baik arga dan yang lain benggong melihat koper yang di bawa aya turun karna ukuran besar
"lho bawa semua baju.? " tanya dimas ketika melihat koper aya
"ngak ini dikit kok" bela aya
"aya disana kalian bakal bantu nyari ini pakai sebanyak ini yakin semua di pakek.? " tanya caca melihat kelakuan anaknya
aya mengeleng membuat yang lain mendesah kesan aya memang terkenal dengan gadis manja plus lelet tapi entan dapat hidayah dari mana ia bisa bikin baju bagus sampai terkenal ke luar negeri
"bawa barang seperlunya aja ya " aya menganguk lagi lalu masuk ke kamar yang langsung di ikuti caca
tak sampai 10 menit caca datang kembali dengan membawa koper aya
"udah beres tinggal berangkat" kata caca membuat semuanya beranjak mengantar aya anga dan dimas ke mobil karna mereka akan langsung ke rumah sakit lagi melihat kondisi lisa dan linda mamanya arga
"hati hati dimas ingat jaga aya " ucap arga membuat dimas menganguk
"anga kamu juga tolong jaga aya selama disana" timpal revan
"nanti saya hubungi bara biar idan bisa ke bengkulu secepatnya" ucap Adrian
Sebelum mereka menaiki mobil telepon arga berbunyi
"Ini dari kepolisian sebentar" revan mengangkat pangilang dan tersenyum tak lama ia mematikan hpnya "kalian langsung ke rumah sakit dkt (DKT) saja vania sudah disana" ucapnya pada dimas
setibanya di bandara mereka langsung ikut rombongan rumas sakit brawijaya karna anga salah satu pemegang saham apalagi karna ada dimas jadi aya hanya tinggal duduk cantik
di bengkulu mereka langsung memisahkan diri dari rombongan yang akan langsung ke kabupaten kaur mengantikan tim medis yang mengalami kecelakaan mereka menaiki mobil yang memang telah di sewa mereka langsung menuju rumah sakit DKT ( rumah sakit TNI bengkulu)
"Ruangan berapa.? " Tanya aya ketika anga kembali setelah bertanya pada resepsionis rumah sakit
"Ruang melati tiga semuanya disana " mereka langsung menuju ke ruangan melati
"Itu vania " ucap dimas ketika melihat orang yang mereka cari tengan sandaran di atas brangkar
"Lho ngak papa van.? " tanya aya ketika tiba di dekat vania
"Aya " pangil vania dengan merentangkan tanggan minta di peluk
Keduanya bagai teletabis berpelukan erat membuat dimas langsung menoyor kepala vania
"Lho gak mati ? " Tanya dimas yang langsung dapet pukulan dari aya
"Kalian disini dulunya saya mau kesana " Mereka langsung menganguk meng iyakan ucapan anga
setelah kepergian anga dimas melihat brangkar samping "Ya gue ke situ ya" Ucap dimas
Aya melirik ke brangkar sebelah lalu tersenyum mengejek "jangan jadi pembinor lho mas"
"Apaan tu ada lakinya " Ucap dimas tak terima dengan ucapan aya
Aya melihat dengan teliti "kayak kenal tu cowok"
Dimas mengusap wajah aya "cowok aja cepet "
"Mas dimas ngak boleh gitu" ucap vania membela aya
"Ya lagian tau ah gue kesitu dulu" dimas melangkah pergi meninggalkan kedua wanita itu
"Eh van loe bener bener ngak papa.? " Tanya aya yang tak ingin pusing dengan siapa lelaki itu
Vania menganguk "cuma kaki aja ni " vania menunjukkan kakinya yang di gifs
"Gue mau pindah rumah sakit di jakarta aja ya" aya menganguk lalu mengambil buah
"Iya nanti nunggu mas dimas ama mas anga"
"Ayana"
