Hari semakin gelap , waktu pun menunjukan pukul 18.10 petang, kami sudah tiba di depan pagar sebuah bangunan. Terlihat papan nama dengan huruf grafir dan ukiran berbahan kuningan di atas pagar. Hanya tulisan “PUTIH” saja yang terpampang.
Di depan kami berenam terlihat pagar besi tinggi sekitar tiga meteran yang ber ornamen ukiran indah, dibalik pagar terlihat halaman yang luas dengan jalan aspal selebar tiga meter yng mengelilingi taman, jalan itu memutar sehingga kendaraan yang masuk harus berjalan terus hingga pintu keluar.
Tepat di dalam pagar, di dalam taman dan di sebelah jalan taman terdapat bangunan besar yang megah, bercat putih mewah dan sekilas ber arsitektur jaman Belanda, Dua pilar kokoh didepan bangunan semakin memperlihatkan kemegahan bangunan ala Eropa ini.
Taman yang luas rapi di depan pilar itu terlihat indah dan bersih, dengan rumput yang terpangkas rapi, Di tengah taman terdapat sebuah kolam ikan dengan aneka tumbuhan hias yang mengelilingi kolam ikan, pun dihiasi dengan sepasang lampu taman di kiri dan kanan kolam yang dalam kondisi padam , mungkin apabila dinyalakan dikala senja ini dapat menambah keindahaan vila itu.
Terdapat ayunan tua yang bearcat putih yang tergeletak di sebelah tembok tinggi, tembok pembatas area vila dengan luar area vila.
Pada bagian kanan dan kiri taman vila itu ada pohon nangka yang besar dan berdaun lebat, karena besarnya hingga dahan pohon nangka bisa menaungi sebagian area kiri dan kanan taman.
Kami hanya dapat menikmati keindahan taman itu dari depan pagar dengan dibantu cahaya yang berasal dari lampu merkuri di pinggir pagar vila.
“Akhirnya sampek juga kita di vila ini rek, bagus bener vilanya, gak ngira aku kalau omnya Broni punya vila sebagus ini” Wildan berkata sambil mengelus elus pagar Vila yng dingin.
“Kita cari dulu penjaganya, aku udah gak sabar mau masuk ke sana, pingin duduk santai di ayunan itu sambil melamun dan melihat pemandangan malam di taman itu “ tukas Ibor
“Bron, kalok Vila sebagus ini apa gak malah mahal sewanya bron?” tanyaku
Broni tidak menggubris pertanyaanku, dia sedang sibuk dengan gawainya.
Kulihat Broni sedang sibuk menekan angka-angka di gawainya, mungkin dia berusaha menghubungi penjaga Vila atau om nya.
Sementara itu indera penciumanku mencium bau yang khas...bau yang kukenal selama ini !...ya bau minuman keras!....ternyata si Kris sedang melanjutkan minum minuman kerasnya sembari duduk bersandar di pintu Vila. Dia tak perduli dengan keadaan kami dan keadaan sekeliling vila yang indah.
“Kris, gendeng kamu kris, mbok ya nanti aja minumnya. Jangan di depan pintu pagar ini kris, gak enak sama penjaga vilanya kris!” tegurku.Tetapi hanya dibalas cengiran oleh Kris.“Dasar arek edan“ batinku
Di senja menuju malam ini tidak sengaja ujung netra ku melihat sesuatu yang sedang berdiri di sebelah kiri ku, dia ada di samping pepohonan yang rindang. Kutoleh dengan cepat ke arah kiri, tetapi tidak terlihat siapapun.
“Aneh, perasaan tadi aku lihat sesuatu di sana, seperti sesosok orang yang tengah berdiri memperhatikan kami, sesosok tinggi hitam, atau aku salah lihat ya” gumamku bergidik.
Hari semakin gelap dan dinginya senja terganti dengan dinginya malam yang makin menggigit. Sebagian termanku terlihat mulai menggigil kedinginan, wajah mereka terlihat pucat.
“Rek , sini minum sik lhooo, biar gak kedinginan rek” tawar Kris kepada kami.
