"Kau sepertinya sedang memikirkan sesuatu, atau... kau memikirkan seorang lelaki? siapa dia?" Tanya Gladys saat Clarissa dan dirinya sedang duduk bersama sambil menikmati secangkir teh.
Clarissa tersenyum menanggapi pertanyaan Kakak iparnya itu.
"Ayo lah cerita, aku ingin mendengarkan nya." Pinta Gladys.
Clarissa menghela napas dan menatap keluar jendela.
"Dia adalah lelaki yang sepi dan misterius." Ucap Clarissa.
"Sepi dan misterius?" Tanya Gladys sambil menatap Clarissa dengan seksama.
Clarissa menatap Gladys dan mengangguk pelan. Gladys pun tertegun.
"Dia adalah tetangga apartemen ku Kak, dia orang Indonesia. Tetapi, dia cukup membuat ku penasaran." Ucap Clarissa.
"Hmmm, penasaran bagaimana?" Tanya Gladys.
"Dia seperti punya trauma dimasa lalu dan sepertinya dimasa sekarang pun kisah percintaan nya juga tidak beruntung." Ucap Clarissa.
"Kasihan sekali...."
Gladys mengerutkan keningnya dan menundukkan pandangannya. Gladys tiba-tiba teringat akan seorang lelaki yang ia kenal. Ya, dia adalah Jio.
"Mengapa kau begitu memikirkan dirinya? Apakah dia sudah mencuri hatimu?" Tanya Gladys sambil tersenyum dan menyenggol lengan Clarissa.
Clarissa mengulum senyumnya dan menatap Gladys dengan malu-malu.
"Ayo jujur, aku tidak akan melaporkan nya kepada Vino." Ucap Gladys.
"Ntah lah, dia begitu membuat ku merasa penasaran dan sekaligus iba." Ucap Clarissa.
"Apa kau memberikan dia perhatian? atau akrab dengannya?" Tanya Gladys lagi.
"Tidak juga, dia seperti batu es yang sulit mencair."
"Oh ya?"
Gladys tersenyum sambil meraih cangkir teh nya.
Clarissa tersenyum kecil dan mengangguk dengan cepat.
"Kau tau? aku pernah bertemu dengan lelaki yang seperti itu." Ucap Gladys dengan mata yang terlihat sendu.
"Oh ya?"
Gladys mengangguk dan menyeruput teh nya. Lalu, ia menaruh kembali cangkir teh nya di atas meja.
"Dia adalah lelaki yang paling sepi yang pernah aku kenal. Dia hadir saat Kakak mu di kabarkan meninggal dunia." Ucap Gladys.
Clarissa menatap Gladys dengan tak percaya.
"Kak Vino pernah di kabarkan meninggal dunia? Bagaimana bisa?" Tanya Clarissa yang memang tidak pernah tahu tentang kabar Vino semenjak dirinya di pindahkan ke Kota Paris.
Gladys mengangguk dan menundukkan wajahnya.
"Kakak mu di tawan oleh kelompok mafia nya dan dikabarkan meninggal dunia. Saat itu aku benar-benar takut karena banyak masalah yang sedang aku hadapi dan aku menyewa seseorang untuk menjagaku. Lelaki itulah yang aku maksud." Ucap Gladys.
Clarissa mengerutkan keningnya dan mencoba mencerna cerita Gladys.
"Dia menyukaiku, tetapi aku tetap yakin bila Kakak mu masih hidup. Jadi, aku tidak menganggap dan menyambut cintanya." Sambung Gladys.
Clarissa mengangguk paham.
"Dia patah hati dan berhenti menjagaku saat Kakak mu kembali. Aku tahu cinta nya begitu tulus denganku. Tetapi, aku tetap tidak bisa membalas cintanya. Dia lelaki yang baik, sayangnya aku hanya menganggap dirinya sebatas sahabat." Terang Gladys.
"Kasihan sekali." Ucap Clarissa sambil mengerutkan dagunya.
"Ya, kasihan. Sampai sekarang, dia masih mengharapkan aku. Kakak mu juga tahu cerita tentang dia." Ucap Gladys sambil tersenyum getir.
Clarissa menghela nafasnya dan menatap Gladys dengan seksama.
"Lelaki yang kurang beruntung, sedangkan Kakak ku begitu beruntung telah memiliki Kak Gladys." Ucap Clarissa sambil tersenyum.
Gladys tersenyum dan merangkul pundak Clarissa.
"Aku juga merasa beruntung di cintai oleh Kakak mu." Ucap Gladys.
Mereka berdua pun tersenyum dan kembali menikmati teh mereka.
"Semoga kau bahagia Jio... dan bertemu dengan wanita yang membuatmu merasa beruntung." Batin Gladys.
Sebenarnya Gladys merasa iba saat menolak Jio. Gladys tahu, cinta Jio begitu dalam dan tulus kepada dirinya. Tetapi, apa daya, dirinya begitu mencinta Vino dan tak akan pernah ingin menduakan suaminya itu.
....