Aya menoleh ketika namanya di pangil
"Mas bian.? " Lelaki yang bernama bian itu mendekat
"Kamu ngapain disini.? Ini siapa.? " tanya bian ketika melihat aya dan vania
"Ini vania salah satu dokter yang mengalami kecelakaan bus, sepupu aya mas" bian menganguk
"Oh istri mas di sebelah " tunjuk bian persis di samping vania
"Sama korban juga " lanjut nya
Aya dan vania sama sama melirik ke brangkar sebelah lalu saling pandang seakan mata keduanya berbicara itu kan cewek yang tadi di samperin mas dimas
" Dokter juga mas.?" tanya vania
"Iya dokter dari rumah sakit brawijaya dokter spesialis anak"
"Dokter fisyah.? " Tanya vania
"Kamu kenal.? " Vania menganguk
Sedangkan aya merasa pamiliar dengan nama itu
" Saya dari rumah sakit brawijaya juga mas" Bian tersenyum
"Yaudah saya ke kantin dulu beli minum kalian ada titipan.? " Vania dan aya kompak mengeleng
"Jadi cewek yang bikin mas dimas gagal move on itu istrinya mas bian" Ucap aya membuat vania menganguk
"gue ngak nyangka tapi dokter fisyah emang cantik baik lemah lembut lagi"
"Udah ya ngak usah ngurusin orang mending urusin gue yuk gue mau pulang " aya mengambil hpnya untuk menghubungi arga
mereka di izinkan pindah ke rumah sakit jakarta tapi itu karna berkat anga bahkan beberapa dokter dari rumah sakit brawijaya juga pindah ke jakarta semua
"ahh gila badan gue remuk" ucap aya dengan mengistirahatkan badannya di sofa rumahnya
"siapa suru ikut" ucap dimas dengan berbaring di karpet
"kalian mau makan apa.? " tanya caca dengan memijat kaki aya
"ngak usah bun yang ada aja kasian bunda capek" dimas pun menganguk
"mas dimas nginep sini.? " tanya aya
"ya lhu gila ini udah jam 3 subuh masa gue pulang badan baru aja rebahan udah di usir" ucap dimas membuat aya mendengus
"di ruangan oprasi juga sampek pagi la ini baru jam 3 subuh udah k.o"
"beda aya ini di pesawat kesana kemari pula tau ah mau tidur" dimas langsung menutup wajahnya mengunakan bantal
"ngak makan dulu mas.? " tanya caca yang berdiri
"ngak usah buca anaknya aja di kasih makan kasian makan ati mulu" aya melempar bantal yang langsung mengenai pantat dimas
"ngeselin aja " ucap aya lalu ikut berbaring di samping dimas
"ngapain lho" sahut dimas yang bergeser
padahal ia tau jika aya akan selalu tidur sama dimas jika dimas tidur di rumah arga itula setiap kali tidur di rumah arga dimas selalu tidur di depan tv tak ingin tidur di kamar karna aya akan ikut.
"mas dimas ih " aya memeluk dimas seakan tak peduli jika dimas kesal
soal bermanja aya selalu manja dengan dimas tapi jika soal tugas pemecahan masalah, soal darurat makan ia akan mencari idan dan iya akan mencari vania jika itu masalah pakaian, sepatu, serta pernak pernik kecantikan tapi kalo masalah makan-makan alina yang jadi pilihan terbaiknya lidah aya akan dimanjakan dengan berbagai masakan alina apapun yang aya inginkan selalu ada
ya beginilah hidup aya yang selalu menjadi prioritas walaupun orang orang kesel tapi ia tetap tak peduli
tapi satu hal yang mereka tidak tau jika selama ini ketegaran aya dan kebodohan aya itu semata mata untuk menutupi hatinya yang rapuh hatinya yang selalu berharap lelaki itu.
16 maret 2021
.
.
.
.
.
.
