Jio terbangun dengan peluh yang membanjiri tubuhnya. Badannya terasa panas dan tubuhnya gemetar. Luka di perutnya terasa nyeri yang begitu hebat. Ia pun tertatih berjalan menuju ke kamar kecil.
Jio keluar dari rumah sakit tanpa membawa obat-obatan yang ia perlukan untuk di konsumsi di rumah. Apa yang di katakan Clarissa ada benarnya. Dirinya belum pulih, walaupun luka itu tidak begitu serius, tetapi luka tetaplah luka. Bisa terinfeksi juga bisa menyebabkan nyeri yang di luar batas yang bisa di terima si penderita.
Jio mencuci wajahnya dan beranjak ke kamarnya. Jio mengambil kemeja dari dalam lemarinya dan langsung memakainya. Setelah itu, Jio beranjak ke luar kamar dan segera menyambar mantelnya.
Jio keluar dari apartemen nya. Lalu, ia bergegas melangkahkan kakinya menuju lift.
.
"Terima kasih ya, sudah menemani Kakak jalan-jalan." Ucap Gladys saat mereka berdua berdiri di depan gedung apartemen Clarissa.
"Sama-sama kakak, apa Kakak tidak mampir dulu?" Tanya Clarissa.
"Tidak usah, sepertinya Kakak mu akan pulang sebentar lagi. Jadi, Kakak harus sudah ada di rumah. Bila tidak, dia akan sangat khawatir kepadaku." Ucap Gladys.
Clarissa pun tersenyum geli saat mendengar betapa lebay nya Vino terhadap istrinya.
"Sudah sana masuk, Kakak akan menunggu taksi disini saja. Kamu masuk dan beristirahat lah." Sambung Gladys.
"Kakak yakin?
Gladys mengangguk dengan pasti. Lalu, ia mencium pipi Clarissa.
"Ya sudah, sampai jumpa lagi, hati-hati ya." Ucap Clarissa.
"Iya terima kasih." Sahut Gladys.
Clarissa pun berjalan memasuki gedung apartemen nya.
..
Ting..!
Pintu lift terbuka. Jio yang hendak masuk kedalam lift itu pun, menahan langkahnya saat melihat Clarissa yang hendak keluar dari dalam lift itu.
Clarissa sempat menatap wajah Jio sesaat. Clarissa yang seorang Dokter pun langsung paham, bahwa Jio dalam keadaan yang tidak baik-baik saja saat melihat wajah Jio yang pucat.
"Mau kemana?" Tanya Clarissa.
Jio menatap Clarissa dengan wajah yang datar. Lalu, ia melangkah masuk ke dalam lift.
"Hei..! mau kemana?" Tanya Clarissa lagi.
"Bukan urusanmu." Sahut Jio saat pintu lift itu tertutup.
Clarissa terdiam dan mengerutkan keningnya. Clarissa pun melangkah menuju apartemen nya.
Setiba di dalam apartemen nya, Clarissa langsung menuju ke kamarnya. Clarissa mencari secarik kertas, lalu ia menuliskan resep obat di atas kertas tersebut. Lalu, Clarissa kembali keluar apartemen nya dan beranjak menuju apartemen Jio.
Clarissa memasukan selembar kertas itu di celah pintu bagian bawah apartemen Jio. Lalu, ia segera kembali ke dalam apartemen nya.
"Di turuti syukur, enggak ya sudah." Gumam Clarissa.
Tetapi, hati Clarissa merasa gelisah. Jiwa seorang Dokter nya pun tidak bisa ia ingkari. Clarissa benar-benar merasa khawatir. Lalu, ia memutuskan untuk keluar menyusul Jio.
Clarissa menyambar mantelnya dan berlari menuju lift.
...
Jio melangkah keluar dari dalam lift. Lalu, ia beranjak menuju pintu keluar gedung itu. Dengan tertatih, Jio berusaha pergi ke apotek tak jauh dari apartemen nya untuk membeli obat pereda nyeri yang bebas di jual di pasaran.
Mata Jio tertuju kepada seorang wanita berambut panjang yang tampak seperti Gladys. Wanita itu berdiri di luar, tepat di depan gedung apartemen nya yang dapat terlihat dari pintu kaca apartemen itu.
"Gladys? apa yang dia lakukan disini?" Gumam Jio.
Jio berjalan lebih cepat. Jio yakin itu adalah Gladys. Jio berusaha menahan rasa sakitnya hanya untuk mengejar Gladys.
"Gladys..!" Panggil Jio saat ia hampir saja sampai di depan pintu.
Tetapi Gadis itu sudah memberhentikan sebuah taksi dan bergegas masuk kedalam taksi tersebut.
"Gladys..!" Panggil Jio lagi.
Jio mendorong pintu kaca apartemen itu,
Dengan sekuat tenaga, ia berlari keluar untuk menghampiri Gladys. Tetapi, sayang sekali. Gladys sudah menutup pintu taksinya dan taksi itu pun bergerak maju meninggalkan gedung apartemen tersebut.
