cafter 16

keduanya kini duduk di pantai melihat matahari yang hampir menampakan senjanya

"Kemana selama ini.? " Tanya aya dengan terus melihat pantai

Fasyah lelaki itu menopang badanya mengunakan tangganya "panjang ceritanya " ucapnya lalu menghembuskan nafas ia tak ingin berbagi kisah kelam yang ia jalani selama ini ia tak ingin wanita itu tau jika selama ini ia tersiksa hidup di penuhi bayang bayang wajahnya

Aya menganguk lalu tersenyum "terlalu panjang sampai ketika pulang kamu akan bertunanga"

Fasyah langsung menoleh ke arah aya yang ada di sampingnya "semuanya karna ke inginan bunda mama dan papa "

"Kamu dan gara sendiri.? " Tanya fasyah langsung

Aya menghembuskan nafas nya "sama seperti mu ceritanya panjang" ucap aya dengan santai

Aya tak mungkin menceritakan semuanya ia tak ingin ia di katakan selalu berharap pada fasyah lima tahun cukup hanya ia yang tau milik siapa hatinya

Fasyah menganguk " Ternyata kamu sudah melupakan kakak " Sahut fasyah dengan senyum sini

"Kamu yang selalu bilang ingin memperkenalkan calon istri mu padaku suatu hari nanti dan sekarang ucapanmu terbukti" ucap aya tampa ekspresi

"Selamat " Sahut aya lagi

"Sudah sore aku akan pulang" Aya berdiri mengipas ngipaskan pasir yang ada di celananya

"Tunggu" Ucap fasyah ketika aya berbalik

"Apa gara sudah mengantikan tempat kakak.? "

dengan membelakangi fasyah aya mengeleng " kamu selalu bilang jika aku adalah adik kedua setelah gembaranmu jadi aku rasa kamu tau posisi kamu dan gara berbeda " Aya pergi meninggalkan fasyah yang masih terdiam

.

.

.

Setibanya aya di rumah ia langsung membersihkan dirinya setelah membersihkan diri ia langsung turun ke dapur untuk membuat secangkir kopi agar dapat menenangkan pikirannya

"Kanapa lama.? " Tanya dimas yang datang dari taman belakang

"Mas dimas " Ucap aya dengan mengelus dadanya

"sorry kaget ya,.?gue nungguin lho kayak anak ke hilangan emak tau ngak mending kalo dateng" Aya nyengir ketika mendengar sindiran dari dimas

"Emang mas minta bantuan apa.? " Tanya aya ketika dimas menyeruput kopinya

" Bawain baju oma sekalian kita nginep sana "

aya menganguk "nginep sana sekalian temenin mas jaga ya" tebakan aya membuat dimas mengaruk kepalanya

"Yaudah ayo" Ucap aya dengan berdiri

Dimas ikut berdiri " Ganti baju dulu masa ke rumah sakit pakek baju gini" Aya melihat dirinya yang mengunakan celana tidur panjang plus kaos polos kebesaran

"Emang kenapa.? " Tanya aya yang merasa bajunya masih pantas buat tidur di rumah sakit

"Ngak dandan gitu kan di sana ada pacar lho" Sindiran dimas membuat aya mendengus

"dia tu bukan pacar gue " sahut aya lalu menuju kamarnya

Aya hanya mengambil jaket, hp dan dompet lalu turun menemui dimas

"kalian mau ke rumah sakit.? " Tanya aydan yang melihat dimas memainkan hpnya di kursi

"Iya dan gue ngak ada temen mending aja aya " Aydan menganguk

"Bunda belum pulang.? " Tanya aydan ketika melihat jam yang sudah menunjukan pukul 19.15

"buca nungguin kita ke sana baru balik" Sahut dimas lagi

"Bang idan jadi perginya.? " Tanya aya ketika melihat aydan masih di rumah

"jadi" sahut aydan santai

"Pergi kemana.? " Tanya dimas binggung lalu melihat aydan

"Hanimunnnn dan lho ngak usah ikut" Ucap aya membuat dimas berdecak kesal

"Mau hanimunnnn pun sama siapa aya masa sama monyet" Balas dimas tak kalah kesal melihat aya

"Udah udah kalian mending pergi sana" Usir aydan membuat dimas dan aya langsung melihat nya

"Nanti tak beliin oleh oleh ya" Ucap anet yang keluar dari kamar

Aya langsung menganguk lalu menarik dimas mengajaknya keluar rumah

"Kita berangkat mas " Teriak aya membuat aydan dan anet mengeleng atas kelakuan adiknya itu

.

