Jio kecil terbangun dari tidurnya dengan peluh di sekujur tubuhnya dan terbatuk-batuk. Asap pekat sudah memenuhi kamarnya. Di samping Jio, Adik nya, Vanessa sedang tertidur pulas. Jio pun membangunkan Adik nya.
"Vanessa, bangun." Ucap Jio.
Vanessa, gadis berusia lima tahun itu pun terbangun. Lalu, ia terbatuk-batuk saat menghirup asap pekat itu.
"Kak, ini kenapa?" Tanya Vanessa.
"Kakak gak tahu, ayo kita ke kamar Mama." Ucap Jio.
Jio menggandeng tangan Vanessa menuju kamar Mama dan Papanya.
Saat Jio membuka pintu kamarnya, Jio terpana saat melihat kobaran api yang sudah melahap setengah dari rumah nya.
"Kak, kebakaran." Ucap Vanessa dengan polosnya.
"Mama! Papa..! Reyhan..!" Teriak Jio memanggil Mama, Papa dan adik nya yang masih berusia satu tahun yang tidur bersama dengan Mama Papa nya.
Tetapi, tidak ada jawaban dari kedua orangtuanya dan adik nya.
Api sudah menjalar sampai berjarak hanya dua meter dimana Jio sedang berdiri.
Dari luar, terdengar para tetangga nya yang berteriak panik. Kebakaran ini terjadi pada dini hari. Dimana semua orang sedang terlelap. Begitupun dengan Jio dan keluarganya. Mama dan Papa Jio tampaknya tidak menyadari api sedang melahap rumah mereka. Hingga api itu sudah melahap kamar kedua orangtuanya.
"Mamaaaaaa....! Papaaaaaa..!" Teriak Jio dan Vanessa sambil menangis.
"Ji-ji-jio." Terdengar suara dari kamar kedua orangtuanya.
"Papaaaa...!" Panggil Jio.
"La-lari." Hanya itu yang dapat Jio dengar.
Setelah itu, hening. Yang terdengar hanya bunyi benda yang terbakar kobaran api.
Jio pun menarik tangan Vanessa untuk berlari ke pintu belakang.
"Vanessa ayo..!" Seru Jio sambil menarik tangan Adik nya itu.
"Gak mau, Mamaaaaaa, Papaaaaaa..!" Vanessa melepaskan genggaman tangan Jio sambil menangis.
"Vanessa..Ayooo... lariii." Ucap Jio sambil berurai air mata.
"Papa sama Mama dan Adik bagaimana?" Tanya Vanessa.
Joo terdiam. Ia pun ingin sekali menolong kedua orangtuanya. Tetapi, api sudah melahap kamar orangtuanya.
"Kita minta bantuan sama orang, ayo..!" Jio berusaha menarik kembali tangan Vanessa.
Tetapi, lagi-lagi Vanessa melepaskan tangan Jio.
Kasau rumah yang sudah terbakar mulai berderit, Jio menatap kasau rumah itu. Lalu, ia kembali menatap Vanessa.
Dari pintu belakang rumahnya, terdengar beberapa orang mencoba mendobrak untuk dapat masuk dan menyelamatkan keluarga Jio.
Vanessa mulai lemas dan terbatuk-batuk tanpa henti. Merasa tidak ada waktu lagi. Jio mencoba menggendong Vanessa.
Jio yang berbadan kurus kecil, tak mampu menggendong Vanessa yang mempunyai tubuh gemuk. Jio kembali mencoba untuk menarik tangan Adik nya dengan sekuat tenaga. Tetapi, Vanesha tidak juga mau bergeser atau pun mengikutinya.
Nahas bagi Vanessa, kasau rumah yang terbakar, terjatuh menimpa dirinya. Dengan seketika Vanessa meninggal dan ikut terbakar bersama kasau rumah itu.
Jio berteriak histeris, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Jiwa jio benar-benar merasa terguncang.
"Toloooooooonngggg..!" Jio menjerit histeris.
Saat itu juga pintu belakang rumahnya berhasil di dobrak para tetangga. Para tetangga berlari ke arah Jio, dan langsung memeluk bocah laki-laki itu dan menggendongnya keluar dari rumah itu.
"Mamaaaaaa, Papaaaaaa, Vanessaaaaaa, Reyhaaaaaaannn!" Jio berteriak histeris memanggil nama anggota keluarganya.
"Mama, Papa, Vanessa, Reyhan," Jio mengigau.
Clarissa menatap Jio yang sedang mengigau dengan seksama. Lalu, ia menempelkan punggung tangannya di dahi Jio, untuk memeriksa suhu badan lelaki itu.
Jio tidak demam, ia hanya bermimpi buruk. Tetapi, tampaknya mimpi buruk itu sangat memilukan. Bisa Clarissa rasakan dari cara Jio memanggil nama anggota keluarganya.
"Apa dia punya trauma dengan keluarganya ya?" Gumam Clarissa.
"Tolongggg...! Tolonggg...!" Gumam Jio di dalam tidurnya.
"Ada apa dengan keluarganya? Dimana mereka? Mengapa dia minta tolong?" Gumam Clarissa lagi.
Clarissa merasa iba, lalu ia menggenggam tangan Jio yang sedang menggapai-gapai.
Jio membalas genggaman tangan Clarissa dengan erat.
Setelah Clarissa menggenggam tangan Jio. Lelaki itu pun mulai tenang. Ia tak lagi mengigau dan memanggil nama seluruh anggota keluarganya.
Lalu, genggaman tangan nya pun melonggar. Dengan cepat, Clarissa melepaskan tangannya dan beranjak dari samping ranjang Jio.
Clarissa berjalan menuju jendela, ia gorden hingga sinar matahari memasuki ruangan tersebut.
Jio yang sedang tertidur merasa terganggu saat sinar mentari menerpa wajahnya. Ia menggeliat dan mencoba menutupi wajahnya dari silaunya sinar mentari pagi.
"Bonjour." Sapa Clarissa.
Jio membuka kedua matanya dan menatap Clarissa dengan tatapan yang nanar.
"Bonjour." Sahutnya dengan suara yang serak.
Dengan malas, Jio pun berusaha untuk duduk di ranjangnya saat melihat Clarissa yang sedang memakai sarung tangan karet nya.
"No, no, no, tetap seperti itu." Ucap Clarissa tanpa menoleh sedikitpun kepadanya.
Jio menatap Clarissa dan mengurungkan niatnya untuk duduk.
"Saya akan memeriksa luka mu." Ucap Clarissa sambil berjalan mendekati Jio.
Clarissa tampak cantik pada pagi ini. Gadis itu menguncir rambutnya seperti ekor kuda. Polesan make up tipis menghiasi wajahnya yang memang sudah cantik.
Jio terus memperhatikan wajah Clarissa yang tampak lebih segar dari pada biasanya.
Tanpa permisi sebelumnya, Clarissa langsung menyingkap baju Jio.
Jio tampak sedikit risih dan grogi. Tetapi, Clarissa tidak perduli. Clarissa langsung membuka perban Jio dan memperhatikan bekas luka di perut Jio.
"Bagaimana perasaan mu hari ini?" Tanya Clarissa.
"Baik." Ucap Jio.
Clarissa mengangguk-angguk. Lalu, ia mengganti perban Jio. Clarissa menarik kursi dan duduk di atas kursi tersebut. Lalu, ia duduk menghadapi perut Jio.
Jio tampak gugup dan merasa malu.
"Body mu bagus juga." Puji Clarissa.
Jio diam saja dan terus menatap Clarissa yang tampak tak melirik sedikitpun kepada dirinya dari awal ia membuka mata.
Jio terus memperhatikan cara kerja Clarissa. Ia juga menatap setiap lekuk di wajah gadis itu.
"Kenapa lihat-lihat? terpesona ya?" Tanya Clarissa sambil menatap Jio.
Jio mengernyitkan dahinya dan menatap Clarissa dengan tak percaya.
"Bagaimana dia tahu aku sedang menatapnya?" Batin Jio.
"Jangan melihatku lama-lama, nanti kamu jatuh cinta kepadaku." Ucap Clarissa lagi.
Jio tertawa kecil lalu menggelengkan kepalanya.
"Kamu percaya diri juga ya." Ucap Jio.
"Aku cantik, jadi aku percaya diri." Sahut Clarissa sambil menggunting perban dan menutup kembali baju Jio.
Clarissa menatap Jio dengan seksama. Jio pun membalas tatapan Clarissa.
Clarissa tersenyum dan beranjak keluar dari ruangan itu.
"Hei, kapan aku boleh pulang?" Tanya Jio.
Clarissa menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Jio.
"Kamu pulih dengan cepat. Jadi, kamu boleh pulang besok." Ucap Clarissa sambil kembali melangkah keluar dari ruangan itu.
Jio tersenyum sendiri saat Clarissa sudah meninggalkan ruangan itu.
Tiba-tiba senyum Jio sirna, saat ia teringat malam itu, malam dimana ia melihat Gladys berdiri di depan gedung apartemen.
"Gladys." Gumam nya.
"Aku yakin sekali bila itu Gladys, apa yang dia lakukan di sini?" Gumam Jio lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
susi 2020
🥰🥰🥰
2023-06-09
1
um 7098355
sdih bnget mimpi jio. tragis pasti ada sabotage .kreen thor bkin pnasaran. 😘😘😘
2021-12-13
1
Lea Binar
visual nya jio sma clarissa ada ga thorr
2021-04-13
3