cafter 7

Melihat pemandangan kota jakarta membuat mata ke empat sekawan itu seakan berbinar bahagia

"Gila tiga tahun gue ninggalin indonesia ngak tau gimana nasip kota jakarta dan ngak tau juga nasib pacar gue " Ucap heru

"tapi yang pasti gue bahagia" lanjut heru dengan berputar putar merentangkan tangan merasa bahagia tampa peduli dengan dion yang kenah imbasnya

"Apa ngak ada tujuan lain lho balik ke indo.? " tanya dion dengan melihat heru seolah tak habis pikir dengan pikiran heru

Heru nyengir lalu mengeleng "keluarga gue kan kalian jadi buat apa di kangenin" dion langsung menoyor kepala heru dengan kesal

"Ngapain sih kita ngajak ni orang balik bikin emosi aja" sahut dion yang malah dapet pelukan dari heru

"Ketempat gue dulu ya " ajak ramon membuat ketiganya menganguk lalu menuju ke mobil greb yang telah di pesan ramon

Setibanya di rumah ramon mereka langsung merebahkan diri ada di sopa ada dan ada yang marebahkan diri di karpet

"Gila pinggang gue remuk dion " Sahut heru yang tengkutap dan badannya di tindih dion

"Diem ini terapi bodoh jarang jarang gue baik" sahut dion dengan terus menggrepek grepek badan heru tampa peduli ringisan heru

"Lho ngak capek apa amerika ke indo dan masih ngerjain tu anak" tanya fasyah yang berbaring di samping keduanya

"Gue kasian ama nih anak kan laporan nanti dia yang bikin" sahut dion membuat heru beranjak dan dion terjatuh dari badanya

"Laporan apaan.? "

"Laporan kepada keluarga kita lah" Sahut dion membuat heru mendengus kesal

Heru memang tinggal dengan dion karna heru anak yatim piatu selama ini heru tinggal di panti asuhan beruntung ia berteman dengan dion ramon dan fasyah sehingga biaya sekolah nya mereka yang bayar bahkan hingga ketiganya memutuskan masuk ke polisian dan heru lagi lagi di seret oleh ketiganya dengan ancaman jika heru tak ingin jadi polisi maka ia harus membayar semua biaya yang telah mereka keluarkan untuk heru selama ini

Bukannya kesal heru malah bersyukur mempunyai teman yang begitu baik membiayainya dari dulu hingga masuk kepolisian

Mangkanya heru tidak perna pisah dari ketiganya dimana ada heru pasti ada ketiga temannya

Dengan mereka heru memiliki keluarga baru ia begitu banyak mama dan papa karna keluarga dion fasyah dan ramon adalah keluarga nya juga itu kata mereka

.

.

Pagi ini setelah dion dan heru pamit pulang fasyah membereskan barang baranya juga

"Lho mau balik sekarang.? " tanya ramon

"Iya"

Ramon menepuk pundak fasyah "salam aja buat tante naina sama yang lain maaf ngak bisa nganter" sahut ramon lagi

"Ngak pa pa lho juga mensti ke rumah ortu lho kan" ramon menganguk

Setibanya fasyah di rumah ia langsung di sambut mama geby yang memeluknya dengan erat

"Jangan nangis ma fas sudah disini" sahut fasyah yang tidak tega melihat mamanya nangis

"Mama terlalu kangen,ayo kita temui bunda kamu pasti ia seneng ketemu kamu" geby langsung mengajak fasyah ke kamar depan kamar wanita pertama untuk fasyah

"Dek liat siapa yang dateng" ucap geby ketika membuka pintu

Fasyah terdiam ketika ia melihat naina yang sedang di atas kasur

"Fasyah ayo " geby menarik tanggan fasyah mengajaknya mendekati naina

"Sudah pulang bang" tanya naina dengan pelan

Fasyah langsung memeluk naina dengan berurai air mata

"Kenapa ngak bilang kalo bunda sakit,.? " tanya fasyah pada naina

"Kenapa mama ngak ngasih tau fasyah kalo bunda sakit.?" tanya fasyah lagi dengan melihat geby

"Bunda ngak pa pa" sahut naina dengan lemah

"Ngak pa pa gimana muka bunda pucet, tanggan di impus " sahut fasyah membuat naina tersenyum lagi

"Tiga tahun kamu ninggalin bunda cerewet kamu masih ada ya" ycap naina membuat fasyah menunduk

"Maafin abang abang udah ninggalin bunda"

"Ngak pa pa sekarang kan udah di sini" sahut naina

" apa abang udah punya calon istri.? " pertayaan naina membuat fasyah bingung

Geby mendekati fasyah "fasyah maafin mama ya" fasyah menoleh ke geby

"Mama sana bunda dan papa sepakat buat nge jodohin kalian kamu dan mas gara tapi ini baru kenalan aja kok kalian nanti bisa nolak kalo ngak cocok" ucap geby lagi

Fasyah melihat naina yang tersenyum "abang mau ya kenalan dulu"

"nanti abang pikirin " ucap fasyah membuat naina dan geby tersenyum

.

