Masih di dalam kelas. Kelas akuntansi kembali dilanjutkan. Suasana menjadi sangat tenang, hanya suara dosen killer yang terdengar. Begitu menggelegar suaranya. Keheningan ini terasa membunuh perlahan. Menjerat kaki dan leher dengan waktu yang melambat.
Kelas akuntasi itu sangat mengerikan bagi orang-orang yang tak menyukainya.
Kenapa harus ada akuntansi di dunia ini?
Lagi, pertanyaan yang sama kembali Melody lontarkan. Jika boleh jujur, ia ingin masuk sastra Jepang atau fakultas budaya, tapi ia memikirkan peluang kerja setelah lulus.
Ekonomipun jadi alasan. Bukankah jurusan ekonomi lebih berpeluang untuk dunia kerja?
Memang kebanyakan seperti itu, tapi tidak semua orang bisa mengikuti setiap materinya dan Melody termasuk salah seorang dalam kategori itu.
Melody sangat buruk di akuntansi adalah fakta!
Ini adalah bukti nyata dari salah pilih jurusan, dimana diri kesulitan mengikutinya.
Namun, Melody mencoba ikhlas. Toh ia hanya buruk di akuntasi, sementara mata kuliah lain baik-baik saja. Ia hanya butuh motivasi lebih agar nilainya membaik. Ia hanya harus belajar lebih keras lagi untuk memperbaiki semua nilai-nilainya.
Bukankah ia gadis yang tak mudah menyerah? Kerasnya kehidupan kota Tokyo saja ia berani tantang, apa lagi cuma akuntansi?
Seharusnya..
Melody menatap kosong papan tulis di hadapannya. Satu hal yang ia pahami, akuntansi tidak semudah itu!
Akuntasi tidak bisa dihadapi hanya dengan modal semangat yang membara!
Akuntansi tak bisa ia tantang tanpa otak yang mumpuni.
Sudah berapa kali ia menghela nafas bosannya?
.
.
.
MELODY'S POV 2
"Hei Jenong, kau kemana saja? Kenapa bisa telat? Untung dosen itu sedang baik hati. Kalau tidak, kau pasti akan diusir!" Bisik si Bebek.
Sudah biasa dia akan ngomel-ngomel tidak jelas seperti itu. Tapi jujur aku menyukainya, dia sahabatku! Dia hanya menunjukan rasa sayangnya dengan cara uniknya.
Sudah dari sekolah menengah pertama bersahabat dengannya. Lama bukan?
Jujur saja aku suka kesal dengannya, dia suka seenak saja memanggilku dengan sebutkan 'Jenong'. Yah aku akui jidatku ini memang sedikit agak jenong, tapikan bukan begitu juga memanggilku dengan sebutan aneh. Dasar Bebek cerewet!
Untung aku punya poni. Huhu. Setidaknya jenongku rada tidak kelihatan. Ya memang tidak jenong-jenong juga sih jidatku. Si Bebek saja yang suka sekali memanggilku Jenong.
"Hei, jawablah! Apa kau kesiangan karena lembur kerja? Sudah kubilang jangan ambil lembur kalau paginya ada jadwal kuliah masuk pagi. Ini akuntasi loh! Kau tidak takut mati ya?" Bisiknya lagi.
Kurasa dia tak tahan karena aku tak kunjung menjawab pertanyaannya yang super banyak itu. Bagaimana aku bisa menjawabnya jika dia bertanya sebanyak itu tanpa jeda.
Ya ampun. Dasar Bebek, pasti cerewet. Maklumi sajalah. Kalo Bebek diam itu malah terlihat aneh.
"Aku dipecat!" Jawabku akhirnya.
"APA DIPECAT?" Teriaknya dengan keras.
Aku melotot pada Bebek sahabatku ini. Bagaimana dia bisa berteriak sekeras itu di tengah pelajaran? Apalagi ini akuntasi woy! Ini kelas neraka level mematikan!
Seisi kelas langsung menoleh ke arah kami. Termasuk dosen killer itu. Aku kaget dan takut bukan main. Dalam hatiku mengutuk manusia bebek sebelahku ini. Tidak bisakah dia mengurangi volume suaranya yang cempreng itu?
Benar-benar.
"Yang duduk paling belakang pojok, ada apa? Kenapa berteriak?" Tanya dosen.
Itu dia, tatapan membunuh andalannya keluar juga. Seisi kelas bahkan menatap ke bangku kami dengan horor.
****** DAH.
Mati aku, apa yang harus aku jawab? Aku takut. Kakiku bahkan ikut gemetaran. Andai saja bebek di sebelahku ini tidak berlebihan mengekspresikan rasa kagetnya ini tidak akan terjadi. Astaga, keringat dingin mengucur keluar.
Apakah kami berdua akan menemui ajal? Tidak! Itu berlebihan. Maaf Tuhan, aku bermain-main dengan hidup. Harusnya itu tidak boleh. Aku tak mau terkena karma buruk karena sembarangan berbicara.
Lalu apa yang harus kami lakukan?
Aku dan bebek sebelahku hanya diam saja. Itu jurus kami untuk melawan dosen killer ini.
Memang benar, diam lebih baik daripada banyak bicara. Itu yang dibutuhkan saat ini. Senangnya, dosen itu tidak berniat menanggapi lebih jauh. Pelajaran kembali dilanjutkan.
Seriusan?
Sungguhkah ini? Kami dibiarkan lolos begitu saja? Bukankah selama ini si dosen killer sudah banyak membuat daftar black list untuk mahasiswa yang sering melanggar aturan? Seperti tadi yang aku dan Bebek lakukan?
Hah, sekali lagi aku beruntung!
Aku dan Bebek beruntung!
Aku melotot pada Bebek sebelahku, aku mengambil pulpen dan menulis di bukunya. Aku akan menceritakannya setelah pelajaran usai. Bebek hanya mengangguk dan tersenyum tanpa dosa.
Senyum apaan itu? Apa dia tidak berpikir, dia baru saja menempatkan kita di ujung jurang kematian?
Kematian di nilai saat kuliah adalah yang terburuk.
.
.
.
Kami melanjutkan pelajaran hingga usai. Paham? Mengertikah diriku akan swmua materi yang dijelaskan?
Tidaklah.
Ada lagi memangnya?
Aku tak hanya buruk di akuntansi, tapi aku ini sangat bodoh!
Terserahlah! Yang penting mata kuliah akuntansi sudah usai. Sudah berlalu. Dosen Killer itu juga sudah beranjak meninggalkan kelas.
Akhirnya, aku bisa benar-benar bernafas panjang. Sekali lagi, kelas akuntasi yang menakutkan sudah usai! Setidaknya aku sudah lega sampai minggu depan di kelas akuntasi lagi.
Ya, kelegaanku hanya bertahan seminggu. Karena di minggu depan akan ada kelas akuntansi lagi!
Seperti itulah persasaanku yang begitu takut dengan makul akuntansi. Di dalam kelas takut, ada tugas takut, saat ujianpun juga takut. Kurasa akuntasi itu memang bagai monster raksasa yang sangat menakutkan untukku. Tidak jauh berbeda dengan monster-monster di Attack on Titan yang aku tonton tempo hari.
"Kau ini, kenapa bisa dipecat lagi? Ini sudah berapa kalinya kau dipecat?" Tanya bebek padaku.
Dia antusias sekali kalau mengenai masalahku. Rasanya tidak ada satupun masalahku yang tidak dia ketahui. Dia benar-benar sahabat yang perhatian.
"Mereka sudah tidak membutuhkan tenagaku lagi, Bebek." Jawabku seadanya. Aku masih malas mengingat kejadian tadi malam.
"Ck, kau ini! Jangan sedih, kalau kau butuh bantuanku, kau tahu aku pasti akan membantumu." Katanya.
"Bek, kau memang sahabat yang baik." Aku memeluknya. "Tapi saat ini, aku belum memerlukan bantuanmu."
"Baiklah."
END OF MELODY'S POV 2
.
.
.
Tidak ada yang lebih indah dari memiliki sahabat yang selalu mengerti dan memahami segala kondisi. Saling timbal balik rasa dan tahu kapan harus mengambil sikap.
Dan Bebek adalah sahabat Melody. Selain Alvin tentunya, meski Alvin lebih cocok masuk kategori mantan kekasih. Tapi kebaikan Alvin mewakili contoh dari perwujudan sahabat yang ideal.
Terlalu berlebihan atau bagaimana, sepertinya Melody memang sangat beruntung memiliki dua sahabat yang begitu setia kepadanya. Alvin dan Bebek adalah 2 orang yang begitu berarti untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
Thalia Tan
Lanjut
2020-07-02
0
Thalia Tan
Wowo
2020-07-02
0
Treineke Makahiking
lanjut thor
2020-06-27
0