Angin malam tak mampu membuat aya goya ia tetap berdiri di balkon kamar dengan memandang ke arah langit
"Apa polisi itu yang bikin lho jadi gini.? " Tanya vania dengan ikut berdiri di samping aya
Namun aya hanya diam tak menjawab sepatah kata pun
"Jika ya sampai kapan lho mau bohong sama hati lho ay sampai kapan lho jadi orang lain cuma karna lelaki itu.? " Ucap vania dengan melihat aya
Aya menundukan kepalanya " Selama ini gue jadi diri gue sendiri bukan orang lain"
Vania menyunggingkan bibirnya " Diri sendiri ngak salah.? Lho gadis cerewet manja selalu minta makan selalu ngerecokin gue dan dimas tidur kalo ngak ada orang lho ngak bakal tidur tapi liat lima tahun terakhir ini lho berubah lebih seneng sendiri apa apa sendiri itu yang lho bilang diri lho sendiri"
Aya menegakkan badanya "semuanya butuh proses dan sekarang proses kedewasaan gue bukan karna orang lain"
"Kalo gitu trima dokter gara " Aya langsung melihat vania ketika mendengar ucapnya yang tak masuk akal
Aya mengeleng "ngelantur ni anak "
"Gue tau hati ngak bisa di paksa tapi dia milik alin ay ada dokter gara untuk lho dokter gara udah serius sama lho apa lagi yang lho pertimbangkan.? Masalah hati semuanya akan terbiasa seiring bersama" Aya melihat vania
"Apa lho tau kejadian di taman.? " Tanya aya membuat vania diam
Lalu ia menganguk "maaf gue ngak sengaja denger karna mau ngambil barang yang ketinggalan "
aya mendudukan dirinya di kursi " gue takut van kalo nanti gue cuma bisa nyakiti hati gara "
vania mendekati aya " gue yakin dokter gara orang yang tepat"
Aya mengingat pertemuan nya dengan fasyah
"Kamu ngapain disini.? " Tanya aya ketika melihat fasyah yang berada di atas motor
Fasyah turun dari motor "saya nungguin kamu dek"
"Nungguin saya.? " Tanya aya dengan binggung
Fasyah menghembuskan nafasnya "dek kakak mau minta maaf karna udah bentak kamu di butik kemaren "
Aya menghembuskan nafasnya lalu menganguk "iya"
Fasyah tersenyum lalu memeluk aya jangan di tanya betapah meratonnya jantung aya ketika dalam pelukan fasyah
"Biarkan sebentar " Ucap fasyah ketika aya memberontak ingin melepaskan pelukan
"Bisah kan kamu tunggu kakak.?kakak ingin membereskan masalah pertunangan ini kakak tak ingin kamu jadi milik gara kamu milik saya dek" Aya langsung mendongak mendengar ucapan fasyah
"Saya cinta sama kamu dek" Fasyah langsung mencium ubun ubun aya
Sedangkan aya hanya mampu terdiam mendapat perlakuan dari fasyah yang tiba tiba
.
.
.
.
Aya memijat pangkal hidungnya karna merasa pusing akhir akhir ini ia selalu tidur larut entah itu karna pekerjaan atau karna gangguan tidur
"Ay Aya lho di dalem.? "
"Masuk " Ucap Aya dengan memejamkan matanya
"Lho sakit.? " Tanya vania yang melihat wajah aya agak pucat
"Ngak kok kenapa.? " Tanya Aya lalu ia melihat vania
"Lho mau kemana.? rapi banget .? " Vania melihat dirinya
"Lho lupa hari ini kan tunangan alin"
Aya mengusap wajahnya ketika ingat undangan alin " Astaga gue lupa van untung lho ingetin "
Vania mengeleng "kebiasaan , yaudah yuk ganti baju kebetulan gue bawa make up "
Aya berdiri mengambil baju yang biasa ia simpan di lemari kalo kalo ia ingin pergi jadi ngak perlu pulang lagi untuk ganti baju
Aya melihat penampilannya yang sudah rapi lalu ia mengambil tas dan tak lupa pulpen yang sengaja ia letakan di butik pulpen untuk fasyah
Ia tak ingin berharap dengan fasyah lagi vania benar fasyah untuk alin dan ia akan mencoba membuka hatinya untuk gara toh keluarga nya suka dan sudah tau dengan gara
"Siap.? " Tanya vania membuat aya menganguk
Lalu keduanya pergi ke kediaman om devin dan alana karna acaranya memang di adakan di rumah om devin
Setibanya di sana aya langsung bertemu dengan geby dan dimas
"Sore tante" Sapa aya dengan senyum
"Aya kamu dateng sayang.... Duh cantiknya ini kenalin papanya gara " Ucap geby memperkenalkan suaminya
"Halo Aya om " Sahut Aya dengan menjabat tanggan dimas begitu juga dengan vania
"vania om sepupu aya"
"Saya dimas " Sahut dimas dengan senyum
Aya dan vania saling pandang membuat dimas heran
"Kenapa.? " Tanya dimas
Aya mengeleng tak enak " Ngak om namanya sana kayak sepupu saya" Ucapan aya membuat geby dan dimas tertawa
"Kirain kenapa oya garanya bentar lagi dateng kamu mau makan dulu. ? "
Aya mengeleng " nanti aja tan aya mau ke alin dulu "
"Mari om tante" Aya pamit pergi meninggalkan geby dan dimas
"Alin mana.? " Tanya vania binggung mencari alin
Aya mengidarkan pandangannya hingga ia melihat alin yang sedang bersama mamanya
"Itu alin" Aya dan vania menuju ke tempat alin
"Cie cie yang mau tunangan " Godaan vania membuat aya canggung entah kenapa hatinya jadi tidak karuan rasanya ingin menangis tapi ia tak tau untuk apa ia menangis
"Makasih ya lho bedua udah mau dateng gue seneng banget " sahut alin
"ramon ngak dateng.? " Tanya alin pada vania
"Dateng kan satu geng" Ucap vania dengan senyum berbeda dengan aya yang merasa canggung
.
