"Tuan, saya sudah membawa Nona Yara." jelas Arfan memberitahu. Gama langsung mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas di mejanya dan memandang ke arah Arfan dan Ayyara.
"Silahkan duduk Nona." Arfan mempersilahkan Ayyara untuk duduk disofa. Sementara Gama bangkit dari kursinya dan kemudian duduk di sofa. Sementara Ayyara masih berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Ia menatap curiga kepada Mama.
"Duduklah..." Gama angkat bicara. Nada suaranya penuh dengan ketegasan. Dan entah mengapa Ayyara langsung mengikuti perintah Gama. Ia takut dipeluk lagi.
"Apa kau yang menyuruhku datang kesini?" tanya Ayyara. Dengan tatapan menantang.
"Ya, benar. Aku yang memintamu datang kesini."
"Ada apa memangnya?"
"Aku hanya ingin meminta maaf atas kelakuanku tempo hari. Kau pasti mengira aku adalah orang yang aneh." kata Gama seramah mungkin. Kesan pertemuan.pertama mereka sudah sangat buruk, jadi Gama ingin memberikan kesan ramah sekarang.
Bukankah memang begitu? Pria normal mana yang kalau mabuk suka memeluk wanita? Batin Ayyara.
"Aku hanya ingin meluruskan kesalah pahaman yang terjadi. Saat itu aku sedang diluar kendali, jadi aku melakukan hal bodoh itu. Aku benar-benar minta maaf."
Ayyara menemukan ketulusan di netra Gama. Benarkah yang dikatakan pria itu?
"Sudahlah, kejadian itu sudah lama. Aku harap kau tidak mengungkitnya lagi. Itu membuatku ngeri." kata Ayyara.
"Kau boleh meminta ganti rugi berapapun yang kau mau. Aku akan memberikannya."
Lagi-lagi uang? Apa pria ini fikir uang bisa menghapus kenangan mengerikan yang dia alami? Batin Ayyara kesal.
"Tidak perlu. Aku hanya berharap kalau kita tidak akan pernah bertemu lagi. Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi, aku permisi." kata Ayyara tegas. Ia langsung berdiri dan berjalan kearah pintu keluar. Ayyara lupa kalau mereka berada di gedung yang sama. Secara tidak langsung mereka akan terus bertemu. Baik itu kebetulan, atau tidak.
Tatapan mata Ayyara membuat Gama tertegun sesaat. Ia jadi teringat saat pertama kali ia bertemu dengan Mala, ketegasan dimata mereka hampir sama. Mengingat hal itu membuat hatinya terasa nyeri.
Arfan yang menunggu di luar pintu langsung berdiri saat melihat seseorang keluar dari ruangan Gama. Ia menawarkan diri untuk mengantar Ayyara sampai kebawah, tapi gadis itu menolak. Ia berjalan ke arah lift dengan Kaki yang dihentak-hentak, membuat rambut kuncir kudanya berayun kekiri dan kekanan.
Ayyara terus menerus mendengus kesal. Dia baru teringat dengan harapan bodohnya tadi. Ia baru menyadari bahwa ia berada di satu gedung dengan Gama. Ah,, gampang itu. Dia tinggal menghindar kalau bertemu Gama, apa susahnya? Memangnya kenapa dia harus menghindar? Memangnya dia yang salah?
Aaarrrggghhh.!!! Fikiran Ayyara jadi serba salah. Kenapa juga dia harus dipertemukan dengan psikopat bernama Gama? Merepotkannya saja. mempermalukan harga dirinya. Apalagi setelah kejadian itu sikap Dafa dan ibunya jadi semakin asing kepadanya.
"Kak Yara kenapa? Dari tadi menggerutu sendiri" tanya Nia heran melihat atasannya itu manyun berkali-kali.
"Ah.. Aku baru saja bertemu dengan psikopat gila." dengus Ayyara.
"Apa dia tampan kak? Lebih tampan mana sama Lee Dong Wook? Dia kan juga psikopat di drama yang itu" tanya Nia antusias.
"Kok perbandingannya Lee Dong Wook sih,, jauuuhhhh lah Nia. Ini benar-benar psikopat yang sesungguhnya, hidup didunia nyata. Dan ada disekitar kita, pokoknya ngeri." Ayyara bercerita sambil bergidik ngeri.
"Apa dia juga membunuh orang diam-diam?" Nia masih saja penasaran.
"Kamu itu kebanyakan nonton drama korea Nia." kata Ayyara geleng-geleng kepala. Padahal dia juga pecinta drakor. Nia kembali ke meja kerjanya, setelah tertawa cekikikan.
Disudut lain, Dafa sedang memperhatikan Ayyara yang mulai sibuk dengan pekerjaannya. Ia mulai mengingat semua kenangan manis tentang pernikahan mereka dulu. Kalau saja dia tidak mencintai wanita lain, mereka pasti sudah bahagia sekarang.
Keterpaksaannya menikahi Ayyara membuat Dafa membenci wanita itu. Sementara dia sudah punya wanita idaman lain. Dafa tak mampu menolak permintaan ibunya. Selama menikah Dafa tak pernah sekalipun meniduri Ayyara. Itu membuat ibunya membenci Ayyara karna tak kunjung hamil, sementara harta peninggalan kedua orang tua Ayyara sudah habis untuk membuka bisnis travel.
Para Karyawannya sudah habis pulang. Tinggal Ayyara dan Dafa yang sedang berada di meja masing-masing. Mereka sedang berkutat dengan pekerjaannya.
"Kau yang kunci pintu. Aku pulang lebih dulu." kata Ayyara membereskan meja kerjanya. kemudian ia bergegas keluar, tapi Dafa memanggilnya.
"Hei.! Yara.!" Ayyara menghentikan langkahnya.
"Ada apa lagi.?" Ayyara nampak malas sekali meladeni Dafa. Tapi ia terpaksa berhenti dan membalikkan badannya. Menatap Dafa dengan datar.
"Setelah sidang perceraian kita selesai, aku akan segera menikah." kata Dafa.
"Kenapa kau memberitahuku? Itu sudah tidak ada hubungannya denganku. Kau mau menikah, menikahlah, tak perlu memberitahuku."
"Aku hanya ingin memberitahumu. Aku akan menikahi kekasihku, wanita yang sangat aku cintai."
sepertinya Dafa memang sengaja memanas-manasi Ayyara, entah apa maksudnya. Dia belum sadar kalau kehidupan itu seperti roda. Saat ini Ayyara memang tengah berada di titik terendahnya, tapi ia berusaha untuk bangkit dan melanjutkan hidupnya, berusaha memutar rodanya agar kembali keatas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ita rahmawati
ternyta dafa normal 🤣
2024-10-18
0
Maminya Nathania Bortum
ceritamu mengingatkanku untuk memberimu like n love
2022-04-19
2
Ayuna
Suami Durhakim
2021-11-09
0