.

.

.

Lima hari berada di america bagai lima tahun bagi ayana karna ia yang tidak perna jauh dari caca

Disini ia merasa sangat kesepian apalagi disini tak ada satu pun orang yang ia kenal

"Hello" sapa seorang lelaki yang aya sendiri tidak tau siapa

Aya hanya tersenyum lalu mengeser tempat duduknya

mungkin lelaki itu menyapanya karna ingin duduk pikir ayana

"Kamu dari indonesia kan.? ayana atthallah benar.? " aya melihat lekaki itu dengan binggung

Mendapat respon begitu lekaki itu langsung duduk di samping ayana " saya sagara panggil aja gara" ucapnya dengan mengulurkan tanggan

"Ayana" sahut aya

"ayana atthallah satu satunya desainer dari indonesia, cantik mudah dan berbakat di saat orang lain mengenalkan berbagai busana ia malah mengenalkan batik dan kebayak "

Lagi lagi aya merasa binggung dengan lelaki ini dari mana ia tau semua tentang dirinya

"Saya salah satu pengemar kamu lebih tepatnya setelah kamu disini dan ikut fashion show itu" aya menganguk lalu kembali menggigit rotinya

"Kamu dari indonesia juga kan.? " tanya aya dengan mengeluarkan hpnya

"Aku bicara panjang lebar mengunakan bahasa indonesia apa itu artinya aku bukan orang indonesia.? " tanya gara seakan tak percaya dengan pertayaan aya

"Saya cuma nanya" balas aya cuek

Gara merasa kesal disaat gadis gadis di sini mengilai nya tapi gadis di sampingnya seakan biasa saja tampa minat

"Aya bagaimana saya menurutmu apakah saya ganteng.? " tanya gara berusaha menarik perhatian aya

Aya melihat gara dari rambut hingga ujung kaki

"Ganteng" sahut aya dengan menganguk

"Apa ada yang salah.? " tanya aya balik

Gara mengeleng " Ngak ngak pa pa,lupakan kapan mau balik ke indonesia.? "

Aya menganguk cuek " besok udah balik ke indonesia "

"Mana kartu nama kamu.? " aya melirik lelaki di sampingnya dengan binggung

Baru kenal sudah minta kartu nama

"Besok saya juga balik ke indonesia biar bareng kita bisa satu pesawat kamu tau sendiri kan america jakarta memerlukan waktu yang lama " sahut gara dengan cengira

Aya merasa itu bukan ide yang buruk dan ia bisa ada teman ngobrol selama di pesawat

"Jam berapa mau pulang besok.? " tanya aya dengan menghadap gara

Mendapat respon begitu gara semangat "sore aja gimana sekitar jam 3 " aya menganguk

"Jemput saya di hotel bellagio kamar no 123" ucap aya membuat gara senyum

minggu 21 maret 2021

.

.

.

.

Gara dan aya tiba tadi subuh kerna gara harus segerah pulang akhirnya gara mengantar aya ke butik padahal gara sudah mengusulkan akan mengantar aya ke rumah tapi aya tetap ingin ke butik dengan alasan lebih dekat

Setibanya di rumah gara langsung menuju ke kamar bunda naina

"Ma" Pangil gara pada geby membuat semua yang ada disana langsung melihat gara

Geby tersenyum langsung mendekati anak bungsunya itu "sini mas" ajak geby pada gara untuk mendekati nain

"bunda apa kabar.?" tanya gara yang prihatin melihat wanita tercinta setelah mamanya geby

ya naina sudah seperti mamanya sendiri karna naina lah yang merawatnya dlu itu ia lihat dari banyaknya photo ia bersama naina waktu masih bayi

Awalnya gara ingin pulang tiga hari lagi tapi mendapat telpon dari fasyah bahwa naina sakit gara langsung membereskan pekerjaannya dan pulang dan beruntungnya ia bisa bertemu dengan aya