.
Sedangkan di tempat lain fasyah berulang kali melepas pasang cincin nya
"Jangan bilang lho mau mundur ya fas " Ucap dion dengan terus melihat jalan
"Mundur pun masih bisa kali di" Sahut Ramon dengan enteng
"Telat kita dah sampek" Sahut dion membuat fasyah mendongak
"Liat noh banyak orang lho mau malu ia bikin keluarga lho malu.? " Tanya dion lagi membuat fasyah diam
"Udah ngak usah di komporin bego "
"Lagian kayak anak perawan aja melo segala udah gede juga" Dion ini membuka pintu namun di tahan oleh fasyah
"Gue ngak bisa " Dion melihat ramon begitu juga dengan ramon
"Lho mau kabur.? " Tanya ramon
"Jangan kita pikiran jalan pintas aja ya fas " Sahut dion membuat ramon kesal
Tok.. Tok.. Tok... Ketukan di kaca mobil membuat ketiganya menoleh
"Buruan turun orang udah nungguin " Sahut gara ketika melihat dion membuka pintu
"Ini lagi tausiah dulu" Gara mengeleng mendengar ucapan dion
Fasyah melihat aya yang berada di samping alina jujur ia ingin sekali mendekati aya yang cantik mengunakan dress pink tutut tile
Namun itu hanya jadi angan ketika gara yang lebih dulu mendekati aya dan merangkulnya
"Udah ngak usah galau nanti gue pikirin jalannya " bisik dion membuat fasyah menoleh ke arahnya
"Sana ke calon lho" Usir dion lagi
.
.
Aya menoleh ketika merasakan badanya di rangkul seseorang
"Cantik banget si" Ucap gara dengan berbisik membuat aya melihatnya lalu tersenyum
"Makasih ay" Aya menoleh ke gara lagi
"Makasih udah mau jadi pendamping hidupku" Aya tersenyum canggung
"saya janji bikin kamu bahagia" aya menganguk berharap pilihannya yang terbaik
Sebelum ke acara ini ia memang telah sms gara bahwa ia mau memulai semuanya dengan gara tampa pura pura lagi hal itu sukses membuat gara girang bukan main
Aya ingin membuka hatinya untuk gara dan melupakan fasyah benar benar melupakan nya
Tepuk tanggan riuh ketika ms acara mengumumkan pertunangan alina dan fasyah
"Sekarang silahkan tukar cincin ya "
Aya meremas jantungnya yang berdetak kencang bahkan matanya memanas ketika melihat fasyah yang terus menatap ke arahnya
Aya dengan cepat mengusap air matanya yang jatuh ketika melihat alina memasangkan cincin di jari tanggan fasyah
"Cocok ya mereka " Ucap gara tampa melihat aya yang menahan tangisnya
Vania memegang tanggan aya lalu menganguk menguatkan aya jika aya bisa ia pasti bisa
.
.
.
aya mengunci dirinya di kamar menangis sejadi jadinya setelah pulang dari acara alina ia pikir ia bisa dengan mudah melupakan fasyah nyatanya tidak tidak sama sekali rasa itu masih sama seperti 5 tahun lalu
"Ay Aya dek " Pangil dimas membuat Aya dengan cepat menghapus air matanya
"Kenapa mas.? " Tanya Aya ketika membuka pintu kamar
"kamu nangis.? " aya mengeleng
"kelilipan tadi mas, kenapa. ? "
"Di depan ada temen kamu tuh temuin gih...oya sekalian mas mau pamit ke rumah bentar ets tapi ganti baju dulu " Aya menganguk lalu mengambil jaket untuk keluar
Langkah kaki aya berat rasanya ketika melihat siapa tamu yang di maksud dimas
Fasyah ya tamu itu fasyah yang sekarang sedang duduk di ruang tamu
Fasyah langsung berdiri ketika melihat aya datang "ada a..pa" Tak sempat aya bertanya fasyah langsung memeluk aya
"Jangan tinggalkan kakak dek tunggu tunggu sebentar lagi ya " Mendengar itu aya menangis
Begitu juga fasyah yang mengusap air matanya sendiri
Fasyah melepaskan pelukan nya dengan memegang kedua pundak aya " Tunggu kakak cincin ini " Fasyah mengangkat jarinya
"Cincin ini ngak ada artinya di banding kamu" Penjelasan fasyah membuat aya semangkin menangis
Aya mengeleng " Kita.. Ngak ada hubungan kamu tunangan alin"
Fasyah mengeleng " Ngak 5 tahun menjadi saksi kalo kita saling mencintai "
Aya mengeleng "Ngak kakak ngak cinta kakak ngak cinta"
Fasyah menghapus air mata aya " maaf karna baru sadar bahwa selama ini kakak mencintai kamu maaf " Aya memeluk fasyah dengan erat menyalurkan rasa sakit yang tak bisa mereka ucapkan dengan kata kata
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments