Melody kembali berlari sekuat tenaga menuju Cafe tempat ia bekerja. Dengan sisa tenaganya yang belum pulih sama sekali usai donor darah tentunya. Sudah seperti biasanya, ia memang suka memaksakan diri dan terlalu keras pada dirinya sendiri.
"Telat! Telat!"
Ini tidak hanya telat, tapi telat banget.
Pantaskah ia berharap jika malam ini ia tidak akan dipecat oleh bossnya? Berharap apapun itu pantas-pantas saja dan hak setiap manusia. Biar nanti nasib, takdir, dan Tuhan yang menentukan keputusannya.
.
.
.
Cafe Blink Blink..
"Melody, kamu pikir Cafe ini milik nenek moyangmu? Jam berapa sekarang, hah?" Teriak kesal menejer Cafe, Shion.
"Maaf Shion-san, tadi ada masalah besar di jalan." Jawab Melody jujur. Ia tidak menyukai kebohongan. Sebisa ia berkata jujur, maka ia akan mencoba untuk berkata jujur.
Munafik juga, soalnya kadang memanfaatkan kedaan untuk mengarang indah demi menyelematkan diri sendiri. Manusia biasa memang tak luput dari bekata bohong rupanya.
Note: sufix -san dalam bahasa Jepang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat pada orang yang lebih tua, orang baru, intinya ditunjukkan sebagai bentuk rasa hormat dan kesopanan.
"Jalannya kali yang besar. Hahh.. baiklah-baiklah, ini yang terakhir. Kalau sampai telat lagi, aku tak segan untuk memecatmu!"
Shion merasa iba karena ia tahu bagaimana Melody itu.
Meski sering telat tapi Melody itu pekerja keras dan melakukan kerjaannya dengan baik. Gara-gara kecantikan Melody juga omzet Cafe miliknya bertambah. Banyak pengunjung yang menyukai Melody dan bersedia berkunjung kembali untuk sekedar memesan minuman dan mengagumi kecantikan Melody.
"Be-benarkah, Shion-san? Ah, terima kasih banyak, Shion-san. Aku pastikan ini yang terakhir! Aku akan bekerja lebih giat lagi!"
"Ganti pakaianmu dan segera bekerja!"
"Iya, arigatou gozaimasu, Shion-san." Melody tersenyum senang.
Arigatou gozaimasu: Terima kasih banyak.
.
.
.
Dengan semangat cerianya, Melody menjalankan tugasnya sebagai seorang pelayan Cafe. Menanyai pesanan, membawakan pesanan, mengelap meja, seperti itulah kerjaan Melody di Cafe. Berat memang. Menjadi pelayan Cafe tidak semudah itu. Perlu tenaga extra dan fisik yang kuat. Tentunya mental juga karena tidak semua pelanggan itu ramah.
Bagi Melody, meski pekerjaan itu cukup kasar, tapi ia bahagia melakukannya. Hal itu membuat gembira hatinya. Uang juga sih tujuannya.
Buat apa munafik, nyatanya ia memang butuh uang banyak untuk menghidupi dirinya dan sang ibu di rumah. Uang menempati tida besar dalam tatanan tujuan Melody di masa depan!
.
.
.
Rupanya hari ini memang bukan harinya Melody. Ada saja masalah yang menghampirinya. Sudah telat, berurusan dengan kakek misterius yang tertusuk, dan lagi, apa ini?
Saat Melosy sedang membawa nampan berisi pesanan pengunjung Cafe, seorang pengunjung Cafe berjalan terburu-buru, tanpa sengaja menyenggol lengan Melody. Melody yang kaget, tak kuasa menahan beban dirinya, nampan yang ia bawa tak urung mendarat indah di gaun salah seorang pengunjung lain.
Gaun itu sangat cantik dan yang memakainya juga sangat cantik.
"Hei pelayan sialan, matamu buta, hah? Kalau tidak becus, tidak usah bekerja! Apa yang sudah kau lakukan pada gaun mahalku?" Bentak seorang wanita pengunjung Cafe yang gaun indahnya ketumpahan minuman yang Melodu bawa.
"Ma-maaf, Nona. Saya tidak sengaja, tadi ada pengunjung yang menyenggol saya, minuman yang saya bawapun akhirnya tumpah." Jelas Melody.
"Tidak sengaja? Kau pikir dengan kelakukannya yang tidak sengaja itu bisa dimaafkan? Alasan saja untuk menutupin kerjaanmu yang tidak becus."
"Maafkan, saya." Melody tidak berniat membalas ucapan wanita pengunjung Cafe itu karena saat ini ia berada di posisi yang salah. Bukan berati tidak becus, tapi percayalah, senggolan dengan pengunjung lain tadi itu tidak bisa ia hindari.
Ini murni kecelakaan yang tidak disengaja!
"Ada apa ini?" Tanya Shion yang tiba-tiba datang karena mendengar kegaduhan.
"Lihat gaun saya! Kotor karena perbuatan pelayan tidak profesional seperti dia!" Pengunjung wanita itu menatap Melody dari atas sampai ke bawah. Ia lalu memincingkan matanya.
"..."
"Orang miskin mana bisa profesional." Kata Wanita Pengunjung Cafe pedas.
Melody panas, tak tahan dihina. Ia memang miskin, tapi ia sudah bekerja sangat keras dibandingkan orang lain. Hanya karena kesalahan yang tak disengaja itu lantas orang lain dengan seenak jidatnya merendahkan harga dirinya itu keterlaluan!
Melody tidak terima harga dirinya diinjak-injak.
"Ya, saya memang miskin! Orang kaya tidak boleh menghina orang miskin! Apalagi dengan hinaan tidak profesional seperti Anda!" Balas Melody lebih pedas.
"Kau..." Geram Wanita Pengunjung Cafe.
"Melody!" Bentak Shion.
"Kau harus memecat pelayan tidak profesional seperti dia! Orang miskin tidak berpendidikan tidak pantas menghirup udara di kota elit ini! Orang-orang seperti dia ini hanya membuat mata sakit. Sampah tak pantas di sini!" Kata Wanita Pengunjung Cafe itu galak.
"Tolong pergunakan bahasa yang sopan, Nona Menor!" Kata Melody yang rupanya ikut tersulet emosinya karena pengunjung eanita itu benar-benar membuat panas telinganya.
"Apa kau bilang?" Pengunjung wanita naik pitam.
"Nona Menor." 🙄 Jawab Melody santai
Wanita Pengunjung Cafe itu semakin kesal dan naik darah. Bisa-bisanya dirinya dikatai menor oleh orang miskin yang bahkan gaji sebulannya tidak akan mampu untuk membeli kosmetik perawatan wajahnya.
"Nona, Anda tidak hanya menor, tapi dandanan Anda melebihi dandanan tante-tante girang di pinggir jalan. Tidakkah Anda mengaca sebelum Anda keluar rumah?" Melody semakin berani.
"Tarik ucapan nistamu itu, jal@ng!"
Shion meradang. Dua insan manusia di depannya itu benar-benar membuat tensi darahnya naik. Hari ini Cafe sangat rame, ia lelah fisik dan batin. Kenapa pertengkaran Melody dengan pengunjung Cafe menjadi-jadi dan tidak ada satupun yang mengalah? Menjengkelkan!
"MELODY!" Bentak Shion
Melody sudah siap dengan apapun yang akan ia terima malam ini. Ia lepas kontrol jika harga dirinya terlukai.
"Baru setengah jam yang lalu berjanji tidak akan membuat kesalahan. Sekarang apa? Kau DI-PE-CAT! Silahkan keluar dan bersihkan isi lokermu!" Kata Shion.
Melody melepaskan kain celemeknya di pinggangnya. Ia lalu menaruhnya di meja dekat dengan bossnya.
"Terima kasih sudah menampungku! Permisi!" Kata Melody lalu meninggalkan mereka menuju loker gantinya.
"Bye orang miskin."
Rupanya Shion lebih mengutamakan pengunjungnya daripada kemampuan Melody bekerja. Shion harus ambil resiko karena pengunjungnya itu adalah orang-orang elit yang bisa dengan mudahnya meruntuhkan Cafenya jika ia berbuat masalah.
Memecat Melody adalah pilihan terbaik.
Tanpa bantahan, Melody meninggalkan Cafe itu. Rasanya cukup berat. Gaji yang lumayan tinggi adalah alasannya bertahan. Rasanya juga ingin sekali meminta Shion untuk memaafkannya dan tidak memecatnya. Tapi kalau menginggat betapa seringnya ia terlambat, memang dipecat rasanya pantas juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 407 Episodes
Comments
🇪🇭🇲🇨n⭕⭕v!🇪🇭🇲🇨
😊Melody
Sesuai namanya
Melody mengikuti alur musik terkadang naik terkadang turun.
Semangaat💪💪💪
Melody pasti bisa...
2021-03-12
0
Mei Semangat
tolong up
tolong up
tolong up
😐😐😐
2020-07-20
1
Mei Semangat
tolong up
tolong up
tolong up
😤😤😤😤
2020-07-20
1