.

.

setelah mengantar bundanya di parkiran aya langsung kembali ke ruangan oma nya merasa bosan akhirnya aya membaringkan diri dengan memainkan hpnya

"permisi" aya langsung menoleh ketika mendengar suara seseorang

"aya lho yang jaga.?sendirian.?" tanya gara ketika melihat aya di ruangan itu

aya yang rebahan langsung duduk dan mengangguk "bedua sih sama mas dimas tapi dia lagi jaga "

gara menganguk lalu memeriksa oma linda "keadaanya gimana. ? " tanya aya ketika gara selesai melihat keadaan omanya

"ngak ada perubahan jika besok ngak ada mungkin harus di rujuk ke amerika" mendengar itu aya kaget

"apa ngak ada jalan lain.? " tanya dimas yang datang dengan membawa plastik

gara mengeleng "kondisinya terlalu memprihatinkan sudah beberapa beliau belun sadar disana pengobatan nya lengkap kita bisa langsung stiscane nya besok" keduanya saling pandang

"kalian bisa hubungi keluarga dulu " dimas dan aya menganguk lalu gara pun pamit

"oma cepet sadar kita ngak mau oma ke amerika"

dimas menepuk pundak aya " oma pasti sembuh kita makan dulu ya" aya menganguk

setelah makan aya langsung melihat lihat koleksi baju yang di kirim dina "ada fashion show.? " tanya dimas membuat aya mengeleng

"ngak ada tapi mrs,zean mau baju baju gue di pajang di butik nya"

"mrs,zean.? " aya menganguk

"desainer yang ngundang gue ke amerika waktu itu" dimas menganguk lagi

"tapi kok mau produk lokal.? " aya mengubah posisinya menghadap dimas

"produk gue kan berkualitas"

tiii... tiii.. tinnnnn suara alat monitor hemodinamik bersuara membuat dimas bergegas melihat oma Linda

melihat oma yang kejang kejang aya langsung menekan belum untuk memangil perawat sedangkan dimas berusaha mengatur alat pemacu jantung

gara datang dengan berlari langsung mengeser tubuh aya gara membantu dimas memompa kembali jantung linda agar berjalan semestinya

aya hanya menjadi penonton kedua lelaki itu yang terus berusaha menyelamatkan omanya

dimas langsung terduduk di lantai ketika jarum monitor hemodinamik kembali naik turun

gara menepuk pundak dimas " kita sukses" dimas menganguk

"sebaiknya kalian cepat mengambil keputusan " dimas berdiri di bantu gara

"kamu benar saya akan langsung menghubungi keluarga"ucap dimas

gara menganguk " lebih cepat lebih baik saya akan kirim ke brawijaya hospitals disana ada DR. Hendra saya juga akan memesan kamar VVIP untuk oma kalian" dimas menoleh ke gara

"Dokter jangan begitu " gara mengeleng

"kamu Dokter terbaik disini untuk keluarga mu itu tidak masalah"

"tapi Dok" bantah dimas membuat gara mengeleng

"saya tidak menerima penolakan, aya saya keluar ya " aya menganguk

"trimakasih dok" gara menganguk

dimas mendekati aya " gue telpon mama dulu tolong jaga oma" ucap dimas dengan lesu membuat aya menganguk

melihat wajah panik dimas membuat aya tak berani bertingkah ia beruntung ada dimas kalau tidak mungkin omanya akan pergi

"mama sama buca akan kesini lho tidur aja dulu" aya mengeleng

"mas dimas aja mukanya pucat gitu" dimas mengusap wajahnya lalu memeluk aya

"gue takut ay takut ngak bisa nyelamatin oma buat apa gue jadi dokter kalo keluarga gue sendiri ngak bisa tertolong" aya mengusap punggung dimas

"mas dimas hebat kok, oya kok gara sampe pesenin kamar segala buat oma.? " Tanya aya membuat dimas melepaskan pelukan nya

"Rumah sakit brawijaya hospitals itu milik keluarganya termasuk yang ini" Ucap dimas membuat aya menganga

"Jadi ini tu rumah sakit keluarga gara" Dimas menganguk lagi

"Tapi gue ngak tau pasti pemilik nya siapa yang pasti milik keluarganya" Aya menganguk lalu mendudukkan badanya

"Kaya banget ya mereka pantes mas dimas ngejar ngejar dokter fisyah dulu" Mendengar itu membuat dimas melihat aya dengan kesal

09 April 2021

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!