"Ya aya" teriakan dania membuat aya yang lagi berada di dapur bergegas menuju ruang tengah
"Kenapa mba.? " tanya aya ketika melihat dania
"Tu di depan ada temen kamu nyariin kamu " aya yang merasa binggung langsung menuju ke depan rumah
Kening aya berkerut ketika melihat seorang lelaki lagi berbincang dengan tukang pemasang tenda
"Gara.? ngapain kesini.? " tanya aya ketika berada di dekat lelaki itu
gara menoleh kebelakang "aya lho sibuk ngak gue mau ngajak lho pergi bentar ? " tanya gara
Aya melirik ke dalam rumah "mau kemana.? "
"ketemu bunda bentar doang kok mau ya"
Aya diam lalu menganguk "bentar doang tapi ya tau diri gue repot bantuin nikahan mas gue" gara dengan cepat menganguk
"Bentar gue ambil tas dulu" aya masuk kedalam untuk mengambil tas sekalian pamit pada dania dan bergegas menemui gara
"Yaudah yuk " keduanya langsung pergi meninggalkan rumah aya
"Ga mau kemana sih.? " tanya aya lagi yang masih binggung pada gara
"Gue mau ngajak lho ke rumah sakit, lho perna bilang kan mau jadi pacar pura pura gue nah sekarang gue butuh banget bantuan lho" aya menganguk mengerti
"Siapa yang sakit.? bunda lho.? " tanya aya lagi
gara menganguk "iya bunda naina nanti disana gue kenalin lho sebagai pacar tapi inget jangan pakek lho gue harus aku kamu ok kita pacaran juga udah enam bulan ya ok" aya menganguk saja mendengarnya
Setibanya mereka di rumah sakit aya binggung "ini bener rumah sakitnya.?" tanya aya pada gara
Gara menganguk "kenapa.?"
"Ngak pa pa sodara gue juga ada disini" sahut aya dengan membuka pintu
"Sodara lho sakit apa.?" tanya gara binggung karna ia tak perna melihat aya di rumah sakit ini
Aya mengeleng " bukan tapi jadi dr. Spesialis jantung sama dr.anak " Gara menghentikan langkanya
"dr.sadimas dan dr. vania.? " aya menganguk membenarkan
"kamu kenal.? " tanya aya
gara mengeleng " gue kan kerja disini ya kenal la " aya melihat gara
"jadi lho dokter disini juga .? " gara menganguk dengan senyum
Gara melihat aya "kenapa ngak jadi dokter/suster aja sodara lho jadi dokter semua biar kita bisa jadi patner."
Kita bisa jadi patner
patner
patner
Aya memejamkan mata ketika kata kata itu terus di putar berulang ulang oleh otaknya hingga membuat gara khawatir
"Ay aya lho kenapa.?" tanya gara dengan binggung
Aya membuka matanya lalu mengeleng "gue ..gue ngak pa pa kok iya ngak pa pa " sahut aya dengan menormalkan pikirannya
"ayo kita kesana" ajak aya tak ingin membuat gara binggung
Keduanya langsung menuju ruangan naina namun gara masih binggung dengan aya kenapa aya langsung merespon begitu apa ada yang salah dengan ucapan nya
Cklek...
suara pintu yang terbuka membuat semua yang ada disana melihat ke arah mereka
"Aya " pangilan dari alina yang melihat aya membuat semuanya binggung
"kamu kenal lin.? " tanya wanita yang berada di samping alina
Alina menganguk lalu menghampiri aya " ini tu temen rasa sodara buat aku tan ayahnya juga teman baik papa tan" aya langsung di tarik alina untuk mendekati kedua wanita itu naina dan geby
"ayana tante " Ucap ayana memperkenalkan diri pada geby lalu pada naina yang terbaring di ranjang
"saya geby mamanya gara dan itu bundanya naina" aya menganguk dengan senyum
"jadi ini pacar mas gara.? " Tanya geby membuat gara langsung memegang tanggan aya
aya langsung menatap gara sinis ketika gara megedipkan sebelah matanya pada aya
"sas jagan di goda " sahut geby membuat gara langsung melihat geby sedangkan aya hanya senyum tak enak pada mereka
"lho hutang penjelasan sama gue" bisik alina membuat aya menganguk kecil
Lama mereka berbincang membuat aya akrab dengan geby dan naina aya juga mengundang mereka pada acara pernikahan aydan yang akan di laksanakan dua hari lagi
"Mas gara disini.? " tanya fisyah yang menghentikan pembicaraan mereka
"kenapa.? " tanya gara langsung
"Mas gara di cariin sama dr.sadimas " mendengar nama dimas aya langsung menoleh ke gara
"aku keluar bentar ya kamu tunggu sini" aya menganguk dengan senyum
gara keluar yang di ikuti oleh fisyah meninggalkan mereka ber empat
"Oya mama sampe lupa malam ini mama mau ke rumah alin mau bilang fas setujuh tunangan sama alin tapi tunangannya besok ya di percepat dan di rumah sakit ini dulu soalnya fas harus kemalang lusanya nanti kalo udah balik baru kita rayain gimana.? " alina menganguk dengan girang
"gimana ayana.? " aya yang gelagapan di tanya menjadi binggung
"apa tan.? " tanya aya binggung
"Kamu mau kan nikah sama gara nanti mama ke rumah kamu buat ngelamar secara resmi.?" mendengar itu jujur otak aya ngebleng
" pasti mau gara kan udah lamar aya. " ucap naina menimpali
nikah. ?
nikah.?
gara.?
