Si berandal itu ternyata pintar juga.
Tidak seperti penampilan nya.
Untuk sesaat aku terkagum melihat nya.
Bu Fani yang hendak marah kini tersenyum senang ada murid pintar di kelas nya.
"Wah jawaban kamu benar, apa kamu sudah mempelajari nya sebelum nya? atau kamu memang tertarik dengan matematika? tanya Bu Fani.
"Tidak, saya tidak suka matematika, dan saya tidak suka belajar" jawab nya singkat lalu kembali ke bangku nya.
Bu Fani hanya menggeleng kepala melihat murid pintar tapi kelakuan minus di depan nya itu.
Tidak mengapa bagi Bu Fani yang penting ia pintar,cukup memaklumi jika ia sombong.
Aku bahkan harus berusaha keras agar bisa mencapai peringkat di kelas.
Putra menatap ku sambil tersenyum menang. Yah ia berhasil membuat seisi kelas kagum melihat nya. Termasuk aku.
"Kenapa menatap ku seperti itu, aku keren yah?" bisik nya pada ku.
Aku memalingkan wajah ku.
"Cih, terus lah berpura pura tidak mengakui kehebatan ku" bisik nya lagi.
"Berisik!" hanya itu jawaban dari ku.
Ia tersenyum sinis lagi.
Keesokan hari nya, guru tidak hadir.
Jam kosong ku isi dengan membaca di perpustakaan.
Reno mendekati ku memberi ku sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun dan kotak kecil sebagai kado nya.
Astaga, aku bahkan lupa ulang tahun ku sendiri.
Aku terharu.
"Terima kasih Reno" ucap ku lirih.
Reno tersenyum dan mengangguk.
Banyak pasang mata yang mengawasi kami.
Aku membuka kado yang terbungkus kotak kecil dengan pita pink di atas nya, sebuah gelang cantik.
Aku tersenyum bahagia. Mungkin ini adalah momen paling bahagia dalam hidup ku.
Papa bahkan tidak pernah mengingat ulang tahun ku.
Aku menyeka air mata haru di wajah ku. Dan langsung mengenakan gelang itu.
Aku sedang berdiri di depan kelas ku, di lantai 2, langsung bisa menatap ke arah lapangan. Reno sedang berlatih basket bersama tim basket yang lain nya.
Sungguh sempurna ku melihat nya.
Sinar matahari siang itu sangat terik, Reno dan tim tetap semangat berlatih.
Harus kah aku membawakan nya minum?
Tapi aku aku malu. Tapi Reno tidak pernah malu dekat dengan ku.
Aku pun ke kantin membeli air mineral dingin.
Menuju sudut lapangan, aku memberi kode ke Reno untuk mengambil minum nya.
Reno berlari ke arah ku.
"Terima kasih lidya," sapa nya sambil mengedipkan 1 mata nya.
Aku tersenyum malu. Bimo terlihat kesal melihat ku karena aku tiba tiba meninggalkan nya.
Aku kembali ke lantai 2 bergabung dengan Bimo.
"Aku tau Reno baik, tapi aku tidak suka kau dekat dengan nya"ujar Bimo.
Aku tertawa.
"Hey, kau cemburu, aku baik baik saja" jawab ku.
"Kau yakin?" tanya Bimo.
"Sangat yakin, jadi berhenti lah mengkhawatirkan aku" jawab ku penuh semangat yang membara seperti cinta yang semakin bersemi dalam hati ku.
Reno menyeka keringat nya.
Putra melihat ku yang asik menonton latihan basket.
"Apa yang kau lihat?" tanya nya.
"Berhenti mengganggu ku, jangan merusak mood ku kali ini." jawab ku tanpa menatap wajah nya.
Putra menepuk bahu ku seolah akrab.
Aku pun menghindar dan menyapu bekas tepukan itu dengan tangan ku seolah tangan putra telah mengotori baju ku.
"Cih, arogan sekali wanita itik buruk rupa ini" ujar nya sambil merogoh kantong nya dan memberi kan ku sebuah cermin mini.
"Jangan lupa bercermin!!!" tegas nya sambil berlalu meninggalkan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Endang Winarsih
putra sadis juga ya
2022-08-14
0
Julaeha Ju
putra jahat
2021-12-27
0
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
511
2021-09-11
0