Suasan di ruang tamu utama kediaman Kazehaya cukup ramai dan menghangat. Melody bisa cukup baik ikut berbaur dengan calon keluarga barunya itu. Bahkan, ibu Mikan yang ia sangka galak dan maaf, seperti ibu-ibu calon mertua yang jahat di sinetron-sinetorn nyatanya bisa sangat baik padanya.
Ibu Mikan menawarinya kue lembut dengan rasa strawberry yang sangat nikmat. Hebatnya lagi, kue lezat itu adalah buatan tangan ibu Mikan.
"Aku bisa memasak, tapi bukan memasak hal rumit seperti ini. Aku hanya bisa masak mie, menanak nasi, menggoreng telur, dan membuat sayur sederhana. Apa ibu Mikan akan memberikanku tes memasak? Bagaimana jika aku tak lulus? Bagaimana jika perjodohan ini dibatalkan? Mana uangnya sudah digunakan untuk bayar hutang lagi. Harus ganti bayar apa pada keluarga ini? Aduh, aku tidak tenang..." Batin Melody.
Meski tidak tenang, tapi nikmatnya kue bisa membuatnya terbang. Ayolah, ia tahu, ini lebay.
"Oishii.."
Oishii: Enak.
"Melody, rupanya kau sudah mengenal cucu kakek? Kakek senang sekali jika kalian sudah saling mengenal." Kata Kakek Wijaya
"..." Melody terdiam. Berkutik dengan pikirannya. Melezatkan lidah dengan kuenya.
"Melody?" Panggil Kakek Wijaya.
Semua mata tertuju pada Melody. Bahkan Yudha sekalipun sampai memincingkan mata. Lihatlah itu, calon istrinya melamun dengan gaya yang menurutnya sangat aneh. Tersenyum sambil menatap kosong udara.
"Apa yang dia pikirkan? Apa dia melihat penampakkan di rumah ini?"
Oke, Yudha membuat kesimpulan yang tak jelas. Abaikan saja, Yudha hanya sedang penasaran.
"Melody!" Kakek Wijaya meninggikan volume suaranya. Dan bingo, Melody tersadar dari lamunannya.
"Ah? Eh, iya Kakek, ada apa?" Tanya Melody cukup gelagapan. Ia merutuki dirinya yang bisa-bisanya melamun saat sedang seperti ini.
"Apa kau sudah mengenal Yudha sebelumnya? Kalian sepertinya tidak asing saat bertemu." Kakek Wijaya mengulangi pertanyaannya.
"Em, iya Kek.." Jawab singkat Melody.
"Kami satu kampus." Kata Yudha menimpali Melody untuk menyetujuinya.
Melody kembali terdiam tak percaya. Banyak pikiran-pikiran menghiasai kapasitas otak minimnya. Ia kesulitan merangkai dan memilih kata yang tepat untuk situasi seperti ini.
Cucu Kakek Wijaya adalah Kazehaya Yudha? Sang pangeran kampus yang terkenal itu?
Yudha adalah calon suaminya?
Apa ini imajinasinya saja? Apa ia sedang bermimpi? Tolong siapapun bangunkan dirinya!
"Baguslah kalau kalian saling kenal. Kalau begitu, nanti malam kalian akan melangsungkan pesta pertunangan!" Kata Kakek Wijaya tiba-tiba.
Sontak membuat seisi ruang tamu kaget.
Tunangan? Nanti malam?
"Kakek!"
"Ayah! Apa tidak terlalu cepat? Biarkan mereka mendekatkan diri mereka dulu. Biarkan mereka saling mengenal." Tolak Ibu Yudha halus.
Kazehaya Mikan.
"Mereka sudah saling kenal, Mikan. Jadi tidak perlu kenalan lagi!"
Astaga, kejutan macam apa lagi ini? Kenapa semuanya diputuskan dalam waktu yang sangat dekat? Belum genap 2 jam Melody mengobrol dengan anggota keluarga Kazehaya, tapi nanti malam harus menjalani prosesi pertunangan?
Hoe, apa orang kaya sungguh bisa melakukan hal seperti ini?
Sihir! Itu sihir! Tidak mungkin!
Namun satu hal yang Melody ketahui, ini yang dibicarakan adalah keluarga Kazehaya. Keluarga terkaya di Jepang dengan aset trilliunan. Memiliki berbagai jenis bisnis yang digeluti dan sebagai perusahaan pengembang paling tersohor di Jepang. Membuat acara seperti pesta tunangan adalah hal yang mudah dilakukan.
Apa kekuasaan dan harta memang sehebat itu?
