"Setelah kalian resmi bercerai, dan Dafa akan menikah, apa tidak sungkan untuk tetap berada diperusahaan? Setiap hari kau akan bertemu dengan Dafa dan istri barunya itu. Apa kau bisa menahan dirimu untuk tidak menyakiti istri Dafa?"
Wahhh,, benar-benar ini orang. Memangnya dia menganggap Ayyara apa? Ayyara bukan preman yang akan menyakiti seseorang karna sakit hati. Toh selama ini Ayyara bisa menahan diri dan tetap berada diperusahaan walau harus bertemu dengan Dafa setiap hari.
"Mama tidak perlu menghawatirkan itu. Aku tidak cukup gila untuk menyakiti istri mantan suamiku. Lagipula Perusahaan itu juga milikku. sejak awal akulah yang memodalinya dengan menjual rumah peninggalan orang tuaku. Jadi aku tidak akan melepaskannya begitu saja. Aku akan merebutnya dari Dafa." kata Ayyara tegas. Enak saja mereka mau mengusirnya dari perusahaan setelah apa yang Ayyara lakukan untuk perusahaan itu. sedangkan Dafa tinggal terima enaknya saja.
Rini menatap Ayyara dengan tajam. Tidak menyangka dengan apa yang baru saja dikatakan mantan menantunya itu.
"Hh.! Ternyata kau keras kepala sekali. Apa beginilah sifat aslimu selama ini? Kalau aku tau sejak awal, aku tidak akan menyetujui usulan kedua orang tuamu yang ingin menjadikan Dafa sebagai menantu mereka. Walaupun kami bersahabat, siapa yang sudi punya menantu tak tau diri? Tak bisa punya anak pula." seringai Rini.
Semakin didengarkan, perkataan ibu mertuanya itu semakin menyakitkan. Perasaan marah bertumpuk di dada Ayyara. Apalagi saat Rini menyinggung-nyinggung kedua orang tuanya yang sudah tiada. Seketika rasa hormat yang selama ini dia jaga hilang begitu saja.
"Tolong jaga bicara Mama. Sebagai menantu, aku memang diwajibkan menghormati Mama. Tapi setelah tali kekeluargaan itu putus, aku sudah tidak wajib lagi menghormati dan menghargai Mama. Perkataan Mama sudah keterlaluan. Kenapa harus membawa-bawa Orang Tuaku? Mereka tidak tau saja bagaimana sifat Dafa yang sebenarnya. Kalau mereka tau, mereka juga tidak akan mau meminta Dafa sebagai suamiku. Aku seorang anak perempuan dari orang tuaku. Aku di besarkan dengan kasih sayang yang tidak pernah kurang. Aku berharga bagi mereka, sama seperti anakmu berharga bagimu Ma. Tolong jangan seenaknya menjelek-jelekkanku seperti itu."
"Apa.!" perkataan Ayyara membuat Rini semakin berang. Ia melotot sampai bola matanya memerah. Tidak menyangka Ayyara ternyata seberani itu.
"Dan satu lagi. Sebagai sisa rasa hormatku pada Mama, aku tidak akan menceritakan bagaimana selama ini Dafa memperlakukanku. Dan salah siapa kami tidak bisa punya anak. Tanyakan pada Dafa, jangan terus menyalahkanku."
"Berani sekali kamu.! Dasar kurang ajar.!" Rini tak bisa lagi menyanggah kata-kata Ayyara, jadi yang bisa dia keluarkan hanyalah makian dari mulutnya.
"Sudah malam Ma, silahkan Mama pulang." kata Ayyara, ia berjalan ke arah pintu yang terbuka dan berdiri disana dengan ekspresi seolah-olah mengusir Rini.
Dengan menghentakkan satu kakinya, ibu mertuanya itu pergi dengan menahan rasa marah sekaligus malu. Ia Menyambar tas yang diletakkannya di sampingnya dengan kasar. Ayyara segera menutup pintu sesaat setelah Rini keluar dari rumahnya. Ia menyandarkan tubuhnya pada daun pintu dan mengelus dada sambil mengatur nafas yang sejak tadi terasa sesak. Tanpa terisak, air matanya mengalir dengan deras membasahi pipinya.
"Ma,, Pa,," lirihnya dalam tangis. memandang foto kedua orang tuanya yang terbingkai indah didinding. Ia sangat sedih, ingin mengadu, ingin didengarkan, tapi ia tak punya siapa-siapa. Ia ingin mengeluh kepada Tuhan tentang nasib hidupnya yang rumit ini, tapi ia tak berani melakukannya. Ia sadar ia hanya seorang hamba, yang harus patuh dan berbesar hati atas segala masalah yang ia hadapi.
Rini, ibu mertua yang dulu sangat ia hormati. Kini berubah asing. Ibu mertuanya itu dulu tak pernah memperlakukannya dengan kasar, bahkan tutur katanya juga lembut dan sangat menyayangi Ayyara. Entah apa yang sudah Dafa katakan kepada Rini sampai ia memperlakukan Ayyara dengan kejam seperti itu.
Ayyara menenggelamkan wajahnya ke atas bantal guling. Membuat bantal itu basah karena air matanya. Mendekap figura kedua orang tuanya di dadanya. ia sangat merindukan kedua sosok itu ada disampingnya. mengelus kepalanya saat ia sedang menangis karna putus cinta, seperti dulu. memeluknya dengan penuh kehangatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
jaran goyang
𝑚𝑒𝑟𝑡𝑢𝑎 𝑏𝑎𝑏𝑖...
2023-10-04
2
kusrini 09
mertua tak tau malu....
2021-12-28
0
Ayuna
jangan mau kalahlah sama ibu mertua macam itu
2021-11-09
0