Pendekar Elang Putih 2

Pendekar Elang Putih 2

Keluarga Kecil

Saat Matahari mulai terbenam, cahaya jingga merona di ufuk barat. Kala itu, burung-burung liar terbang kembali ke sarang. Tinggal suara jangkrik yang bernyanyi menggantikan panasnya sengatan matahari.

Di satu perkampungan, Talang Tunggal, tidak jauh dari tepi sungai yang mengalir jernih. Terdengar sayup-sayup suara anak kecil belajar membaca. Berulang kali anak itu melakukan kesalahan, tapi sang ibu tidak putus asa untuk membimbing. Ketika sang anak sepuluh kali salah, maka ibu akan dua belas kali dalam meluruskan. Begitu dan terus begitu tanpa lelah, hingga akhirnya waktu yang ditetapkan untuk belajar telah selesai.

Suhita Prameswari, usianya sekarang sudah empat tahun. Tumbuh menjadi gadis kecil yang cerdas dan baik hati. Prameswari lebih cenderung suka membaca buku serta catatan pengobatan dibandingkan dengan belajar ilmu bela diri. Dia sepertinya lebih berbakat untuk jadi seorang tabib dari pada menjadi pendekar.

Bakat ayahnya menurun sebagai tabib. Apa pun itu, tentu ibunya (Puspita) akan selalu mendukungnya. Selama putrinya terus berbuat kebajikan, maka itu merupakan suatu anugerah.

"Ibu, mengapa ayah belum pulang?" tanya Prameswari dengan wajah polosnya.

Puspita tersenyum manis, menutupi rasa terkejut sekaligus gundah di hatinya.

Sudah dua pekan Mahesa tidak pulang ke rumah mereka. Ya, mungkin di Padepokan Api Suci ada hal mendesak yang harus dikerjakan. Karena janjinya hanya tiga hari. Puspita terpaksa terus membohongi putrinya. Dia mengatakan kalau ayahnya pergi berdagang ke tempat yang jauh. Belum saatnya untuk Prameswari tahu akan hal itu. Kalau sebenarnya dia punya saudara tiri, anak Mahesa dengan Dewi Api.

"Nanti, saat ayah pulang pasti bawa daging rusa yang banyak. Kita bisa makan sate sampai kenyang. Hita suka sate 'kan?" Puspita membopong tubuh putrinya. Sambil tertawa dia menimang sang buah hati.

"Iya, suka, Bu. Saya hanya takut Ayah terluka. Bukannya di perjalanan akan banyak hutan dan binatang buas ya, Bu?" ucap Prameswari polos.

Puspita Dewi tersenyum haru, dia hampir saja meneteskan air mata mendengar penuturan polos anaknya.

"Ayo, berdoa. Semoga Ayah dijauhkan dari segala jenis marabahaya. Hingga nanti bisa pulang dan mengajari Hita meracik obat," Puspita menyentil hidung Suhita Prameswari.

°°°

Di Padepokan Api Suci, Mahesa sedang menikmati hidangan yang disiapkan oleh istri pertamanya, Ayu Sundari atau yang lebih dikenal sebagai Dewi Api.

Putra Mahesa dan Dewi Api bernama Raka Jaya Supena. Di usianya yang masih empat tahun ini dia bahkan telah mampu membuat lilin menyala. Kemampuan bawaan lahir yang dia punya sudah nampak sejak baru belajar berjalan. Saat itu, Dewi Api sedikit lengah. Saat dia sedang menyedu susu dengan air hangat, tanpa terlihat Raka memaksakan diri untuk berdiri dan melangkahkan. Kaki bayi itu masih sangat lemah, belum kuat menopang berat badan, hingga membuat tubuhnya limbung dan akhirnya jatuh ke lantai.