"Bunda ngak pa pa mas" sahut naina dengan lemah

memang semenjak pernikahan fisyah 6 bulan lalu kesehatan naina terus menurun hingga kini naina terbaring lemah di kasur

"Mas mas mau kan ajak abang buat nikah bareng" Kening gara berkerut binggung ia langsung melihat ke fasyah yang terdiam seribu bahasa

"Bunda pengen liat kalian nikah bareng khukkk...hhukkk.....hukkkkk... " fisyah langsung memberikan naina air

Melihat gara yang binggung geby mendekati gara "nanti mama jelasin "

" mba aja gara istirahat dulu ya " naina menganguk mendengar ucapan geby

"Mba tolong bilangin mereka ya supaya mau nikah" ucap naina pelan

Geby melihat fisyah yang duduk di dekat naina "Fisyah jaga bunda dulu ya " fisyah menganguk mengerti jika ia harus membiarkan mereka berbicara

Geby mengajak gara keluar yang di ikuti fasyah dan dimas dari belakang

"Mama bisa jelasin.? " tanya gara langsung ketika dimas duduk di dekat fasyah

Gara tak habis pikir ia pulang dari amerika ke indonesia bukan 1 atau 2 jam tapi berbelas jam bahkan badanya rasanya remuk kalau saja ini bukan demi bundanya ia ingin langsung tidur tapi setibanya ia malah mendapat kabar yang begini

" tiga hari yang lalu bunda muntah darah kita semua panik mau bawa kerumah sakit tapi bunda kalian ngak mau ia masih takut, kalian tau sendiri semenjak melahirkan fasyah sama fisyah bunda benci rumah sakit sampai akhirnya bunda bilang ia mau berobat ketika kalian sudah menikah sehingga ia bisah tenang"

Fasyah mengusap wajahnya lelah ini semua karnanya yang terlalu lama pergi tampa memikirkan nasib ibunya

"Mangkanya mama sama papa ngusuli buat nikahin kalian biar bunda ngak kepikiran terus " sambung geby

"Kemaren abang ketemuan kan sama cewek itu gimana.?" tanya dimas pada fasyah

"Lho udah ketemu.?" tanya gara membuat fasyah menganguk

"Orangnya baik " sahut fasyah

"Maaf kalo papa dan mama milihin tampa persetujuan kalian kami hanya ingin yang terbaik papa juga tau bunda melakukan semuanya agar ia tenang ketika ia pergi nanti" sambung dimas

"Besok gara juga akan ketemu sama calonnya " Sambung dimas dengan melihat ke arah gara

"Pa fas bisa nolak .? Fas ngak mau ngak bisa pa "

Dimas menepuk pundak fasyah "Fas bunda begitu ia hanya ingin kamu memiliki tujuan hidup fas fisyah sudah punya bian hanya tinggal kamu "

"Tapi papa tau fasyah belum mau menikah "

"Sampai kapan fas.? " Tanya fais yang datang bersama istri nya riska dan anaknya amanda

"Kamu juga gara.? " sambung fais dengan melihat adeknya itu

Fasyah diam menunduk ia paling takut jika fais sudah marah

"mas kita perlu waktu " cicit gara pelan

"Sampai kapan.? Sampai bunda pergi.?"

"Mas " sahut fasyah tak Terima

"Kenapa.? bener kan? kalian ngak tau ketika bunda harus nangis tiap malam merindukan kalian apa kalian makan.? apa kalian tidur dengan nyenyak .? tapi kalian apa kalian hanya mengejar karir kalian sendiri tiga tahun kalian pergi pulang hanya hari penting saja apa begitu cara kalian dengan orang tua " riska langsung menenangkan fais ketika fais emosi pada gara dan fasyah

"Tapi kenapa harus aku juga" sahut gara membuat fais mengeleng

"Naina mau berobat kalo kalian sudah menikah" sahut dimas membuat gara dan fasyah diam

"Selama 6 bulan terakhir cuma fisyah sebagai dokternya ia ngak ingin sembuh kalo kalian masih di amerika sedangkan kalian tau sendiri fisyah dokter anak bukan dokter spesialis seperti gara " mendengar penjelasan dimas baik gara dan fasyah saling pandang

"Fasyah mau demi bunda " sahutnya dengan memejamkan mata

"Gara mau tapi harus pilihan gara " dimas langsung menoleh ke gara

"Emang mas udah punya calon.? "

"Ada" sahut gara dengan melihat ke langit berharap wanita itu mau menerimanya walaupun baru kenal

.