Jio terbangun dari tidurnya yang lelap. Ia memijat pelipisnya dan menatap nanar ke langit-langit kamarnya. Peluh membasahi dahi dan tubuhnya, perutnya yang terluka beberapa minggu yang lalu terasa nyeri. Jio menahan rasa sakitnya dan mencoba untuk duduk di atas ranjangnya.
Jio mencoba mengingat-ingat kembali, mengapa dirinya berada di atas ranjang, sedangkan terakhir kali ia sedang meminum wine di ruang tamunya.
Jio pun beranjak dari ranjang dan tertatih menuju ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu, ia pun menatap kesekeliling ruangan itu. Ruangan itu terlihat sangat bersih dan tertata rapi. Ia pun beranjak ke dapur dan melihat di dapur pun juga terlihat sangat rapi. Jio mengerutkan keningnya dan merasa bingung.
"Apakah saat aku mabuk, aku bersih-bersih apartemen?" Gumam nya.
Jio meringis saat merasakan ngilu di bekas lukanya. Lalu, ia pun berjalan kembali ke kamarnya.
"Apa yang terjadi?" Gumam nya.
Lalu, Jio beranjak memeriksa CCTV di kamarnya. Ia memutar ulang apa yang terjadi selama ia mabuk.
Jio mulai memperhatikan dirinya yang sedang mengamuk dan melemparkan gelas ke arah dinding apartemen nya. Jio pun mengerutkan keningnya, karena tadi ia tidak melihat pecahan kaca di sekitar dinding itu.
Jio kembali mengamati rekaman CCTV itu dan ia pun melihat dirinya keluar dari apartemen tanpa membersihkan bekas pecahan gelas itu. Tak lama kemudian, ia pun terkejut saat melihat ia kembali ke apartemennya dengan Clarissa yang sedang memapah dirinya.
Jio juga melihat Clarissa memapahnya menuju kamar. Cukup lama Clarissa berada di dalam kamarnya. Hingga Jio pun penasaran. Ia mempercepat rekaman itu dan melihat Clarissa keluar. dari kamarnya. Lalu, ia melihat Clarissa membersihkan apartemen nya.
"Kamu? Kenapa kamu lakukan itu semua?" Gumam Jio.
Jio melihat Clarissa yang sempat duduk di sofa ruang tamu dengan wajah yang kelelahan. Jio pun menghela napasnya dan menatap rekaman itu dengan perasaan yang merasa bersalah.
Tiba-tiba ia terdiam dan mengingat apa yang telah ia lakukan di dalam kamar selama hampir satu jam bersama Clarissa. Lalu, ia menatap ranjangnya dengan wajah yang panik.
"Apa aku melakukannya dengan gadis itu? Aku mabuk dan apakah dia mengambil kesempatan saat aku tidak sadar?" Gumam Jio.
Lalu, ia beranjak ke ranjangnya dan memeriksa ranjang itu, Jio benar-benar panik. Lalu, ia memeriksa bagian intim tubuhnya.
"Tidak, tidak, tidak terjadi apa-apa antara aku dan dia." Gumam Jio yang termenung di atas ranjang.
Tetapi, dirinya begitu merasa penasaran, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk menemui Clarissa di apartemen gadis itu.
Jio beranjak menuju pintu apartemen nya, saat ia berada di depan pintu, ia pun mendapati secarik kertas yang berada di atas lantai. Jio pun meraih kertas tersebut dan mengamatinya beberapa saat.
Jio pun mulai membaca tulisan yang ada di atas lembaran kertas itu.
Hai, jaga kesehatan mu. Jangan mabuk-mabukan, kamu kan masih sakit. Aku pergi menginap di rumah Kakak ku untuk beberapa hari. Jadi, kamu jangan pernah macam-macam yang membuat dirimu lambat pulih nya.
Oh iya, aku juga sudah membuatkan kamu sup untuk menyegarkan dirimu dari mabuk mu. Segera hangatkan dan makan, jangan lupa minum obatnya ya.
Clarissa.
Jio termenung saat membaca pesan itu.
"Mengapa kamu sangat baik kepadaku? Sedangkan aku tidak pernah bersikap baik kepadamu." Batin Jio.
Jio pun melangkah ke dapur dan melihat masakan Clarissa yang tertata di bawah tudung saji.
Jio pun duduk di kursi dan menatap masakan Clarissa dengan wajah yang sendu. Entah apa yang di pikirkan nya. Yang jelas, ia sungguh merasa bersalah dengan Clarissa yang begitu baik dan perhatian kepada dirinya.
"Maafkan aku." Gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
um 7098355
klo gldys tau ipar,a clrsa gmna ya reaksi,a 🤔🤔🤔🤔
2021-12-13
1
Muh. Yahya Adiputra
makanya buka hatimu jio,,,supaya matamu bisa melirik clarissa.
2021-04-10
2
Ummi Salsabila
jadi jio suka gladis tp di tolak trus Clarissa Suka jio. gimana nnti kl jio tau Clarissa n gladis itu saudara ipar
2021-03-31
1