Geby mendekati aya "jangan jangan gara belum lamar kamu ya.? " aya mengeleng
"anak itu benar benar katanya mau serius ini gimana.? aduh aya maafin gara ya ayana tapi aya serius kan sama gara.?" mendapatkan pertanyaan begitu aya hanya pasrah menganguk tak ingin mereka semangkin curiga.
gara ngak hanya belum melamar tapi gara juga ngak bilang kalo mereka akan menikah
pacaran pun cuma pura pura ...
batin aya memberontak ingin bicara yang sejujurnya bahwa mereka cuma pura pura ngak pacaran beneran
"aya kerja nya apa. ? " tanya naina dengan melihat aya
"aya ini desainer bun beda sama alin" sahut alin membuat naina tersenyum
"bunda ngak nyangka bisa dapet koki dan desainer"
aya melihat alin yang begitu bahagia karna aya tau jika alin benar benar menyukai lelaki itu berbeda dengan dirinya
Clek......
suara pintu yang di bukak memperlihatkan gara dan seorang lelaki yang juga ikut masuk di belakangnya
aya melihat lelaki itu badan nya langsung kaku bahkan bernafas pun susah ketika melihat lelaki itu lelaki yang aya tunggu selama ini
begitu juga dengan lelaki itu kaki nya langsung terhenti ketika mata keduanya bertumbrukan seakan waktu berhenti saat itu juga
"ayana ini kenalain fas calon tunangan alin dan fas itu ayana calonnya mas gara " baik aya dan fasyah sama sama terdiam mencerna ucapan geby
"kamu ngak pa pa.? " tanya gara yang entah sejak kapan duduk di samping aya
aya menganguk lalu menunduk " bisa anter aku pulang aku harus bantu bantu dirumah." gara tersenyum lalu menganguk
"Ma bun gara anter aya pulang dulu ya soalnya aya harus bantu nikahan masnya" geby dan naina menganguk
"aya nanti gue mampir" ucap alin membuat aya menganguk
"aya titip salam sama mama papa kamu ya soal kalian nanti kita bicarakan lagi" aya menganguk lalu menyalimi geby dan naina
selama dalam perjalanan aya diam tak ingin bicara ia kesal dengan gara yang telah berbohong padanya
tapi di sisi lain aya tak mampu menutupi kekecewaan nya karna lelaki itu yang akan bertunanga dengan alina
"makasih" ucap aya langsung membuka pintu namun di tahan gara
"ay maaf"
"maaf gue bohong sama lho gue ngak maksud begitu " aya melepaskan tangganya dari gara
"lupain aja ga lagian kita juga pacaran cuma bohonggan" sahut aya
"dan dengan ini tugas gue selesai gue ngak perlu bantuin lho lagi"
"gimana kalo gue lamar lho beneran" ucapan gara mampu membuat gerakan aya yang ingin keluar mobil terhenti
"gue ngak bisa " aya langsung keluar yang langsung di kejar gara
"kenapa.? bisa kasih gue alasan.? " tanya gara
aya menghembuskan nafas "kita baru kenal ga dan gue ngak bisa "
"apa ada orang di hati lho.? " ucapan gara mempu mengenai ulu hatinya membuat aya terdiam
"jadi benar.? siapa dia ay.? " aya mengeleng
"ngak ada " aya meninggalkan gara yang masih di depan gerbang
membiarkan lelaki itu melihatnya dari jauh tak taukah gara jika aya sedari tadi menahan air matanya agar gara tak melihatnya agar gara tak kasihan padanya
.
.
.
.
fasyah langsung menghempaskan badanya di samping ramon yang asik membereskan baju bajunya
"kenapa lagi.? " tanya ramon yang binggung karna fasyah bukanya datang membawa baju ini cuma bawa badan doang
"gue besok tunangan " ramon menghentikan gerakannya
"lho serius.? " fasyah menganguk
"ayana gimana.? gue juga udah selidiki itu sodaranya bukan cowoknya atau lakinya fas dan alasan ayana ngak jadi dokter itu karna- " penjelasan ramon tak mampu membuat hati fasyah tenang
"dia calon tunangan gara " ucap fasyah dengan menyelah ucapan ramon lalu ia memejamkan matanya
dulu ia begitu menyesal telah menyakiti ayana dengan perkataannya mengatakan jika ayana adiknya
ucapanya juga menjadi kenyataan jika ia akan memperkenalkan calon istrinya pada ayana kini semuanya terbukti
dan kini ia tau sakitnya hati ketika kita mencintai tapi orang itu memilih orang lain
"fas lho bisa bicara in dulu semuanya" fasyah membuka matanya yang merah
"alina dan ayana berteman baik dan gue ngak mau ngancurin hubungan gara" fasyah beranjak meninggalkan ramon sendiri
sedangkan ramon langsung bergegas menghubungi vania
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments