cefter 15

setelah kejadian di butik vania selalu bersama aya bahkan vania juga tidur di rumah aya dengan alasan orang tua aya masih di america

Semua yang terjadi tidak sedikit pun aya dan vania ceritakan bahkan pada dimas dan alina juga tidak keduanya sepakat merahasiakanya

" Ay gue ke rumah sakit dulu ya " ucap vania ketika aya mencuci piring

"Alin udah bangun.? " tanya aya pada vania

"Udah balik kali ay om devin udah nelpon dari subuh" mendengar itu aya menganguk

"Tapi mas dimas kesini kan.? " tanya aya

Vania mengeleng " pagi ini dia ada oprasi jadi lho sendiri di butik " aya mendesah pelan lalu menganguk

"Siang ini lho jadi ketemuan sama mrs,zean.? " tanya vania

Aya mendesah lalu menganguk entah kenapa ia menjadi takut apalagi mba dina yang lagi izin karna akif mengalami demam pasca oprasi

"Jangan takut atau gue suru gara aja temenin lho" aya mengeleng

"Gue bisa sendiri kok " sahut aya

"Biasa aja angep aja lho ngak tau " ucap vania membuat aya menganguk lagi

Setelah kepergian vania aya langsung mengganti bajunya untuk pergi ke butik

"Gara.? " ucap aya ketika melihat gara yang ada di teras rumah nya

"Hay " Sapa gara

"Lho ngak ke rumah sakit.? " tanya aya basah basah

Gara menganguk " nanti,kita bisa bicara.? "

Aya melihat gara menganguk lalu keduanya menuju taman yang tak jauh dari rumah aya

"Mau ngomong apa.? " tanya aya

"Kenapa akhir akhir ini ngak perna angkat telpon gue" aya meremas jarinya

Bukan hanya gara tapi hampir semua orang menelpon tidak di angkat kecuali orang tuanya karna hpnya di sadap oleh heru dengan alasan penyelidikan

"Itu apa hp gue jatoh jadi suaranya ngak jelas "

"Bukan karna alasan lain.? " tanya gara lagi

Aya mengeleng" Ngak kok kita kan temen " sahut aya membuat gara diam

"Ay gue maunya serius sama lho" aya menoleh ke samping

"Kok ngomong nya gitu. " tanya aya yang binggung

" Gue udah bilang ke mama gue bakal lamar lho dan lho harus terima " aya melihat gara kaget tak habis pikir dengan gara

"Maksudnya apa.? lamar apanya.? kita kan cuma pura pura ga"

"Tapi gue ngak... gue serius mangkanya gue milih lho" aya mengelang lalu berdiri

"Gue bantuin lho karna cuma pura pura kalo lho ya serius gini gue ngak mau ga" sahut aya kesal

"Ay aya" pangil gara yang mengejar aya menuju mobilnya

"Kita coba dulu gue bakal nungguin sampe hati lho buat gue ay" aya mengeleng

"Gue ngak bisa dari awal gue bantuin lho cuma buat pura pura bukan serius ga"

"tapi ay"

"jangan bikin gue benci sama lho ga sorry " gara pasrah lalu menganguk

"Ok maaf tapi bisa kan lho bantu gue lagi gue janji ini buat pura pura " aya melihat gara

"Gue janji "

"Inget aya dia udah bantuin oma lho kalo bukan karna gara lho ngak akan tau gimana nasip oma lho " batin aya

Aya menganguk "oke "

.

.

Aya menyungingkan senyumnya ketika melihat mrs.zean mendekat ke arahnya

"Selamat siang zean.?marih silahkan duduk " Sapa aya dengan rama

"Ayana tak perlu begitu jangan kaku aku ini temanmu " ucapnya membuat aya menganguk

"Saya masih seperti mimpi bertemu dengan mu zean desain terkenal yang sangat berbakat " ucap aya membuat zean tertawa geli

"Jangan bikin saya terbang ayana hahah"

"Oh iya ini 23 dress yang saya minta apakah semuanya sudah ada.? " ucap zean dengan menyerah kan contoh dress yang di kirim aya

Aya menganguk " kebetulan semua yang saya kirim itu sudah jadi semua hanya tinggal di kirim "

zean tersenyum "bagus kalo begitu butik ku yang ada di daerah kupang sangat butuh dress santai tapi elegan begitu apalagi kalo turis mengadakan pesta malam barang mu laku keras "

"Saya senang kalo barang barang saya banyak peminatan nya " sahut aya

"Tentu dress kamu yang terbaik.. oya uangnya saya transfer ya " zean langsung mengotak atik hpnya hingga hp aya bergetar

"Sudah masuk .? " aya langsung mengecek hpnya

"Trimakasih zean saya senang bekerja sama dengan anda "

Zean menganguk "ini sekalian titip di barang ya " aya kaget ketika lagi lagi zean mengeluarkan kotak kecil itu

"Kenapa.?" tanya zean membuat aya mengeleng

" tolong ya aya kirimin ini juga " aya mengambil kotak itu

" Pasti seperti biasa" ucap aya dengan senyum

Lama keduanya bercerita hingga zean pamit dari butik membuat aya bernafas lega

"Mana barangnya.? " tanya ramon yang keluar dari persembunyianya membuat aya kaget

"Ramon jantung gue" namun ucapan aya tak di dengar ramon

Ia malah membuka kotak itu " benar persis seperti tempo hari " aya melihat beberapa pil daun dan serbuk namun aya tak tau itu apa

Ramon langsung menghubungi dion yang berjaga di jalan " tangkap mrs zean " aya melihat ramon

"Ramon gue ngak bakal masuk sel kan.? " tanya aya membuat ramon tertawa

"Hahaha lho takut.? " aya mendengus kesal laku melempar pulpen ke arah ramon

"Ya takutla bego"

"Hahahahah udah ngak usah takut selagi lho kerja sama sama kita lho aman tapi boleh juga sih cewek kayak lho masuk sel kita ada hiburan " mendengar itu aya mendengus kesal

"Ok gue balik ya " pamit ramon yang berpapasan dengan alina yang masuk butik

"Ramon ngapain kesini.? " tanya alina membuat aya gelagapan

"Bentar ya len sini ini tolong peking ya dan kirim ini alamatnya" ucap aya pada lenia

"Apa lin.? " tanya aya yang pura pura lupa

"Ramon ngapain.? "

"Anu apa itu tadi dia nanyain vania ia nanyain vania " alina menganguk tampa curiga sedikit pun

"Oya gue mau pilih kebayak adakan.? " aya menganguk

"Ada buat apa " tanya aya dengan berjalan ke arah pakaian

"Lusa acara lamaran gue lho dateng ya vania juga udah gue wa" ucap alina tampa tau jika aya kaget

"Aya"

"Iya lin selamanya" ucap aya dengan senyum

"Makasih, jadi yang mana nih yang bagus " aya memilihkan alina kebayak moderen yang cantik sangat pas di tubuhnya

"pas gue suka gue ambil yang ini " aya menganguk lalu membumbungkusnya untuk alina

Keduanya lama bercerita hingga tak terasa hari sudah malam dan aya mengantar alina pulang

"ay inget lusa ya lho sama vania harus dateng " aya menganguk

"pasti gue sama vania akan dateng lho tenang aja " alina menganguk

"gue masuk ya by by " aya melambaikan tangganya lalu menjalankan mobilnya menuju ke rumahnya

mata aya menyipit ketika ia melihat seorang lelaki yang duduk di atas motornya tepat di depan rumah aya

aya terus menjalankan mobilnya hingga sosok itu terlihat jelas "fasyah.? ngapain tu orang ke sini.? "

.

.

.

.

.

Angin malam tak mampu membuat aya goya ia tetap berdiri di balkon kamar dengan memandang ke arah langit

"Apa polisi itu yang bikin lho jadi gini.? " tanya vania dengan ikut berdiri di samping aya

Namun aya hanya diam tak menjawab sepatah kata pun

"Jika ya sampai kapan lho mau bohong sama hati lho ay sampai kapan lho jadi orang lain cuma karna lelaki itu.? " ucap vania dengan melihat aya

Aya menundukan kepalanya " selama ini gue jadi diri gue sendiri bukan orang lain"

Vania menyunggingkan bibirnya " diri sendiri ngak salah.? lho gadis cerewet manja selalu minta makan selalu ngerecokin gue dan dimas tidur kalo ngak ada orang lho ngak bakal tidur tapi liat lima tahun terakhir ini lho berubah lebih seneng sendiri apa apa sendiri itu yang lho bilang diri lho sendiri"

Aya menegakkan badanya "semuanya butuh proses dan sekarang proses kedewasaan gue bukan karna orang lain"

"Kalo gitu trima dokter gara " aya langsung melihat vania ketika mendengar ucapnya yang tak masuk akal

Aya mengeleng "ngelantur ni anak "

"Gue tau hati ngak bisa di paksa tapi dia milik alin ay ada dokter gara untuk lho dokter gara udah serius sama lho apa lagi yang lho pertimbangkan.? masalah hati semuanya akan terbiasa seiring bersama" aya melihat vania

"Apa lho tau kejadian di taman.? " tanya aya membuat vania diam

Lalu ia menganguk "maaf gue ngak sengaja denger karna mau ngambil barang yang ketinggalan "

aya mendudukan dirinya di kursi " gue takut van kalo nanti gue cuma bisa nyakiti hati gara "

vania mendekati aya " gue yakin dokter gara orang yang tepat"

Aya mengingat pertemuan nya dengan fasyah

"Kamu ngapain disini.? " tanya aya ketika melihat fasyah yang berada di atas motor

Fasyah turun dari motor "kakak nungguin kamu dek"

"Nungguin saya.? " tanya aya dengan binggung

fasyah menghembuskan nafasnya "dek kakak mau minta maaf karna udah bentak kamu di butik kemaren "

Aya menghembuskan nafasnya lalu menganguk "iya"

Fasyah tersenyum lalu memeluk aya jangan di tanya betapah meratonnya jantung aya ketika dalam pelukan fasyah

"Biarkan sebentar " ucap fasyah ketika aya memberontak ingin melepaskan pelukan

"Bisah kan kamu tunggu kakak.?kakak ingin membereskan masalah pertunangan ini kakak ngak mau kamu jadi milik gara kamu milik saya dek" aya langsung mendongak mendengar ucapan fasyah

"Saya cinta sama kamu dek" fasyah langsung mencium ubun ubun aya

Sedangkan aya hanya mampu terdiam mendapat perlakuan dari fasyah yang tiba tiba

.

.

.

.

Aya memijat pangkal hidungnya karna merasa pusing akhir akhir ini ia selalu tidur larut entah itu karna pekerjaan atau karna gangguan tidur

"Ay aya lho di dalem.? "

"Masuk " ucap aya dengan memejamkan matanya

"Lho sakit.? " tanya vania yang melihat wajah aya agak pucat

"Ngak kok kenapa.? " tanya aya lalu ia melihat vania

"Lho mau kemana.? rapi banget .? " vania melihat dirinya

"Lho lupa hari ini kan tunangan alin"

Aya mengusap wajahnya ketika ingat undangan alin " astaga gue lupa van untung lho ingetin "

Vania mengeleng "kebiasaan , yaudah yuk ganti baju kebetulan gue bawa make up "

Aya berdiri mengambil baju yang biasa ia simpan di lemari kalo kalo ia ingin pergi jadi ngak perlu pulang lagi untuk ganti baju

Aya melihat penampilannya yang sudah rapi lalu ia mengambil tas dan tak lupa pulpen yang sengaja ia letakan di butik pulpen untuk fasyah

Ia tak ingin berharap dengan fasyah lagi vania benar fasyah untuk alin dan ia akan mencoba membuka hatinya untuk gara toh keluarga nya suka dan sudah tau dengan gara

"Siap.? " tanya vania membuat aya menganguk

Lalu keduanya pergi ke kediaman om devin dan tante rosa karna acaranya memang di adakan di rumah om devin

tak lupa aya mengabari gara bahwa ia akan mencoba menjalin hubungan dengan gara

Setibanya di sana aya langsung bertemu dengan geby dan dimas

"Sore tante" sapa aya dengan senyum

"Aya kamu dateng sayang.... duh cantiknya mantuku" ucap geby membuat aya tersenyum

"Halo om " sahut aya dengan menjabat tanggan dimas begitu juga dengan vania

"vania om sepupu aya"

"Saya dimas " sahut dimas dengan senyum

"Kenapa.? " tanya dimas ketika melihat vania melihat aya

Aya mengeleng tak enak " ngak om namanya sana kayak sepupu saya" ucapan aya membuat geby dan dimas tertawa

"Kirain kenapa oya garanya bentar lagi dateng kamu mau makan dulu. ? "

Aya mengeleng " nanti aja tan aya mau ke alin dulu "

"Mari om tante" aya pamit pergi meninggalkan geby dan dimas

"Alin mana.? " tanya vania binggung mencari alin

Aya mengidarkan pandangannya hingga ia melihat alin yang sedang bersama mamanya

"Itu alin" aya dan vania menuju ke tempat alin

"Cie cie yang mau tunangan " godaan vania membuat aya canggung entah kenapa hatinya jadi tidak karuan rasanya ingin menangis tapi ia tak tau untuk apa ia menangis

"Makasih ya lho bedua udah mau dateng gue seneng banget " sahut alin

"ramon ngak dateng.? " tanya alin pada vania

"Dateng kan satu geng" ucap vania dengan senyum berbeda dengan aya yang merasa canggung

.

.

.

Sedangkan di tempat lain fasyah berulang kali melepas pasang cincin nya

"Jangan bilang lho mau mundur ya fas " ucap dion dengan terus melihat jalan

"Mundur pun masih bisa kali di" sahut ramon dengan enteng

"Telat kita dah sampek" sahut dion membuat fasyah mendongak

"Liat noh banyak orang lho mau malu ia bikin keluarga lho malu.? " tanya dion lagi membuat fasyah diam

"Udah ngak usah di komporin bego "

"Lagian kayak anak perawan aja melo segala udah gede juga" dion ini membuka pintu namun di tahan oleh fasyah

"Gue ngak bisa gue juga udah janji sama ayana" dion melihat ramon begitu juga dengan ramon

"Lho mau kabur.? " tanya ramon

"Jangan kita pikiran jalan pintas aja ya fas " Sahut dion membuat ramon kesal

Tok.. tok.. tok... ketukan di kaca mobil membuat ketiganya menoleh

"Buruan turun orang udah nungguin " sahut gara ketika melihat dion membuka pintu

"Ini lagi tausiah dulu" gara mengeleng mendengar ucapan dion

Fasyah melihat aya yang berada di samping alina jujur ia ingin sekali mendekati aya yang cantik mengunakan dress pink tutut tile

Namun itu hanya jadi angan ketika gara yang lebih dulu mendekati aya dan merangkulnya

"Udah ngak usah galau nanti gue pikirin jalannya " bisik dion membuat fasyah menoleh ke arahnya

"Sana ke calon lho" usir dion lagi

.

.

Aya menoleh ketika merasakan badanya di rangkul seseorang

"Cantik banget si" ucap gara dengan berbisik membuat aya melihatnya lalu tersenyum

"Makasih ay" aya menoleh ke gara lagi

"Makasih udah mau jadi pendamping hidupku" aya tersenyum canggung

"saya janji bikin kamu bahagia" aya menganguk berharap pilihannya yang terbaik

Sebelum ke acara ini ia memang telah sms gara bahwa ia mau memulai semuanya dengan gara tampa pura pura lagi hal itu sukses membuat gara girang bukan main

Aya ingin membuka hatinya untuk gara dan melupakan fasyah benar benar melupakan nya

Tepuk tanggan riuh ketika ms acara mengumumkan pertunangan alina dan fasyah

"Sekarang silahkan tukar cincin ya "

Aya meremas jantungnya yang berdetak kencang bahkan matanya memanas ketika melihat fasyah yang terus menatap ke arahnya

Aya dengan cepat mengusap air matanya yang jatuh ketika melihat alina memasangkan cincin di jari tanggan fasyah

"Cocok ya mereka " ucap gara tampa melihat aya yang menahan tangisnya

Vania memegang tanggan aya lalu menganguk menguatkan aya jika aya bisa ia pasti bisa

.

.

.

aya mengunci dirinya di kamar menangis sejadi jadinya setelah pulang dari acara alina ia pikir ia bisa dengan mudah melupakan fasyah nyatanya tidak tidak sama sekali rasa itu masih sama seperti 5 tahun lalu

"Ay aya dek " pangil dimas membuat aya dengan cepat menghapus air matanya

"Kenapa mas.? " tanya aya ketika membuka pintu kamar

"kamu nangis.? " aya mengeleng

"kelilipan tadi mas, kenapa. ? "

"Di depan ada temen kamu tuh temuin gih...oya sekalian mas mau pamit ke rumah bentar ets tapi ganti baju dulu " aya menganguk lalu mengambil jaket untuk keluar

Langkah kaki aya berat rasanya ketika melihat siapa tamu yang di maksud dimas

Fasyah ya tamu itu fasyah yang sekarang sedang duduk di ruang tamu

Fasyah langsung berdiri ketika melihat aya datang "ada a..pa" tak sempat aya bertanya fasyah langsung memeluk aya

"Jangan tinggalkan kakak dek tunggu tunggu sebentar lagi ya " mendengar itu aya menangis

Begitu juga fasyah yang mengusap air matanya sendiri

Fasyah melepaskan pelukan nya dengan memegang kedua pundak aya " tunggu kakak cincin ini " fasyah mengangkat jarinya

"Cincin ini ngak ada artinya di banding kamu" penjelasan fasyah membuat aya semangkin menangis cincin itu menunjukan jika fasyah telah menjadi tunangan orang

Aya mengeleng " kita.. ngak ada hubungan kamu tunangan alin"

Fasyah mengeleng " ngak 5 tahun menjadi saksi kalo kita saling mencintai "

Aya mengeleng "ngak kakak ngak cinta kakak ngak cinta"

Fasyah menghapus air mata aya " maaf karna baru sadar bahwa selama ini kakak mencintai kamu maaf kakak mohon " aya memeluk fasyah dengan erat menyalurkan rasa sakit yang tak bisa mereka ucapkan dengan kata kata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!