"Dafa,, bisakah kau berhenti menyakitiku? Dadaku sudah cukup sesak karna menikah denganmu. Kau menginginkan perpisahan, aku sudah memberikanmu itu. Tolong jangan usik lagi diriku. Lakukan apapun yang ingin kau lakukan." kata Ayyara. Sungguh, ia tak ingin lagi peduli dengan kehidupan pribadi mantan suaminya itu.
Gama mendengarkan percakapan itu dengan seksama. Ia tak sengaja melihat kedua orang itu yang sedang berbicara di depan tokonya. Dan tanpa sadar ia menghentikan langkahnya, jiwa kepo nya muncul.
"Jadi dia sudah bersuami?" kata Gama lirih. Kali ini dia kembali terlibat dengan wanita yang sudah bersuami. Nasib... Nasib...
"Ada apa Tuan?" tanya Arfan.
"Tidak." Gama melanjutkan perjalanannya. Sekilas ia sempat melirik Ayyara dan Dafa yang sedang bersitegang di depan kantor mereka.
"Ayo kita ke Bar." ajakan Gama lebih terdengar seperti perintah.
"Tidak bisa tuan. Tuan besar sedang menunggu anda di rumah utama."
"Ada apa lagi?"
Arfan hanya mengangkat kedua bahunya. Kemudian ia masuk kedalam mobil dan mengemudikan mobil itu ke arah rumah kedua orang tua Gama. Sedangkan Gama nampak tidak peduli. Ia tau maksud kedua orang tuanya menyuruhnya datang, tak lain dan tak bukan pasti masalah kencan buta untuknya. Perlahan ia menarik nafas dan membuangnya.
Lagi-lagi kencan buta. Itu membuatnya sangat muak.
Mama melemparkan beberapa lembar foto ke atas meja dihadapan Gama. Pria itu hanya menyeringai saja. Kemudian meraih foto-foto itu dan memperhatikannya satu persatu.
Sama sekali tidak ada yang menarik. Batinnya. Ia menatap foto wanita-wanita itu tanpa ekspresi. Dan setelah melihat semuanya dia kembali meletakkan foto-foto itu ke atas meja.
"Nagaimana nak? Apa ada yang menarik perhatianmu?" tanya Mama antusias.
"Mama saja yang pilihkan." jawabnya.
"Ehmmm,,, bagaimana dengan yang ini? Ini keponakan Pak Presiden?" tanya Mama menunjukkan sebuah foto.
"Hmmm..." Gama menggeleng setelah berfikir sejenak.
"Bagaimana dengan ini? " kali ini Mama menunjukkan foto seorang gadis berambut panjang. "dia anak Walikota S. Cantik, dan pintar."
Gama menggeleng.
"Ini?" mama menunjukkan foto lain, dan Gama kembali menggelengkan kepalanya. Sama sekali tidak ada yang menarik perhatiannya. Padahal itu adalah foto wanita-wanita hebat, latar belakangnya juga tidak main-main. Dari putri konglomerat, sampai pejabat. Penampilan mereka juga sangat cantik-cantik. Tapi itu semua tak membuat Gama meliriknya. ia terus menggeleng sampai Mama menunjukkan foto yang terakhir.
"Ah.! Sudahlah.! Aku tidak mau lagi.! Kepala Mama pusing Gama.! Masak dari sekian banyak wanita ini tidak ada yang menarik perhatianmu sama sekali?" mama geram. Ia membanting semua foto-foto itu ke sofa di sampingnya. Dan menyilangkan kedua tangannya dengan ekspresi cemberut. Papa hanya tersenyum saja melihat tingkah istri dan anaknya itu.
"Nyonya Gundala... Aku baru berumur 28 tahun. Masih sangat muda. Apa aku harus menikah sekarang? Aku masih ingin menikmati masa mudaku.." kata Gama merangkul Mamanya.
Plak.!
Sebuah tepukan di pundak Gama membuatnya Meringis kesakitan. Ia mengusap-usap bekas pukulan Mamanya di pundaknya.
"Dasar anak nakal.! Teman-teman sebayamu saja sudah punya anak. Mama dan Papa sudah tidak muda lagi. Kau kan tau berapa usia kami saat kamu datang?" mata Mama mulai berkaca-kaca. Mengingat betapa sulitnya mereka dulu untuk memiliki keturunan. Berapa banyak biaya dan usaha untuk mendapatkan seorang anak. Gama yang menyadari hal itu tambah mengeratkan pelukannya. ia telah menyinggung hal paling sensitif bagi Mamanya.
"Iya,, baiklah Nyonya Gundala,, aku akan menurutimu. Kau bisa memilih wanita manapun yang kau inginkan. Dan aku akan pergi berkencan dengannya. Seperti kemauanmu. Tapi ingat, hanya berkencan." jawab Gama sambil tersenyum. Mama yang mendengar itupun langsung tertawa bahagia.
"Itu sudah cukup. Perasaanmu akan tumbuh seiring waktu. Seiring seringnya kau bertemu dengan wanita itu." ujar Mama. Ia tak bisa menyembunyikan kebahagiannya. Kemudian ia memungut foto-foto yang berserakan di sampingnya. Dan dengan semangat memilih calon menantunya.
Sebenarnya Mama tak pernah ikut campur masalah pribadi Gama, tapi putranya itu tak pernah nampak dekat dengan wanita. Ia sempat mengira kalau Gama merupakan seorang g**. Dan memang seperti itulah berita diluaran sana. Ya walaupun berita itu tidak selantang berita-berita lain, tapi tetap saja masih ada satu dua artikel yang menyinggung hal itu. Dan itu membuatnya tak tenang.
"Kau berjanji tak akan kabur lagi kan? Kalau tidak, aku benar-benar tidak akan memaafkanmu kali ini..." ancam Mama.
Gama hanya menjawabnya dengan senyuman. Memastikan janjinya dengan tatapannya kepada Mama. Dan Mama nampak sangat senang.
Hufh...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Maminya Nathania Bortum
semangat yah
2022-04-19
2
༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸
next lg
2021-06-27
0
Fitriana Nanaz
mama jdohnya gama dah ditangan author😂😂😂
2021-06-06
3