Pagi yang cerah menyinari kota Tokyo. Musim semi. Ya hari ini masilah musim semi. Musim dimana bunga-bunga bermekaran. Berlomba-lomba untuk pamer keindahannya. Seperti layaknya puspa nasional Jepang, negeri bunga sakura ini juga menyapa indahnya musim semi dengan jutaan mahkota bunga sakura di segala penjuru negeri.
Merah muda, putih, dua warna dominan ini begitu memanjakan mata. Beradu berani menantang bangunan-bangunan dan gedung di dekatnya. Tidak untuk menang, nyatanya mereka berkombinasi untuk menunjukkan pada dunia jika alam dan buatan manusia bisa membuat bibir menyunggingkan senyumannya dan tak hentinya mengucap syukur pada Tuhan.
Kediaman Melody..
Ibunya Melody, Tsuchiya Hwang berjalan ke lantai dua untuk membangunkan anak semata wayangnya yang sudah cukup siang ini tak kunjung juga bangun.
Tak perlu mengetuk, Melody tidak menutup pintu kamarnya.
Kamar berantakan.
Sangat!
Tsuchiya sangat mengenal anaknya. Melody jika kecapekan akan melupakan merapikan kamar.
Pakaian kotor di lantai. Buku acak-acakkan di atas meja. Bak sampah yang sudah penuh. Sebenarnya itu bak sampah isinya apa? Tsuchiya ingat jika kemarin sore ia sudah membuangnya.
"Mel, Melody bangun!" Kata Tsuchiya.
Melody masih nyaman dengan pulau kapasnya. Melody mahkan seperti tengah bermimpi indah. Jadi tak tega membangunkannya, tapi Melody memiliki jadwal kuliah yang harus dihadiri.
"Melody bangun!" Tsuchiya menepuk-nepuk pipi Melody.
Satu kali, dua kali, tiga kali Melody baru bangun. Ia mengucek kedua matanya. Masih ngantuk.
"Ibu, aku masih mengantuk!" Protes Melody.
"Sudah siang, Mel!"
"Sebentar lagi, Bu. Lima menit!"
Tsuchiya menghela nafas. Ia butuh jurus untuk membangunkan putri kesayangannya ini.
"Kuliah akuntasi jam 9!" Kata Tsuchiya.
Bagai alarm tsunami yang belum lama ini ia dengar, Melody langsung bangkit dari tidurnyam Matanya yang tadi terasa sangat mengantuk langsung terbuka lebar.
"Astaga, akuntansi.."
"Iya, akuntansi jam 9!"
"Sekarang jam berapa, Bu?"
"Jam setengah sembilan lebih enam menit, lima puluh lima detik!" Tsuchiya melihat jam digital yang ada di meja belajar milik Melody. "Ah, sudah lima puluh enam detik sekarang.." Lanjutnya.
"Ibu, kenapa tidak bangunin aku sih?"
"Tadi ibu sudah memanggil namamu sejak pukul tujuh pagi!"
"Huwa. Aku pasti akan telat!"
Melody bangkit dan menuju kamar mandi. Ibunya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Melody yang terburu-buru seperti itu.
"Jika ibu memiliki pekerjaan yang layak, kau tidak perlu bersusah payah bekerja, Mel. Harusnya ibu bisa memberimu hidup yang lebih layak dari ini. Kau menjadi mudah lelah dan sering terlambat kuliah. Maafkan ibu, Mel. Maaf.."
.
.
.
MELODY'S POV
Hari ini masuk kuliah pagi. Jam sembilan masih pagi? Ayolah, di Jepang itu masih pagi! Jujur aku masih sangat malas untuk bangun. Badanku pegal-pegal. Kakiku rasanya kaku, sulit sekali untuk kugerakkan. Mungkin gara-gara semalam? Kalau mengingat saat aku dipecat, itu menyebalkan sekali. Kenapa aku dipecat lagi?
Aku menjadi pengangguran lagi. 😑
Arti dari pengangguran itu tidak memiliki uang! Dan uang adalah dasar dari hidup di zaman ini! Apa-apa semua butuh uang. Aku tidak akan bisa hidup tanpa uang! Apalagi hidup di kelasan kota Tokyo, sumpah itu sangat mahal! Lebih mahal dari kota-kota lain.
Lalu setelah tahu biaya hidup di kota Tokyo ini sangat mahal, kenapa aku dan ibu tidak pindah saja dari sini?
Tidak bisa, dari lahir sudah di sini dan di sini juga ada rumah peninggalan ayah yang harus dijaga.