"Bagaimana dengan ibu saya, Kek?" Tanya Melody. Ia memilih untuk pasrah. Ia sudah lelah berjibaku dengan otaknya.
"Kau tidak perlu khawatir! Orang kakek sudah mengabari ibumu, dan ibumu menyetujuinya. Nanti orang kakek juga akan menjemput ibumu" Kata Kakek Wijaya.
"Hah?"
Dan ya, kekuasaan yang luar biasa. Apa ini sudah direncanakan sebelumnya? Kenapa bisa secepat dan setepat ini? Bukankah ada kemungkinan-kemungkinan lain, misal, Melody tidak jadi menerima lamaran itu dan memilih minta maaf dan kabur?
Kakek Wijaya sungguh sulit diprediksi.
"Kalau begitu, Yudha, ajaklah Melody berkeliling rumah ini agar dia mengetahui tampat ini!" Kata Kakek Wijaya yang tanpa ada penolakan dari Melody, Yudha, maupun Ibu Yudha.
"Baiklah Kek, aku akan menemani Melody berkeliling." Kata Yudha.
.
.
.
"Aku yakin ini semua sudah kakek rencanakan sejak lama. Hah, aku kalah lagi dari kakek. Kakek selalu saja selangkah lebih cepat. Harusnya aku tahu bagaimana kakek itu." Batin Yudha.
"Baru saja aku memikirkannya. Aku mendapatkan kejutan tak terduga lagi! Aku tahu akan perjodohan ini. Tapi, percaya diri sekali kakek ini dengan keputusanku dan Yudha. Apa kakek tidak berfikir jika aku atau Yudha akan kabur dari acara perjodohan ini? Bisa saja, kan? Walau mungkin kakek akan mengerahkan semua mata-matanya atau membuat berita heboh yang disiarkan di semua stasiun tivi di bumi ini, hal itu bisa saja terjadi. Bagaimana bisa acara pertunangan dilaksanakan kurang dari sehari? Aku tahu, kakek berkuasa, tapi tetap saja ini sulit dinalar, kecuali kakek memang sudah mempersiapkannya sejak lama. Entahlah, kenapa aku jadi pusing begini dibuatnya sih?" Batin Melody.
.
.
.
"Lain kali jika kau hendak menemui orang penting, pakailah baju yang lebih rapi! Kau akan mendapat kesan baik dari penampilanmu. Ibu yakin kau itu wanita yang sesuai untuk Yudha, anak tunggalku. Kau bisa memanggilku 'ibu' karena aku mengharapkannya. Bukankah sebutan 'ibu' di keluarga terdengar lebih hangat?" Kata Ibu Yudha halus.
Mendengar ucapan ibunya Yudha membuat hati Melody terasa hangat. Semua fikiran negatifnya terhadap ibunya Yudha seolah sirna. Ia sadar, ibunya Yudha adalah sosok yang penuh kasih sayang sama seperti ibunya. Ia tahu dari sorot mata teduh yang dipancarkan oleh ibu Mikan, ibunya Yudha.
"Bukankah Melody terlihat polos dan natural dengan penampilan seperti itu? Nenek tua sepertiku bisa melihat kecantikannya secara alami." Kata Nenek Chiyo.
Yudha berusaha keras menahan tawa. Melody tertunduk kikuk, Kakek Wijaya tertawa renyah, ibu Yudha/ Mikan juga berusaha menahan tawa.
Bisa-bisanya Melody yang kucel dibilang terlihat polos? Natural? Melody tidak habis fikir bagaimana Nenek Chiyo mampu memiliki pemikiran seperti itu.
"Ma..maafkan saya." Kata Melody yang super malu dengan muka semerah kepiting rebus.
Salahkan Kakek Wijaya! Kenapa juga Kakek Wijaya tidak memberinya waktu untuk menghias diri? Bukankah setengah jam saja sudah lebih dari cukup untuk membuat dirinya jauh lebih baik lagi?
Tidak seperti saat ini. No make up, baju tidur lusuh, sandal jepit beda warna. Hah, Melody merasa jika saat ini adalah penampilan terburuknya di depan umum dalam seumur hidupnya!
Berlebihan sih, tapi memang benar kok.
"Rumah ini sepertinya akan menghangat.." Batin Mikan.
.
.
.
Nanti kalo aku nulis bu Yudha, tiba-tiba pake nama Mikan, itu sama saja ya.. Jangan bingung. Soalnya ke depan bakal banyak pemain di ceritaku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
Arun Angel Yuol
pusing bacanya kebanyakn pemikiran,,
2020-10-13
1
Thalia Tan
Ajahha.. kaget dy
2020-07-02
0
Dhea Amalia
Aku salah komen 😅😅
2020-06-18
0