"Auh.!" rengek Gama memegangi pipi sebelah kirinya. Entah kenapa rasanya perih sekali.
"Anda sudah bangun Tuan?"
"Astaga.! Arfan.!" pekik Gama. Pria itu hobi sekali membuat Gama terkejut. "Tidak bisa apa menunggu aku bangun?"
"Saya sedang menunggu Anda."
"Ya tapi tidak didalam kamarku juga. Sialan kau.!" Gama melemparkan bantal ke wajah Arfan. Pria itu hanya memalingkan wajahnya kesamping untuk menghindari serangan Gama. Ia tidak menangkap bantal itu.
Sambil mendengus kesal, Gama segera bangkit dan masuk kekamar mandi. Setelah selesai mandi ia terus memperhatikan pipi kirinya yang sedikit bengkak dan memerah.
"Apa aku jatuh semalam?" tanya Gama dengan masih memperhatikan wajahnya.
"Sepertinya tamparannya lumayan keras." gumam Arfan.
"Apa kau bilang? Kau menamparku?! Berani-beraninya kau menamparku?!" Gama mulai melototi Arfan.
"Bukan saya Tuan. Tapi Nona Yara."
"Ayyara? Kenapa dia menamparku? Bagaimana bisa dia menamparku? Bukankah permasalahannya sudah selesai? Apa masalahnya kali ini? Ahh.. Wajah tampanku...." Arfan memanyunkan bibirnya mendengar itu.
"Sebaiknya anda ingat-ingat lagi." saran Arfan.
Gama memicingkan matanya, mencoba mengingat-ingat kembali kejadian apa yang sebenarnya terjadi semalam. Ia membuka mulutnya lebar dengan ekspresi terkejut. Menatap Arfan tidak percaya.
"Apa.. Aku memeluknya lagi?!" tanya Gama ragu. Tapi Arfan mengangguk dengan sangat yakin.
"Sial.! Mau ditaruh mana mukaku.!" Gama merasa malu dengan dirinya sendiri.
"Sebaiknya Anda menjauhi alkohol Tuan. Kalau Anda tidak mau merasa dipermalukan oleh diri Anda sendiri." sindir Arfan.
"Sialan.! Diam kau.! Berisik."
Setelah merapikan pakaian dan rambutnya, serta tidak lupa menyemprotkan minyak wangi di tubuhnya, Gama beranjak keluar dari kamar dan menuju keruang makan. Arfan mengikuti dengan menenteng jas dan tas Gama.
Dimeja makan, sudah tersedia sarapan untuk Gama dan juga Arfan. Kedua pria itu langsung menyantap makanan mereka tanpa banyak bicara. Setelah selesai sarapan, mereka langsung berangkat menuju ke kantor.
"Apa jadwalku hari ini?"
"Pagi ini ada rapat dengan perwakilan perusahaan X tentang pembangunan Mall di kota M, Tuan. Dan mereka sudah menunggu Anda dikantor."
"Mereka sudah datang?" Gama melirik jam di tangannya, sudah jam 10. " Kenapa tidak membangunkanku lebih awal?" protes Gama.
"Sudah, tapi Anda bahkan tak merespon panggilan saya." jawab Arfan membela diri. Dia tidak terima disalahkan.
"Setelah itu?"
"Anda ada kencan di restoran di hotel Y tuan. Tadi pagi nyonya besar menghubungi saya." jelas Arfan.
"Waahhh,,, Nyonya Gundala benar-benar cepat bertindak."
Arfan menambah kecepatan mobilnya setelah mendapat perintah dari Gama. Seharusnya dia sudah mulai meeting sejak jam 9 tadi.
"Maaf saya terlambat." kata Gama setelah memasuki ruang rapat. Ia menjabat tangan dua orang pria dan satu wanita yang sudah berada disana.
"Saya Gama.. Silahkan duduk" kata Gama memeperkenalkan diri.
Ketiga orang itu pun langsung duduk kembali. Setelah saling memperkenalkan diri.
"Kadi bagaimana Nona Celine? Apa ada yang kurang di kontrak kita? Apa ada yang perlu diperbaharui?" tanya Gama.
"Tidak ada Tuan Gama. Semua pas dengan kondisi perusahaan kami. Saya ikut datang kesini hanya untuk menandatanganinya. Trimakasih banyak karna sudah mau berinvestasi di perusahaan kami." jawab wanita yang berpenampilan anggun itu.
"Sama-sama, baiklah kalau begitu, kita tanda tangan sekarang. Fan.!"
Arfan dengan sigap mengeluarkan berkas-berkas yang dibutuhkan dari dalam tasnya, kemudian meletakkannya diatas meja. Dan dengan segera Gama dan Celine menandanganinya.
Mereka kembali berjabat tangan setelah selesai tanda tangan. Dan kemudian Celine dan kedua temannya pun langsung pamit. Dia bilang masih ada keperluan. Dan Gama mempersilahkan dengan sopan.
Karna waktu sudah siang, Gama berencana memenuhi janji makan siangnya dengan wanita pilihan Mamanya. Dia penasaran, kali ini siapa yang terpilih untuk berkencan dengannya. Gama dan Celine berjalan hampir bersamaan.
Sesampainya dilantai 2, Gama mengedarkan pandangannya, dengan spontan matanya berhenti di toko milik Ayyara. Ia bisa melihat seluruh ruangan itu dari luar, karna dinding luarnya terbuat dari kaca. Ia tak melihat gadis itu disana. Padahal ia berniat untuk meminta maaf atas kejadian semalam.
"Ada apa Tuan? Anda sedang mencari Nona Yara?" tebak Arfan.
"Diam. Berisik sekali kau.! kenapa aku harus mencarinya?"
"Anda harus meminta maaf pada Nona Yara."
"Aku tau. Dasar bawel." gerutu Gama. Dia juga tau diri, tak perlu diberitahu begitu.
Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan menuju ke basement dimana mobil diparkir.
"Kita mampir ke toko perhiasan dulu..." perintah Gama saat sedang berada di mobil.
"Anda ingin membeli perhiasan? Tumben sekali."
"Fan.! Kenapa belakangan ini kau lebih bawel dari biasanya? Apa aku terlalu lembut padamu?" canda Gama.
"Maafkan saya Tuan." Arfan langsung terdiam seribu bahasa.
"Aku harus membawa buah tangan kan? Bukankah wanita akan terkesan bila aku bersikap begitu?"
Arfan tetap terdiam. Dia hanya melirik Gama dari kaca spion. Tumben sekali Gama berfikir seperti itu, membeli buah tangan untuk kencan buta nya. Biasanya Arfan lah yang selalu sibuk menyiapkannya demi menjaga nama baik Gama di depan para wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ayuna
klo saya minta buah tangannya...tanaman aglonema berbagai macam jenis aja Gama😂😂😂😂
2021-11-09
3
Eky Pombo
lanjut
2021-08-13
0
Sri Rahayu
maaantaaap👍👍👍👍
2021-08-12
0