Mau bagaimana lagi, hanya berjuang yang bisa aku dan ibu lakukan untuk bertahan di kejamnya hidup di kota Tokyo.
Aduh, aku malah curhat! Aku harus berlari ke kampus! Beruntungnya rumahku tak begitu jauh.
.
.
.
Pagi ini aku mendapat kelas akuntansi!
Ahh, akuntansi ya..
Aku benar-benar tidak menyukai kelas makul satu ini. Aku membencinya! Entah mengapa semua materi yang dosen terangkan, tidak satupun yang mampu dengan baik otakku cerna.
Dosennya super galak, suka memberi banyak tugas, pelit nilai. Satu lagi, suka tidak jelas saat menerangkan materi. Itu membuatku gila!
Arrgghhh…
Tapi si bebek bilang aku saja yang terlalu bodoh. Bebek juga bilang hanya debit-kredit saja apanya yang sulit?
Apa memang aku ini sangat bodoh? Ya memang aku akui aku selalu dapat nilai cukup, tapikan bukan begitu juga.
Kenapa harus ada makul akuntansi di dunia ini? Huh.
Namun, ngomong-ngomong soal bebek, bebek cerewet itu dimana? Aku belum melihat batang hidungnya yang mancung itu. Aku merindukan bebek cerewet satu ini. Kami kemarin sudah tidak bertemu.
Aku berjalan menuju kelas akuntansi. Suasana kampus terasa aneh. Sedikit sepi. Kemana para penghuninya? Hanya beberapa orang lalu lalang saja.
Huft, rasanya sedikit gerah saat aku harus menaiki puluhan anak tangga ini. Kenapa kelasku harus di lantai paling atas? Melelahkan sekali. Andai saja ada escalator atau elevator, pasti akan lebih cepat.
Thag..thag.. thag.. terdengar jelas suara ketukan dari sepatuku. Akhirnya aku sampai di lantai atas.
Senangnya melihat kelas akuntasi di lantai paling atas dan paling pojok! Meski masih sedikit agak jauh, setidaknya sudah di ujung mata.
Aku berjalan santai menuju kelas akuntansi, tepat dugaanku, aku ternyata telat lagi.
APA TELAT?
Astaga aku harus segera masuk kelas jika tidak ingin diusir dosen. Aku harus berlari!
Hah hah hah, sesak sekali dadaku. Ini pasti akibat aku jarang olah raga. Alvin si calon dokter itu benar, olah raga itu sangat penting…
Kini aku sudah sampai di depan pintu kelas akuntasi. Pintu sudah tertutup sangat rapat. Aku mengintip di balik jendela kelas akuntasi, benar, sudah ada dosennya.
HABISLAH AKU. 😣
Dengan gemetar aku memegang gagang pintu kelas. Aku mencoba membuka pintu kelas. Semua mata tertuju padaku saat melihat kehadiranku.
Cih, aku seperti makhluk alien yang baru saja mendarat di bumi. Aku menoleh ke arah dosen akuntansi, aku tersenyum pada dosen itu. Bukan tersenyum, tapi aku justru memamerkan gigi-gigi putihku.
Tak aku duga sama sekali, dosen killer itu mengizinkanku mengikuti pelajarannya. Dosen itu bahkan tersenyum ramah padaku.
TERSENYUM!
Oh Tuhan, ada apa dengannya? Biasanya, dia pasti akan mengusirku. Apapun yang membuatnya baik pagi ini, yang jelas aku sangat beruntung.
Hah, LEGA rasanya. Ingin sekali sujud syukur…
Ternyata bukan aku saja yang terheran-heran, seisi kelaspun juga begitu. Mereka seolah berfikir, kenapa bisa? Itu tidak mungkin! beruntung sekali Melody, dan seperti itulah kira-kira.
Masa bodoh dengan pikiran teman-teman sekelasku. Yang penting sekarang aku masih bisa mengikuti pelajaran dosen killer ini.
Aku berjalan menuju bangku paling belakang pojok, disebelah bebek. Kenapa bangku yang paling belakang? Pojok lagi.
Tentu saja aku ingin menhindari makul monster satu ini. Haha, pelarian yang aneh.
Aku lalu menjatuhkan pantatku di bangku itu. Bebek cerewet sebelahku langsung saja menyapaku.
.
.
.
Next Melody's PoV 2.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
🔻Iva Fye🔻
seruu😄
2020-08-08
0
Thalia Tan
Akuntansi mantap loh thor. Duit mulu yg dihitung.. hoho
2020-07-02
1
Treineke Makahiking
Aku juga ndak suka Akuntansi.😂
2020-06-27
1