"Melody…" Panggil Kakek Wijaya.
Mendengar namanya dipanggil, Melody menoleh ke arah sumber suara. Ternyata yang memanggilnya adalah Kakek Wijaya yang tengah duduk di kursi mewah.
Di sebelah Kakek Wijaya, Melody juga melihat seorang nenek, yang Melody yakini sebagai istri Kakek Wijaya. Di kursi lain seorang wanita anggun terlihat tengah menatap ke arahnya.
"Oke, tersenyumlah dengan manis wahai bibirku! Tidak apa-apa! Aku pernah bertemu dengan kakek Wijaya sebelumnya. Kakek Wijaya itu orang baik. Beliau baik hati. Tidak mungkin beliau akan memakanku apa lagi sampai membunuhku. Tidak mungkin! Enyahlah wahai pikiranku yang tidak jelas dan mengada-ada!" Batin Melody.
"Silahkan Nona!" Kata Aron dan pergi meninggalkan Melody karena merasa tugasnya sudah selesai.
"Se..selamat pagi, kakek, nenek, dan ib..ibu.." Kata Melody gugup. Ia juga membungkukan badan untuk menyapa tiga orang yang lebih tua darinya.
"Kau tidak bisa sembarangan memanggil dengan sebutan 'kakek', kau harus memanggilnya 'Tuan Besar'!" Kata seorang wanita yang diketahui sebagai menantu dari Kakek Wijaya.
"Ma..maafkan saya, Tuan Besar. Saya tidak tahu." Cepat-cepat Melody meminta maaf.
Orang baru seperti dirinya memang seharusnya lebih berhati-hati apa lagi di lingkungan baru seperti saat ini. Lalu, ibu-ibu paruh baya uang memarahinya ini terlihat sangat seram. Ia sangat takut.
Apa ini pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi padanya nanti?
"Sudahlah Mikan! Aku senang ada yang memanggilku kakek. Lagipula ini di rumah sendiri. Di hadapan keluarga seharusnya tidak perlu kaku, kan?" Kata Kakek Wijaya.
Ya, Mikan, nama dari ibu-ibu galak menurut pemikiran Melody. Kazehaya Mikan, menantu di kelurga Kazehaya.
"Maafkan saya, Ayah mertua. Saya hanya mencoba menjalani pemikiran yang sudah lama diterapkan di rumah ini." Kata Mikan akhirnya.
"Nenek senang kau memanggilku dengan sebutan nenek. Haha, bukankah dia juga akan segera menjadi cucu menantuku?" Kata Nenek Chiyo dengan tawa khas nenek-nenek. Nenek Chiyo adalah istri Kakek Wijaya.
Melody hanya mengangguk-angguk saja.
"Melody, mendekatlah! Duduklah!" Kata Kakek Wijaya.
"Ba..baik, Kek." Melody duduk bersebrangan dengan Kakek Wijaya.
Tepat di depan kursi Kakek Wijaya. Ia bisa menatap jelas wajah Kakek Wijaya dengan sangat dekat.
"Kakek senang sekali kau bersedia menerima lamaran kakek untuk cucu kakek. Kakek yakin kau tidak akan kecewa."
"Iya, Kek…" Melody tidak punya jawaban panjang untuk menanggapi kalimat Kakek Wijaya. "Nenek di sebelah kakek selalu tersenyum ramah padaku, wajah tuanya membuatku nyaman. Sangat berbeda dengan ibu Mikoto yang selalu menatapku tajam. Dia menatapku dari ujung kaki hingga ujung kepalaku. Dia juga jarang tersenyum. Sepertinya dia sangat galak. Sepertinya juga, dia tidak menyukaiku sama sekali. Apa yang akan terjadi padaku setelah ini ya? Suram sekali rasanya." Batin Melody lesu.
Saat Melody sedang melamun karena perang fikiran di benaknya, datanglah sosok laki-laki dari arah belakangnya. Sosok tinggi, bertubuh bagus, tengah berjalan mendekat. Melody belum menyadari kedatangan sosok laki-laki itu. Hingga suara kakek menyadarkannya.
"Nah Melody, itu cucu kakek! Calon tunanganmu!" Kata Kakek menunjuk ke sosok laki-laki itu.
Melody menoleh ke arah yang Kakek Wijaya tunjuk.
"HAH? KAZEHAYA YUDHA! Ka..kau ken..kenapa ada di sini?" Kaget Melody yang tidak menyangka bahwa sosok laki-laki yang akan menjadi calon tunangannya adalah Yudha, sang pangeran kampus yang selalu Mia ceritakan padanya.
