gang yang menuju karumahnya. Samar ia melihat ada seseorang yang sedang berdiri di depan rumahnya. Orang itu adalah Dafa, mantan suaminya. Ayyara menarik nafas dan membuangnya dengan perlahan. Entah ada apa lagi Dafa datang kerumahnya.
"aku sudah menunggumu dari tadi." ujar Dafa saat melihat Ayyara yang berjalan mendekatinya.
"ada apa datang kesini?" tanya Ayyara dingin.
"aku ingin mengatakan sesuatu."
"kenapa tidak kau sampaikan saja saat di kantor tadi.?"
"ini.." Dafa menyerahkan sebuah undangan pernikahan kepada Ayyara.
"aku takut para karyawan akan menggunjingkanmu kalau aku menyerahkannya di kantor" ujar Dafa lagi.
Ayyara membuka undangan itu dan membacanya. Tertera nama Dafa dan Celine disana. Juga terdapat foto yang nampak begitu mesra. Di foto itu, Dafa tertawa dengan senangnya. Pria itu bahkan tak pernah tertawa seperti itu dihadapannya. Entah kenapa ada rasa nyeri di dada Ayyara jika mengingat hal itu.
"kau ingin aku datang di pernikahanmu? Apa kau sudah gila? Apa kau berniat mempermalukanku?" tanya Ayyara geram.
"aku tidak bermaksud mempermalukanmu Yara. Justru dengan hadirnya kau di pernikahanku, akan membuat orang-orang berhenti menggunjingkanmu. Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa kita tetap berhubungan baik walau setelah berpisah."
"ya,, aku hampir lupa seperti apa dirimu. Kau tidak berubah Dafa. Kau masih tetap mementingkan dirimu sendiri. Apa kau fikir mereka akan berhenti menggunjingku dengan aku datang kepernikahanmu? Itu tidak akan terjadi Dafa. Mereka akan tetap menggunjingku, karna manusia tetaplah manusia, mereka lebih tertarik dengan urusan orang lain ketimbang urusannya sendiri. Orang-orang seperti ini bahkan tidak akan peduli jika aku berada diposisi yang benar. Sebenarnya apa yang kau harapkan dariku Dafa?"
"Yara,, aku meminta maafmu jika aku sudah menyakitimu. Aku mohon, datanglah kepernikahanku dan tunjukkan kepada semua orang bahwa hubungan kita baik-baik saja." ucap Dafa dengan tatapan memohon.
"tapi kita tidak baik-baik saja kan? Kenapa kita harus menunjukkan kepada mereka?"
"anggap saja ini sebagai akhir dari hubungan kita, setelah ini, aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi. Jadi kumohon datanglah.. demi masa lalu kita" Dafa masih memelas.
Ayyara memalingkan pandangannya. Tanpa sengaja ia melihat sosok seorang wanita di ujung jalan di dekat mobil yang biasa dikendarai Dafa. Itu adalah Celine. Wanita itu mengangguk ramah kepada Ayyara saat tau Ayyara sedang melihat kearahnya.
"Yara..." mohon Dafa sekali lagi.
"baiklah. Aku akan datang. Sekarang pergilah." usir Ayyara. Ia tidak mau berlama-lama berdebat dengan mantan suaminya itu. Alasan sebenarnya adalah, hatinya terasa sakit. ia tidak tahan setelah melihat ada Celine di sana. Dadanya jadi bergemuruh dan nyeri.
"trimakasih..." ucap Dafa kemudian ia pergi dan menghampiri Celine.
"ayo.. Kita harus menemui tuan Gama untuk memberinya undangan.." ajak Dafa kepada calon istrinya, Celine.
Ayyara menutup rapat pintu rumahnya setelah kepergian Dafa. Awalnya dia berencana mengintip pasangan itu lewat jendela rumahnya, tapi ia mengurungkan niatnya itu. Ia malu pada dirinya sendiri. Haruskah ia terang-terangan mengakui sisa-sisa perasaannya kepada Dafa? Ya walaupun tidak ada yang akan melihat perbuatannya itu, tetap saja ia merasa malu kepada dirinya sendiri.
Biar bagaimanapun, Ayyara pernah menjadi bagian dari kehidupan Dafa, begitu pula sebaliknya, Dafa pernah mengisi hati-harinya. selama 4 tahun pernikahan, Dafa tidak pernah kasar memperlakukan Ayyara, pria itu bisa dibilang perhatian juga kepada Ayyara. Hanya saja, dia tidak pernah menyentuh Ayyara sedikitpun. Selalu menjaga jarak dari Ayyara. Mungkin Dafa fikir, Ayyara adalah virus corona...🤭
Entah, apakah keputusannya untuk menerima undangan mantan suaminya adalah keputusan yang baik. Bagaimana jika orang-orang menganggap Ayyara tak punya harga diri karna berani menghadiri pernikahan mantan suaminya? Tapi Ayyara tak mau ambil pusing, ia memilih untuk membersihkan diri dan kemudian beranjak tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Giantini
Yara bodoh jdi perempuan dah dimanfa'stin Dafa lg
2023-11-06
3
Kasmawati S. Smaroni
apa sebenarnya maunya si ayyara,kalo kuat batin datang aja,kalo gak kuat gak usah datang.dari pd berbelit belit.kalo akumah gak usah datang kali ya
2022-07-08
0
Ayuna
ngapain dateng...keenakan dafa nya🙄
2021-11-09
0