“Nanti ae lho Kris, ndak enak kalau belum ketemu yang jaga vila ini. Malu C*K kalau yang jaga vila ini liat kita minum-minum di depan pagar ini ” Jawab WIldan ketus
“Bron , gimana? Udah bisa hubungi yang jaga vila belum? “ tanya Ibor dengan tidak sabar.
Tiba-tiba tanpa didahului langkah suara, muncullah seseorang lelaki tua kurus dengan sarung yang diselempangkan di pundaknya yang masih terlihat tegap meskipun hanya berbalutkan kaos tipis dan jaket parasut yang sudah pudar warnanya.
Di mulutnya tergeletak pasrah sebatang rokok klobot dengan asap yang berbau khas rokok lintingan daun jagung..
Di kepala lelaki tua itu menempel sebuah songkok hitam yng terlihat koyak di ujungnya. Wajah lelaki itu terlihat hitam dan pucat dengan tulang rahang dan tulang pipi yang menonjol.
Kumis dan jenggot liar yang nampak tumbuh subur dan tidak terpelihara menghiasi kekosongan wilayah dagu dan dibawah hidung lelaki itu.
Tangan kiri lelaki itu menenteng sebuah senter besar yng nyala lampunya terang sekali.
“Selamat malam dik. Adik ini dari mana dan ada keperluan apa?” tanya orang tua tersebut.
“Perkenalkan nama saya pak Tembol, saya sebagai penjaga vila ini dik” sembari teraenyum
“Saya ponakan Om Leo Gading , nama saya Broni.” Broni mengulurkan tanganya.
“Oh kelurga Pak Leo tho dik, iya kemarin pak Leo sempat bilang ke saya. Nanti ada keluarganya yng mau sewa vila ini, Monggo dik , silahkan masuk” lanjut pak Tembol membuka gembok pagar.
Kami pun satu persatu menyalami dan memperkenalkan diri sembari memasuki halamana vila.
Kami tidak menyadari kalau tangan pak timbol tersebut dingin seperti es, wajah pak Tembol yng pucat serta cekungan kelopak mata yang sedikit menghitam, mungkin dikarenakan dia kurang tidur ..hihihihih.
Meskipun suasana gelap tetapi aku bisa melihat sorot mata yang tajam dibalik tubuh tuanya. Sorot mata yang seakan menunjukan kewibawaan dari tubuh tuanya yang ringkih.
“Rek gimana kondisi vilane” tanya teman di grup Whats Up Sutopo Kingdom.
“Bentar, kita juga baru datang, nanti aku liatnya dulu” balas wildan.
TIFANO POV
Semenjak setelah aku dan Broni bertemu nenek tua itu, entah kenapa kok aku ngerasa ada yng mengikuti dari belakang ya? Bolak balik aku liat ke belakang tapi Cuma gelap tok.
Tadi gak sengaja aku lihat sesosok tinggi hitam di sebelah Dany, tetapi kok Dany bisa gak merasa ya? Aku gak berani tolah toleh disini, menyeramkan suasananya.
Tapi setelah kedatangan pak Tembol , sosok hitam itu hilang dari sebelah Dany.
TIFANO POV END
Teras vila berbentuk setengah lingkaran dengan masing masing kiri dan kanan terdapat satu undakan setinggi 60 cm yng bisa digunakan untuk duduk sembari menikmati halaman vila.
Terlihat pintu masuk vila model eropa klasik yng tinggi berdaun pintu yang model kupu tarung dengan kaca patri yng menghiasi daun pintu, handle pintu kuningan berukir seni eropa , terlihat kalau pemilik vila mengedepankan keindahan vila tersebut.
“Mari dik masuk ke dalam dik” Ajak pak timbol dan kami semua mengiyakan kecuali kris yng sudah asik dengan botolnya sendiri , dia duduk di teras villa.
“Aku disini aja rek, tak santai disini yaaaa” sahut Kris dengan kondisi setengah mabuk.
“Wis , terserah kamu , pokoke nek ada apa apa teriako yo” balas Wildan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 353 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
❤️❤️❤️
2021-10-13
3
Wartin Kusmawati
lanjut
2021-10-02
2
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
tadi chapter sebelumnya udah jam 17.45.. kok sampai vila waktu mundur lagi jadi 16.10.. apa aku yg salah ya?
2021-08-08
1