"Memangnya kalau di sini kenapa? Aku tinggal di sini." Kata Yudha.
"Disini sangat tidak diperkenankan untuk bersuara keras!" Timpal Mikan, yang baru Melody sadari jika sosok ibu yang duduk di sebelah Kakek Wijaya adalah ibunya Yudha. muka mereka sangat mirip.
"Saya minta maaf." Kata Melody cepat. "Ya ampun, kenapa aku terbawa suasana lagi? Harusnya aku lebih berhati-hati lagi. Haah, kenapa akhir-akhir ini aku mendapat banyak kejutan tak terduga ya? Sejak kapan? Ah, sejak aku bertemu dengan Kakek Wijaya semua seolah terasa seperti mimpi saja." Batin Melody.
"Tidak apa-apa, Melody. Kakek sudah lama merindukan keramaian di rumah ini.." Bela Kakek Wijaya.
Melody hanya mengangguk-angguk tidak jelas. Ia masih menata hatinya. Sementara itu, Yudha memperkenalkan diri dengan sopan padanya.
Melody masih tidak percaya dengan apa yang sekarang tengah terjadi padanya. Sosok yang kemarin ia rampok habis-habisan untuk mentraktirnya makan berdiri tersenyum manis di depannya. Mata Melody juga mengikuti Yudha saat duduk di sampingnya. Ia tidak bisa mengedipkan matanya.
Ia masih tidak percaya!
________________________________________
Glosarium Ala Sata Erizawa:
Diinget ya:
Keluarga Melody bermarga Hwang (Marga China) Melody itu tidak murni Jepang. Dia memiliki darah Indo-China-Jepang. Dia tinggal berdua bersama ibunya, Tsuchiya Hwang. Sementara ayahnya, Dean Hwang sudah meninggal sejak dia SMP.
Keluarga Kazehaya, Kakek Wijaya Indonesia, menikah dengan Kazehaya Chiyo yang asli Jepang. Dia ikut marga istri dan mengganti namanya menjadi Kazehaya Wijaya. Mikan adalah menantunya yang asli Jepang juga. Sementara Yudha, dia adalah half, Keturunan campuran antara Jepang dan Indonesia.
Meski mereka memiliki negara induk seperti Indo dan China, tapi mereka semua memilih tinggal di Jepang.
Semoga membantu. Ribet memang. Kalo ada kesalahan, mohon komenannya ya.. Oh iya, ceritaku yang lain gak kalah seru kok. Silahkan mampir ya.. 😉😉😉
Janan lupa like, komen, share atau vote ifu you like it. Thank you ya untuk kalian yang sudah mampir.
Maaf, alurnya super dupper lambat. Aku bukan penulis dengan banya dialog. Aku bisanya menggambarkan suasana seperti apa. Ya harapannya kalian bisa ikuti kisah ini dan terjun di dalamnya.
Jaminan bikin baper, apa lagi ketika masalah mulai muncul. Sabar, tunggu puuluhan chapter lagi . 😎
________________________________________
"Dari semua laki-laki yang tinggal di Jepang atau bahkan di dunia ini. Kenapa harus Kazehaya Yudha yang dijodohkan denganku? Sang Pangeran Kampus yang jadi rebutan cewek-cewek? Idola Mia lagi... Tak adakah orang lain? Sial, ini akan sangat rumit karena aku cukup paham situasi dia. Ya Tuhan, harus bagaimana diriku ini? Apa ini tidak apa-apa? Apa ini akan baik-baik saja?" Batin Melody ngenes.
Nyatanya ia memang tahu situasi Yudha itu seperti apa. Ya, kejadian mengupingnya kemarin sore di kampus adalah sumber pengetahuannys. Yudha melamar Yura, tapi ditolak. Yudha menyukai Yura, kan? Itulah kesimpulan yang dapat ia tarik dari sudut pandang penglihatannya.
Sementara itu, Yudha tak menyela sepatah katapun di pembicaraaa seru keluarganya. Sang kakek dan nenek terlihat begitu antusias. Bahkan sang ibu sekalipun. Mereka terlihat sangat bahagia. Ia tidak tahu ketika memutuskan untuk menuruti keinginan sang kakek, keluarganya yang lebih sering mendingin ini bisa begitu hangat.
"Jadi ini calon istriku. Cewek kucel biasa saja yang kemarin menghabiskan waktu soreku. Oke, aku akan mengikuti alurnya." Batin Yudha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
Siti Mukminah
kangen sama novei ini jadi baca ulang lagi
2021-10-17
0
Thalia Tan
Love it bgt thor
2020-07-02
0
Iksan Usman
baguds mantap mantap
2020-06-26
0