Langit senja sangat indah saat itu, apa lagi aku bersama laki laki yang aku sukai.
Aku terus menatap nya yang berada di depan ku.
"Sudah sore, pulang yuk" Reno membuyarkan lamunan ku.
Aku hanya mengangguk, setelah selesai membayar kami pun pulang.
Reno mengantar ku pulang.
Hampir saja aku lupa untuk merahasiakan identitas orang tua ku.
"Emm, Reno, antar aku sampai di sini saja ya" ujar ku.
"Loh kok di sini, aku antar kamu sampai rumah yah? desak Reso.
Aku tetap turun dari motor nya.
"Gpp kok, sudah tidak jauh dari sini. " jawab ku sambil berjalan mundur dan melambaikan tangan ke arah nya.
Reno hanya menghela nafas berat lalu mengangguk.
"Ya sudah, terima kasih yah Lidya,hari ini menyenangkan" ujar nya sambil motor nya perlahan bergerak menjauh.
Kalimat Reno terngiang-ngiang di otak ku, semakin membuat ku jatuh cinta.
Aku berjalan kaki sampai di rumah, tidak terlalu jauh dari tempat Reno mengantar ku.
"Aduh non, kok baru pulang sekolah, magrib begini, di cariin tuan loh" ujar bi Minah khawatir.
"Tumben pria itu mencari ku?! jawab ku ketus.
Papa sudah ada di ruang tengah sambil menikmati kopi hangat nya.
"Dari mana saja kau!!!" tanya papa dengan nada tinggi.
Aku tersenyum sinis.
"Tumben peduli" jawab ku singkat.
Papa bangkit dan menampar ku.
"Tidak sopan sama orang tua, dasar anak haram tidak tau di untung!!!" pekik papa.
Aku sudah terbiasa mendengar nya, ucapan nya memang selalu menyakitkan.
"Terus mau mu apa? bukan aku yang haram, tapi kelakuan mu, bukan salah ku terlahir di dunia ini !!!" teriak ku.
Hampir setiap hari kami seperti ini.
Papa mencekik ku. Aku berusaha berontak, nafas ku kian sesak dan sakit.
Bibi yang menyaksikan nya pun panik. Ia segera melerai ku dengan papa.
"Sadar tuan, istighfar" ujar bi Minah sambil menarik ku menuju kamar menjauh dari papa.
Papa melempar gelas kopi nya ke lantai, hingga gelas itu pecah berkeping-keping.
Aku menatap cermin, melihat bekas cekikan papa di leher ku. Aku bingung, manusia seperti apa papa ku ini. Ia selalu tega menyakiti anak nya sendiri.
"Tuan itu sedang ada masalah di pekerjaan nya, jadi ia stress dan melampiaskan nya di rumah, Nona mandi lah, setelah itu makan malam, bibi sudah masak kesukaan nya nona" ujar bi Minah.
Aku tidak menanggapi nya. Sudah hal biasa papa seperti itu. Belum mati saja aku di buat nya.
Aku mengunci kamar. Mengambil handuk dan berendam di bathtub, aroma kamar mandi yang selalu membuat ku tenang.
Setelah mandi aku menatap cermin lagi.
Badan ku semakin besar.
Bergerak sedikit saja aku sudah merasa lelah.
Bibi mengetuk pintu kamar ku.
"Nona, makan malam sudah siap" teriak nya.
Aku membuka kunci pintu kamar dan keluar memakai setelan baju tidur rumahan yang tentu saja big size.
Aku turun untuk makan malam.
Papa sudah tidak terlihat di mana pun. Kata bibi papa pergi makan malam di luar bersama kerabat nya.
Aku tersenyum sinis lagi. Memang seperti ini se harus nya. Aku juga tidak berharap papa akan makan malam bersama ku.
Aku melahap nasi dengan ayam goreng Ter enak buatan bi Minah, dengan lauk yang banyak padahal hanya aku seorang yang makan di meja sebesar ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Daily Farsya
bilang anak haram. situ yg ngelakuin perbuatan haram. maluuuu woiiiiii... ngacaaaa!
2022-03-03
0
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
550
2021-09-11
0
Suryatina Handayani
hahaha...ngatain anak ny haram...lahhh...g mikir apa yaa yg buat anak itu siapa?yg haram siapa yg d katain siapa,aneh...papa haram somplak...
2021-07-10
0