"bundaaaaaaaa" teriakan aya mengemah di kamar hingga tembus ke ruang makan membuat caca dan arga bergegas menaiki tangga begitu juga aydan yang baru selesai mandi ia langsung menuju kamar adiknya
"dek kamu kenapa.? " tanya aydan yang datang dengan hanya memakai celana bukser
tak lama caca dan arga juga datang memasuki kamar aya melihat aya yang joget membuat semuanya binggung
" adek di undang fashion show fashion show bunda fashion show " ucap aya dengan berjoget ria
baik caca dan arga sama sama tersenyum mendengar nya karna ini kali pertaman nya aya bisa menampilkan karyanya berbeda dengan aydan yang malah membaringkan badannya di kasur aya
"mas idan ngak seneng.? " tanya aya melihat aydan yang membaringkan badannya
"mas seneng tapi mas capek dek mas kira ada apa tadi kamu teriak" ucap aydan dengan mata terpejam
arga mendekati aydan "mas tidur aja maafin adek ya"
caca yang melihat itu tersenyum arga selalu sayang dengan anak anaknya tak perna sekali pun ia keras mendidik kedua anaknya tapi anak anaknya lah yang berusaha keras untuk membahagiakan mereka
"adek fashion show nya dimana.? " tanya arga yang ikut duduk di sofa kamar bergabung dengan caca dan aya
"di america yah tapi aya takut aya ngak perna ke sana" arga mengelus kepala aya
"nanti ajak mas dimas aja gimana adek kan ngak perna kesana " usul arga membuat aya mengeleng
"ngak usah nanti mas dimas banyak pasien aya sendiri aja tinggal bawa peta beres " ucapan aya membuat caca tersenyum
beberapa tahun lalu perekonomian keluarganya menurun benar benar menurun hal itu menyebabkan ardi serangan jantung dan meninggal restoran di kalimantan juga sepi akibat beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab akibatnya arga dan devin harus merasakan kerugian besar
prusahaan dan resto yang ada di bali juga begitu di fitnah hingga hampir gulung tikar semua terjadi hingga hampir setahun apalagi kondisi bara yang sempat koma setelah mengejar penjahat yang menjatuhkan restoran mereka membuat devin dan arga banyak membutuhkan biaya
beruntung revan dan adrian membantu keuangan mereka meski pun jumlah nya terhitung besar mereka meminjamkan tampa jaminan apapun
hal itu membuat arga menjual rumah orang tua caca yang ada di bandung dan rumahnya sendiri yang ada di jakarta
bahkan karna itu aya harus mengubur cita citanya menjadi dokter sekarang ia bangga aydan mengelolah cafenya dan bekerja sebagai dosen
ayana memiliki butik walaupun tak sebesar orang orang bahkan hanya terkenal di Indonesia tapi itu cukup membantu keuangan mereka
"kapan perginya.? " tanya caca
"sore ini bun acaranya lusa jadi adek harus siapin bajunya dulu yang mana mau di pamerin" arga mengelus kepala aya
"beres beres gih sana ayah tunggu di bawah sama bunda ya" aya menganguk
.
.
.
.
.
.
sedangkan di negeri sebrang beberapa lelaki di sebuah rumah sedang menyusun rencana
"lho yakin tu orang bakal di situ.? " tanya seorang lelaki yang berkulit sawo matang serta mata yang sipit
"adiknya bakal ngadain fashion show dan mereka dapet kelas vvip disana " jelas lelaki yang berkulit putih
"apa hubungannya mereka disana" tanya salah satu dari mereka.