Kepala Raka terayun hendak menghantam kaki meja. Seperti ada yang mengajari, Raka menggunakan tangannya untuk melindungi keningnya agar terhindar dari benturan. Tidak di sangka, dari telapak tangan Raka Jaya mengeluh kobaran api yang langsung membakar hangus kaki meja tersebut. Membuat kening Raka Jaya terhindar dari benturan.

Tidak heran, mengingat latar belakang kedua orangtuanya. Ibunya, Dewi Api merupakan seorang pengendali api. Sejak kecil berlatih energi tenaga dalam dengan elemen api. Hingga besar dia mempelajari olah kanuragan tenaga dalam Inti Api. Sementara itu, Ayahnya juga memiliki kemampuan Tapak Naga Api yang tidak kalah hebatnya. Wajar saja, jika sejak usia dini bakat yang sangat menonjol dimiliki oleh Raka Jaya. Di hebat, benar-benar hebat.

"Ayah, bisa bawa aku jalan-jalan sebentar?" pinta Raka Jaya setelah mereka selesai makan.

Mahesa tersenyum, mengangguk, dan langsung membopong tubuh Putranya untuk pergi.

"Anakku, hari sudah hampir gelap. Kau mau pergi ke mana? Sudahlah, besok saja. Biar nanti Ibu yang temani," ucap Dewi Api pada Putranya. Seolah memberikan isyarat agar mereka tidak jadi pergi.

"Ibu, kami hanya sebentar. Di depan sana!" jawab Raka Jaya sambil terus memaksa Ayahnya untuk pergi.

Mahesa melirik pada istrinya. Wajah Dewi Api terlihat tidak begitu senang mendapati anaknya digendong orang. Padahal, oleh ayahnya sendiri.

"Iya, iya. Ayo, kita berangkat sekarang," Mahesa segera membawa anak laki-lakinya menikmati senja.

"Ayah, kata ibu kau adalah seorang pendekar besar, kemampuanmu tak seorang pun yang bisa menandingi. Saat besar nanti, aku ingin seperti ayah. Menjadi seorang pendekar pembasmi kejahatan," ujar Raka Jaya penuh semangat.

"Ah, ibumu terlalu memuji. Ayahmu ini cuma orang biasa. Hehehe ... ayah sangat bangga pada cita-citamu, Nak. Tapi ingat, ilmu kanuragan itu hanya digunakan untuk membela diri, melindungi hal yang berharga, bukannya untuk dipamerkan agar orang-orang memuji, itu salah," Mahesa mencivm kening Raka Jaya.

"Lalu, kapan ayah akan mulai mengajarkan aku ilmu bela diri? Aku sudah tidak sabar, ayah," Raka Jaya begitu bersemangat. Rupanya, maksud mengajak ayahnya jalan-jalan ialah untuk meminta hal itu. Raka ingin ayahnya segera mengajari kemampuan ilmu bela diri. Semangatnya begitu menggebu, nampak dari sorot matanya yang tajam.

"Iya, ayah pasti ajarkan anak ayah kemampuan beladiri yang tak tertandingi, ayah janji," ucap Mahesa menenangkan.

"Horeee !!!" Raka Jaya bersorak gembira.

Cukup lama mereka pergi bermain. Hingga matahari benar-benar terbenam, Mahesa beserta putranya belum juga kembali. Dewi Api begitu resah menunggu di beranda rumah.

"Dibawa ke mana putraku? Sialan itu, sungguh tidak tahu diri. Awas saja, jika terjadi sesuatu, akan aku celakai juga anaknya," Dewi Api mengepalkan tangannya. Wajahnya menyala merah penuh kekesalan.

"Ah, Nyonya. Itu Tuan dan Tuan Muda sudah kembali," ujar Mbok Sinem. Pengasuh Raka Jaya.

"Sudah tau!" jawab Dewi Api singkat. Dia segera berdiri, dan berjalan menyambut. Mbok Sinem mengikuti di belakang.

"Sudah gelap, mengapa baru pulang? