“Perjanjian antara orang Belanda dan Nyai Suparmi sangat mengerikan, karena Nyai Suparmi meminta tumbal yang tidak terhingga, Dia meminta tumbal sampai merasa puas dan cukup!. Saking cintanya orang Belanda itu dengan anak istrinya, dia menyanggupi tumbal yang tak terhingga itu, dia tidak berpikir bagaimana cara menyerahkan dan mencari sesembahan manusia yang begitu banyak yang diminta ratu jin itu.“
“Nyai Suparmi yang merasa menang diatas anginpun menyanggupi permintaan dari orang Belanda itu tapi dia meminta beberapa syarat yang harus dipenuhi selain tumbal manusia, Syarat yang pertama, diruangan rumah itu harus ada foto keluarga dua mayat anak dan istrI dengan ukuran yang besar, serta harus ada foto diri dari orang Belanda itu dalam ukuran besar pula”
“Mayat istri dan anak tidak boleh dikuburkan tetapi harus dalam posisi seperti orang tertidur di suatu kamar disana, karena suatu saat mereka akan terbangun dari tidurnya.
Tumbal yang harus disediakan berasal dari orang yang menginap di rumah tersebut setiap bulannya. Artinya tumbal itu harus dari orang yang menginap didalam salah satu kamar di rumah itu, selain di dalam kamar itu tidak bisa dilakukan penumbalan. Penumbalan harus tetap jalan meskipun anak dan istri orang Belanda itu telah hidup kembali....” lanjut nenek itu
“Kalau ndak salah , kamar yang dijadikan penumbalan itu adalah dua kamar yang posisinya ada di depan nak, dan kamar untuk menyimpan mayat itu ada di tingkat atas, mbah juga kurang jelas karena cerita kamar ini berasal dari penjaga rumah vila itu sebelum mati mengenaskan jatuh kedalam jurang sewaktu memanjat pohon nangka yang ada di belakang rumah itu nak “ sambung nenek
“Kalau kalian berada di sana dan melihat ada beberapa foto atau lukisan manusia, itu adalah foto dan lukisan sebagian korban yang spesial. Karena tubuh, darah dan nyawa mereka terasa guruh dan manis bagi bangsa jin, sehingga di buatlah foto dan lukisan mayat mereka atas perintah Nyai Suparmi”
“Setelah penumbalan yang ke-60dari orang yang menginap disana, mulai terlihat tanda kehidupan dari anak dan istri orang Belanda itu , penumbalan yang ke-120 terlihat anak dan istri sudah hidup sempurna. Tetapi akal orang belanda itu licik, dia tidak mau neneruskan penumbalannya, secara diam-diam mereka melarikan diri ke negeri Belanda. Hingga murkalah Nyai Suparmi, dibunuhlah mereka bertiga dalam perjalanan ke Belanda”
“Kemarahan Nyai Suparmi pun semakin menjadi jadi, arwah ketiga manusia itu dikurung di masing masing foto yang ada di dinding ruang keluarga itu, hingga diapun mengutuk vila itu...vila itu akan memakan tumbal setiap ada orang yang menempati vila itu, mayat yang mati disitu akan menjadi santapan oleh seluruh foto manusia yang telah melanggar kesepakatan dengan ratu jin itu .....” lanjut nenek itu sambil menarik nafas
“Setelah kosong beberapa tahun dan setelah Indonesia merdeka, vila itu mulai di diami oleh penduduk liar yang membutuhkan rumah tinggal , dan nahasnya merekapun hilang tanpa jejak, bahkan jasad mereka tidak pernah ditemukan. Hingga beberapa tahun kemudian vila itu disita oleh negara dan dilelang , kemudian dibeli oleh pengusaha kaya raya asal Jawa barat dengan menempatkan Tembol disana. Anehnya setelah ada Tembol, vila itu tidak memakan tumbal lagi hingga sekarang ” nenek tua mengakhiri ceritanya.
“Fiuuuhhhhh.... saya terkejut mendengar cerita mbah tadi “ kata Tifano
“Saya kok kepikiran ya Tif, semoga teman kita ndak papa di sana sekarang ini” Tukas Ali
“Oh iya mbah, teman saya ini Tifano dan ini Ali, saya Dany mbah” tukasku mencairkan suasana yang mendadak seram.
“Kalian bisa panggil saya MBAH KARA. Mbah tinggal di bawah jalan ini nak, itu disitu nak” jawab nenek kara sambil menunjuk sebuah rumah kecil dibawah lereng jalan ini.
“Kalau ada apa-apa kalian bisa memanggil Mbah dan mudah-mudahan Mbah bisa bantu nak. Oh iya kalau kalian cari pak Tembol. Kalian lurus aja sekitar 15 menit jalan kaki dari sini , trs tengok ke bawah jalan nak , nanti kelihatan rumah yang atapnya bercat hijau , itu rumah pak tembol “ tukas Mbah Kara
“Terimakasih mbah, nanti kami bicara sama temen agar tidak berbuat aneh aneh mbah, monggo Mbah kami lanjut mencari pak Tembol dulu “ kami pun pamit untuk menuju rumah pak tembol.
Mereka pun berpisah dengan Mbah Kara, dan melanjutkan perjalanan mencari rumah pak Tembol. Selama perjalanan ini kami terus membayangkan dua foto hitam putih yang ada di ruang tamu vila itu.
Setelah berjalan sekitar 15 menit kami melihat sebuah gubuk dengan atap seng yang bercat hijau di bawah jalan, diantara pepohonan cemara yang berbau khas.Kami menuruni lereng itu dengan hati2. Tak sampai 5 menit mereka sudah berada di depan rumah / gubuk pak Tembol.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 353 Episodes
Comments
Gechabella
mbah kara itu sebenere masih hidup opo orak to?
2023-07-10
0
sinank nang
👍👍👍👍👍
2022-01-13
0
Wartin Kusmawati
next thoor
2021-10-04
0