.

.

.

Sarapan pagi bagi sebagian orang sebagai ajang berkumpul keluarga begitu juga yang di lakukan keluarga arga dan caca sarapan pagi bersama harus ada setiap pagi walaupun keadaan keluarga lengkap atau ada yang keluar kota

"Pagi " sapa aya ketika melihat arga caca dan aydan berkumpul di meja makan

"Lho dek kamu udah pulang siapa yang jemput.? " tanya caca dengan menghampiri anak nya itu

"Aya tiba tadi subuh bun nginep di butik dulu"

"Kenapa ngak kabarin mas mas bisa jemput " ucap aydan dengan memberikan piring untuk Aya

"ngak takut mas capek " aydan mengeleng mendengar alasan aya

"Kamu ke sini siapa yang anter.? " tanya arga dengan meminum kopinya

"Taksi yah kan adek ngak bawa mobil" arga menganguk ingat jika anaknya tidak membawa mobil

"Dek kamu tau ngak alina di jodohin" aya yang tengah mengunyah nasi goreng langsung kaget

"Yang bener mas.? " aydan menganguk

"Iya mas tau dari om devin tapi ngak tau alina nya gimana mau ngak"

"Udah ngak usah rumpi makan dulu aja" caca menyelah ucapan kakak adik itu hingga keduanya terpaksa berhenti

Setelah makan aya langsung pamit untuk istirahat di kamar

"Bener ngak ya alina di jodohin.? " ucap aya pada dirinya sendiri

"Dek ada alina nih" mendengar teriakan aydan yang menyebut nama alina aya langsung cepat membuka pintu kamarnya

"Mana mas.? " tanya aya dari atas

"Ini di depan sama bunda " aya langsung turun untuk menemui alina

"Alinaaaa" aya langsung memeluk alina hingga membuat alina sesak nafas

"Aya sakit lepas" aya tersenyum girang kangen dengan teman gilanya ini

"Gue kangen sama lho" alina menatap tajam aya

"Lho kangen jangan bikin gue mati " ucap alina dengan kesal

"Sama gue lho ngak kangen.? " tanya suara dari belakang aya

Aya berbalik tersenyum lalu memeluk vania juga keduanya berpelukan bagaikan teletabis membuat caca mengeleng kepala melihat kelakuan para gadis itu

"Oleh oleh gue mana.? " tanya alina ketika aya melepaskan pelukan pada vania

aya langsung cemberut "gue pulang bukanya di tanya sehat atau apa ini minta oleh oleh"

Alina mendengus " Liat lho bisa berdiri aja itu udah bukti kalo lho sehat cepet mana.? " alina menadahkan tangganya membuat aya pasrah

"Ada di kamar" alina tersenyum lalu pergi ke kamar aya

"Buat gue ada ngak.? " tanya vania membuat aya menganguk lagi

"Bun kayaknya aya ngak mau deh temenan ama mereka berdua" ucap aya ketika melihat vania juga pergi meninggalkanya

Caca mengeleng "kayak kamu ngak aja" aya melihat caca dengan kesal

"Udah sana susul mereka" aya menganguk lalu pergi ke kamarnya

"Udah dapet.? " tanya aya yang melihat vania dan alina tiduran di kasur

"Udah, eh ya lho kok punya dua pulpen.? bukanya waktu itu kita beli satu.? " aya melihat pulpen yang ia letakan di tempat meja belajar hanya berbedah tempat penyimpanan saja satunya pakai bok kaca kecil dan satunya di pajang biasa seperti photo

Memang ada dua satu ketika ia membelinya bersama alina dan satunya untuk lelaki itu

lelaki yang sampai sekarang tampa kabar berita

"Ngak penting sekarang ceritain gimana bisa lho di jodohin sama bokap lho"

Alina menceritakan dari awal hingga akhirnya ia bertemu dengan lelaki itu lelaki yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama dan ia berencana jika lelaki itu setuju makan ia juga akan menyetujui nya

"Nanti kalo gue nikah sama tu orang gue mau semua gaun gue lho yang bikin " aya mengancungkan jempolnya tanda setuju

"Dan lho hey lho gimana.? " tanya aya pada vania

"Gue kenapa.? " tanya vania balik

"Jangan sok polos ramon lho gimana.? " tanya aya lagi

"Gue udah move on sama dia " sahut vania dengan memainkan hpnya

"Ala muka lho ini mau move on preeett"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!