"Gladys..!" Panggil Jio yang tampak putus asa. Tetapi, taksi itu terus berjalan dengan cepat.
Jio memegang perutnya yang terasa semakin sakit. Hingga ia berlutut di atas trotoar.
Seorang pengurus gedung berlari menghampiri Jio.
"Ça va?" Tanya pengurus gedung. (Red- Anda baik-baik saja?)
"Très bien, merci." Ucap Jio sambil berusaha bangkit, di bantu oleh pengurus gedung. (Red- Baik-baik saja, terima kasih)
Saat Jio baru saja berdiri, tubuhnya pun terasa lemas dan oleng.
Brukkkkkkk...!
Tubuh Jio pun terjatuh di trotoar.
....
Jio membuka kedua matanya, ia menatap langit-langit ruangan yang serba putih itu. Lalu, ia berusaha bangkit dari ranjang. Jio baru saja menyadari, bahwa kini ia sedang berada di rumah sakit.
"Mau kemana? kabur lagi?"
Jio tersentak dan menatap Clarissa yang sedang duduk di sofa ruangan itu.
"Kamu?"
Clarissa beranjak dari duduknya dan melipat kedua tangannya di dada. Ia menghela napasnya dan menatap Jio dengan seksama.
"Sepertinya saya butuh borgol untuk membuat pasien saya agar betah di rumah sakit." Ucap Clarissa.
Jio membalas tatapan Clarissa dengan tatapan yang dingin.
"Atau mungkin seutas tali?" Sambung Clarissa lagi.
"Atau di suntik bius, biar tidur sepanjang hari. Bagaimana Monsieur Jio?" Tanya Clarissa.
Jio menelan salivanya saat mendengar dirinya akan akan di bius oleh Clarissa.
Clarissa mengeluarkan sebuah alat suntik dan mengisinya dengan cairan berwarna bening.
"Apa itu? kau benar-benar akan membius ku? Apa kau ini Dokter gila?" Tanya Jio yang mulai bergidik saat menatap mata Clarissa yang menatapnya dengan tajam.
"Ini hukuman untuk pasien nakal." Celetuk Clarissa sambil berjalan mendekati Jio.
"Kau benar-benar gila." Ucap Jio.
Clarissa tersenyum saat melihat Jio akan melompat dari ranjangnya.
Jio yang sudah melompat dari ranjangnya menatap Clarissa dengan tak percaya. Ia melihat senyuman jahil di wajah gadis itu.
"Naik lagi, sebelum kau benar-benar aku bius." Ucap Clarissa.
"I-itu apa?" Tanya Jio sambil menunjuk suntikan yang sedang Clarissa pegang.
Clarissa tertawa terbahak-bahak saat melihat ekspresi takut Jio. Sedangkan Jio benar-benar menganggap Clarissa sudah gila.
"Kau ini, kau itu Bodyguard. Tetapi, kau takut sekali dengan jarum suntik ya." Ucap Clarissa.
"Bukan takut, tetapi aku harus memastikan itu apa." Ucap Jio.
Clarissa melangkah menuju meja, dan mengambil tabung obat yang sudah kosong karena isinya telah di salin kedalam tabung suntik yang kini sedang ia pegang.
Lalu, ia beranjak mendekati Jio yang terlihat sangat waspada saat Clarissa berjalan mendekati nya. Ingin rasanya Jio lari, tetapi perut nya yang nyeri, serta tangannya yang di infus, membuat ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kau baca ini?" Ucap Clarissa sambil menunjukan tabung kaca bekas obat tersebut.
"Ini adalah obat anti infeksi. Bukan obat bius." Terang Clarissa sambil tersenyum jahil.
Jio menghembuskan napas lega saat mendengar penjelasan dari Clarissa.
"Naik." Perintah Clarissa.
Jio pun menurut dan naik keatas ranjang.
Clarissa mengambil kapas dan membasahi nya dengan alkohol. Lalu, ia mendekati Jio yang terlihat gugup.
"Sini tangan nya." Ucap Clarissa.
Alih-alih akan menyuntikkan obat itu ke kulit Jio, ternyata Clarissa menyuntikkan obat itu melalui selang infus Jio.
Lagi-lagi Jio membuang napas lega. Clarissa tertawa kecil, lalu ia bergegas keluar dari kamar Jio.
"Kamu harus stay lima hari di sini. Bila kabur lagi, aku tidak segan-segan akan membius mu. Ingat, kita tetangga. Aku akan membius mu bila bertemu di lorong apartemen dan menyeret mu kembali ke rumah sakit ini, paham?" Ucap Clarissa.
Jio kembali menelan salivanya saat melihat Clarissa yang saat ini tampak begitu menakutkan di matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
susi 2020
🤭🤭🤭
2023-06-09
1
um 7098355
ciri2/cikal.bakal suami tkut istri 😁😁😁 ksihan bank jioo
2021-12-12
1
Srieaniez Ñew Srieaniez
ihhhhh,,,bu dokter lebih galak dri bodyguard,,hahhaahhaaa
2021-08-09
1