Seorang laki-laki berpakaian stylist dengan memakai jaket sport berwarna merah hitam dan celana jeans tengah duduk di samping kakek Wijaya yang sedang berbaring di ranjang pasien.
Rambut hitamnya ia tata rapi dan ia biarkan rambutnya jigrak ke atas. Menunjukan kesan mempesona dari laki-laki itu. Laki-laki keturunan ke dua, cucu dari kakek Wijaya. Dialah Kazehaya Yudha.
Sosok yang terkenal karena ketampanannya yang bisa dibilang di atas rata-rata dan hanya muncul dalam 100 tahun sekali.
Berlebihan?
Percayalah, pengandaian bak negeri dongeng ini nyata. Yudha memang dianugerahi wajah yang rupawan hasil maha karya Tuhan.
Sangat berwibawa, disebut-sebut sebagai calon penerus Emperor Group karena kejeniusannya. Uang bukanlah masalah dalam hidupnya. Apapun yang ia inginkan akan sangat dengan mudah ia dapatkan.
Yudha tinggal dengan kakek, nenek, dan ibunya. Ayah Yudha sudah meninggal dalam kecelakaan tunggal beberapa tahun lalu.
Sejak kecil, Yudha dididik sebagai seorang entrepreneur. Hari-harinya penuh dengan belajar, belajar, dan belajar. Bukan hanya pelajaran umum saja, Yudha bahkan sudah bisa memahami apa dan bagaimana bisnis itu sejak sekolah menengah pertama.
Yudha bahkan sudah ikut andil dalam permainan saham di Emperor Group. Yudha itu bisa dikategorikan sebagai salah seorang yang memiliki otak jenius dengan IQ lebih dari 150.
Banyak orang yang menganggapnya sebagai anak yang luar biasa. Tapi tidak bagi Yudha, statusnya dan keluarganya membuatnya menjadi sosok yang dingin, ngirit bicara, dan jarang memiliki teman. Menyedihkannya lagi, ia bahkan tidak bisa memahami dirinya sendiri. Ia tidak memahami apa yang ia inginkan.
Apakah Yudha hidup seperti mesin?
Tidak! Bukan seperti itu. Ia memiliki hati yang lembut, terutama pada sang ibu. Ia hanya tidak pandai mengekspresikan perasaannya. Ia tahu apa itu lapar dab haus. Ia tahu cara mendapatkan peringkat pertama di sekolah maupun kampusnya. Namun, ia tidak paham apa yang sesungguhnya ia inginkan. Tentunya hati yang menginginkan sesuatu. Yudha tidak bisa mengartikannya. Akibatnya, ia kesulitan menjalin hubungan pertemanan. Hanya mereka yang benar-benar memahaminya yang bisa menjadi temannya.
.
.
.
Yudha tidak pernah lepas dari pengawal pribadinya yang ia anggap sebagai satu-satunya teman yang selalu ada untuknya. Pengawalnya adalah Nara Shuhei.
Ingat, teman yang selalu ada untuknya itu adalah Nara Shuhei.
Tentu saja ada yang lain. Hanya saja Shuhei yang hampir tiap hari bersamanya. Nyatanya, Shuhei tinggal seatap di mansion mewahnya.
Selain sebagai pengawal pribadi Yudha, Shuhei juga bertugas menyiapkan segala sesuatu yang Yudha perlukan. Mulai dari menyetir mobil, mengantar kemana saja Yudha ingin pergi, mengawasi perkembangan Yudha, dan masih banyak lagi.
Babysitter?
Katakanlah sesukanya. Nyatanya mereka berdua tumbuh bersama. Berbagi banyak rasa. Namun, Shuhei jauh lebih memahami mengenai perasaan. Ia tak sedingin Yudha. Untuk itu, Shuhei tak ingin Tuan Muda dan teman dekatnya ini hidup dalam dinding es. Ia akan menyelamatkan Tuan Mudanya. Ia rela harus mengorbankan hidup dan waktunya demi mencapai hal itu.
Demi pekerjaannya itu, keluarga Wijaya memberi beasiswa pada Shuhei untuk kuliah satu kelas dengan Yudha. Tentu saja hal itu karena demi menjaga Yudha. Apa lagi? Hanya itu yang keluarga Kazehaya harapkan darinya.
Namun, sebagai teman, ia memiliki tujuan tersendiri. Teman yang baik adalah memberikan uluran tangan agar bisa saling menyelamatkan.
.
.
.
Meski saat berpergian selalu ditemani banyak pengawal, tapi hanya Shuheilah yang selalu bisa ada di samping Yudha. Jujur saja Yudha kesal dengan banyaknya pengawal yang kakek Wijaya suruh untuk mengawalnya, tapi mau bagaimana lagi ia terpaksa menerimanya.
"Kakek sudah putuskan, kau harus segera mencari pendamping hidup!" Kata Kakek Wijaya tiba-tiba.
Pendamping hidup di usia kuliah itu tidak masuk dalam agenda jangka pendeknya. Yudha pasti akan menolaknya. Ia akan melontarkan banyak alasan agar keinginan itu diurungkan sang kakek.
"Kek, apa tidak terlalu dini membicarakan pernikahanku? Aku masih kuliah. Usiaku baru akan menginjak 21 tahun. Apa itu tidak terlalu muda untukku?" Yudha mencoba menolak halus permintaan kakek kesayangannya.
"Itu sudah sah untuk menikah dalam undang-undang negara, Yudha"
"Aku belum memiliki seseorang yang ingin kujadikan sebagai pendamping, Kek.."
"Kakek sendiri yang akan mencarikannya untukmu."
"Kakek boleh memintaku melakukan apapun yang kakek inginkan, tapi untuk satu ini biarkan aku sendiri yang memutuskan."
"Kakek sudah memiliki calon untukmu."
"…"
"Kakek yakin dia cocok untukmu. Dia gadis yang sangat baik. Dia tinggi, cantik, dan ramah. Kau pasti akan menyukainya."
"…"
"Dia menyelamatkan nyawa kakek dengan darahnya."
"Apa hanya dari hal itu kakek menjadikannya kualifikasi untuk menjadi pendampingku? Dia orang asing yang tiba-tiba saja menolong kakek. Apa kakek tidak curiga dengannya? Mungkin saja itu jebakan dari bawahan kakek yang sudah lama ingin meruntuhkan kakek? Dunia bisnis itu kejam, sesuai dengan yang kakek katakan padaku." Jelas Yudha.
Bagaimana bisa sang kakek memutuskan pernikahannya hanya karena kebaikan gadis yang menolong sang kakek?
Apa sang kakek tidak memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuknya?
Menikah dengan orang asing?
Jangan bercanda!
"Kakek sudah mencaritahu semua hal tentangnya. Kakek sudah tahu segala sesuatu tentangnya."
"Haaah.. Selalu saja begitu. Memanfaatkan kekuasaan."
Kakek Wijaya tersenyum menanggapi komentar Yudha. Saat ini bukan waktunya ia bercanda dengan cucu kesayangannya itu. Ia harus bisa membuat Yudha berjalan di jalan yang seharusnya. Jalan yang terbaik untuk Yudha. Setidaknya sebagai seorang kakek, ia tidak mau cucu kebanggaannya itu salah jalan.
"Kakek tidak bisa selamanya memimpin Emperor Group. Suatu saat kau akan menggantikan kakek. Kau sudah tahu bagaimana kejamnya dunia bisnis. Banyak dari bawahan kakek yang ingin menghancurkan kakek. Ingin mengambil alih Emperor Group yang dari nol kakek bangun."
"..."
"Ada masanya dimana kakek tidak bisa mendampingimu memimpin Emperor Group. Jadi kau harus memiliki pendamping! Karena dengan memiliki pendamping, kau akan lebih kuat menghadapi kejamnya ujian hidupmu."
"Kek, pengganti kakek bukan hanya aku saja. Masih ada yang lain."
"YUDHA!" Bentak Kakek Wijaya tidak suka.
"…."
"Cucu kakek hanya satu, yaitu kamu. Tidak ada yang lain!"
"Bagaimanapun di darahnya mengalir darah Kazehaya! Itu tidak bisa dipungkiri, Kek!"
"Kita sudah berjanji untuk tidak membahasnya."
"..." Yudha hanya terdiam tanpa ekpresi.
Jika sudah begini kakek Wijaya pasti akan mencoba mengalah. Mengalah bukan berarti kalah, kakek Wijaya selalu memiliki cara untuk menang dari cucu kesayangannya itu.
"Hah, apa salah kakek yang sudah tua renta ini meminta pada cucu kesayangannya?" Kakek Wijaya mulai mengeluarkan jurus andalannya.
Yudha kembali terdiam. Meski begitu ia memikirkan permintaan kakeknya.
"Aku pergi ke kampus dulu. Kakek istirahat saja!" Pamit Yudha.
"Cih, anak itu. Sangat mirip denganku."
Gumam Kakek Wijaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
lady taft
japanese...oke lanjut
2020-08-24
0
Kamboja Kamboja
memukau
2020-07-03
0
Thalia Tan
Muncuuul jg pangerannya 😍😍
2020-07-02
0