Gama menyandarkan tubuhnya di kursi belakang dengan agak keras. Dia benar-benar bosan membahas kencan, kencan, dan kencan. Dia berencana langsung menikah saja setelah mendapat wanita yang pas menurutnya tanpa harus berkencan. Sekian banyak wanita yang dekat dengannya, mereka hanya memandang status dan kedudukannya saja. Tanpa melihat jauh kedalam dirinya. Dan Gama tak menyukai hal itu.
"Fan, kau pulanglah, aku akan menyetir sendiri. Aku harus mampir ke suatu tempat." kata Gama.
"Tidak bisa Tuan. Aku harus mengikuti anda kemanapun anda pergi."
"Hei.! Aku butuh privasi disini.!!" bentak Gama.
"Saya tidak akan mengganggu privasi anda. Kalau anda lupa, seperti itulah yang saya lakukan selama ini." Arfan tetap bersikeras. Ia tidak mau kalau sampai Gama membuat ulah lagi. Ia bisa repot berkali-kali lipat.
"Dasar kau.!" hardik Gama. Ia menendang kursi yang diduduki Arfan dari belakang.
"Anda mau kemana?" tanya Arfan lagi.
"Ke Cafe X.."
Arfan langsung melajukan mobil ke arah Cafe yang baru disebutkan Gama tanpa banyak bicara. Sedangkan Gama hanya memandang ke luar jendela mobil. Hatinya kembali nyeri, ia teringat akan Mala. Perlahan ia memegangi dadanya dan meremas bajunya. Ingin sekali ia berteriak dengan sangat keras. Tapi harga dirinya tak membiarkan hal itu terjadi.
Sesekali Arfan melirik Gama dari kaca spion. Ia seperti ikut merasakan sakitnya Gama. Sakit hati, mampu merubah seseorang. Sungguh, ia mampu merubah seseorang menjadi lebih baik, atau lebih buruk. Apalagi bagi Gama, Mala adalah wanita pertama yang dia bukakan pintu hatinya, tapi gadis itu tak bersedia masuk. Dan itu benar-benar menyisakan rasa sakit yang luar biasa. Walaupun diluar Gama selalu menjaga sikap dan tidak menunjukannya kepada orang lain. Gama selalu bersikap baik-baik saja. Hanya Arfan lah yang tau seberapa buruk kondisi Gama saat ini.
"Apa rencana anda Tuan?" tanya Arfan mengalihkan perhatian Gama.
"Apa maksudmu?"
"Kencan itu? Pelarian seperti apa yang akan anda lakukan? Anda tidak mungkin akan melakukannya dan menemui wanita itu kan?" tanya Arfan ragu.
"Aku tidak akan berlari lagi. Aku akan menghadapinya. Siapa tau, wanita itu bisa jadi istriku?" jawab Gama tanpa memalingkan pandangannya dari jalanan. Nada bicaranya, raut wajahnya, juga tatapan matanya seperti tak sejalan dengan apa yang ia ucapkan.
Arfan menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.
Mobil sudah sampai di tempat yang dituju, Arfan memarkirkan mobil sedekat mungkin dengan pintu masuk. Berjaga-jaga kalau nanti Gama mabuk lagi, agar dia tidak akan kerepotan.
"Kenapa kau mengikutiku? Apa kau akan ikut masuk?" tanya Gama saat melihat Arfan mengikutinya. Arfan hanya diam saja.
"Kau ini.! Merepotkan sekali.!" maki Gama.
Anda lebih merepotkan tuan. Batin Arfan. Dia tidak peduli walaupun Gama menghardiknya. Dia tetap mengikutinya masuk kedalam Cafe itu.
Suasana Cafe lumayan ramai, dengan cahaya lampu yang tidak terlalu terang. Suasanya sangat pas untuk orang yang sedang mencari suasana tenang dengan alunan musik yang lembut. Alunan gitar yang dimainkan seseorang di atas panggung mini menambah suasana romantis bagi pengunjung yang berpasangan. Susananya pas, tidak terlalu berisik. Kebanyakan pengunjung terhanyut dengan alunan gitar dan ikut bernyanyi perlahan.
Gama memilih meja yang ada dipojok, dekat dinding kaca. Ia bisa sekaligus menatap orang-oranag yang berlalu lalang dari sana sambil mendengarkan musik yang dimainkan.
Deras hujan yang turun
Mengingatkanku pada dirimu
Aku masih di sini untuk setia
Selang waktu berganti
Aku tak tahu engkau di mana
Tapi aku mencoba untuk setia
Sesaat malam datang
Menjemput kesendirianku
Dan bila pagi datang
Kutahu kau tak di sampingku
Aku masih di sini untuk setia
Hoooo Hooo
Hoooooo
Hooooooo
Sesaat malam datang
Menjemput kesendirianku
Dan bila pagi datang
Kutahu kau tak di sampingku
Aku masih di sini untuk setia
Selang waktu berganti
Aku tak tahu engkau di mana
Tapi aku mencoba untuk setia
Sesaat malam datang
Menjemput kesendirianku
Dan bila pagi datang
Kutahu kau tak di sampingku
Aku masih di sini untuk setia
Aku masih di sini untuk setia
Aku masih di sini untuk setia
Sebuah lagu dari Pongki Barata, setia, mengalun dengan indahnya. Dengan iringan gitar akustik yang membuat semua orang terhanyut mendengarnya. Mereka sampai menggoyang-goyangkan tubuh ke kanan dan ke kiri mengikuti alunan suara merdu itu.
Kecuali Gama. Ia sama sekali tak mendengar apa yang dinyanyikan penyanyi wanita itu. Ia lebih meresapi lirik dan wajah penyanyinya. Ia tak berkedip melihat kearah panggung. Ia terhanyut dalam fikirannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ita rahmawati
siapa penyanyinya ayyara kah
2024-10-18
0
Ayuna
lagunya pongki...asikkk
2021-11-09
1
Nurfitri Susanti
ayyara KH yg mnnyi
2021-07-26
0