"dion di fashion show itu banyak peragaan busana dari luar negeri Indonesia juga ada jadi kemungkinan transaksi mereka terjadi" ucap lelaki berkulit sawo matang itu
"lho kan tau diri model disana banyak kerja part time ya siapa tau la bisa di ajak ngamar eh baranya bisa di titip sekalian" lelaki yang bernama dion itu menganguk lagi seakan mengerti dengan penjelasan temannya itu
dion melirik ke arah temannya yang lain "woy fas fasyah jangan ngelamun lho " lelaki yang bernama fasyah itu hanya melirik sekilas tampa ada niat menjawab
"kenapa lho kangen Indonesia.? " tanya dion lagi
fasyah menghembuskan nafas lalu membenarkan posisi duduknya "beberapa hari lalu bus yang membawa adek gue dan rombongan nya kecelakaan tapi gue ngak bisa balik gue tau dia ngak pa pa tapi gue masih kawatir"
"adek lho bukanya kerja di brawijaya.? " tanya dion lagi membuat fasyah dan dion melihat salah satu rekan mereka
"lho ngak ngabarin cewek lho.? " Tanya dion pada temannya itu namun tak mendapatkan jawaban membuat nya geram sendiri
"Woy mon ramon " Lelaki yang di pangil ramon hanya mengeleng
"Udah gue putusin lagi" sahutnya membuat dion menatap aneh temannya itu
"Kenapa di putusin lagi bukannya lho cinta mati ama dokter itu " sahut dion dengan mendekati ramon
"Bener tu " sahut fasyah yang juga kepo karna ke plin planan temannya itu
Ramon menghembuskan nafas " kerjaan kita terlalu beresiko gue ngak mau gara gara gue dia jadi taruhan nya" baik dion atau fasyah kembali menyandarkan badanya di sandaran kursi
"Lho bener ini aja kita harus berusaha buat nyembunyiin keluarga apalagi pacar" sahut dion lesu
Sedangkan fasyah menatap langit dengan sedih bukan hanya mereka tapi ia juga bahkan ia mengubur perasaan lima tahun lalu agar tak muncul agar perasaan itu sirna ia juga tak ingin gadis kecilnya celaka hanya karna ke egoisnya
tapi waktu lima tahun nyatanya tak bisa mengubur perasaan ini waktu lima tahun hanya menjadi kiasan ketika ia ingat dengan gadis itu di dalam mimpinya
Dulu ai begitu bangga akan masuk ke sini menjadi bagian dari penegak hukum tapi ketika ia tau resikonya rasa kebangangan itu sirna
Ia tak bisa bertemu dengan gadisnya ia tak bisa berkunjung lama bersama dengan keluarganya semuanya di lakukan secara tersembunyi dan singkat ia ingin kembali bertemu gadisnya tapi semuanya sudah terlambat
Ia tak tau seperti apa rupa gadisnya.?
apakah cantik seperti dulu.?
atau sudah berubah menjadi gadis dewasa.?
Apakah ia bisa meraih cita citanya.?
Atau gadisnya telah melupakannya.?
Semua berputar dalam ingatan yang selama lima tahun ini
"lho jangan bengong nanti kerasukan disini ngak ada dukun " sahut dion membuat fasyah sadar dari lamunan nya
"besok sepupunya ke america" ucap ramon yang terus memperhatikan hpnya
"stalker terusss" goda dion membuat fasyah ikut tertawa
Sedangkan ramon hanya tersenyum "cuma ini yang bisa gue lakuin "
"Kenapa lho harus bohong sama vania.? " tanya fasyah
"Maksud lho gue harus jujur bahwa gue ngak perna selingkuh.? Bahkan untuk deket cewek pun ngak bisa.? " ramon tersenyum
"kita orang indonesia bukan orang barat yang bebas berkeliaran tiap kali ke temu orang aja harus pakek ini itu bahkan ni rambut udah kayak sapu ijok udah sering di warnai" sambung ramon membuat dion dan fasyah tertawa
" Sapa suru item" ejek fasyah
"sialan lho bedua.. udah ah cabut kemasin barang barang lho bedua kita ke america sekarang" ucap ramon membuat dion dan fasyah tepingkal pingkal
"Hahaha lho geli kalo marah "
"udah ngak usah ketawa buruan "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments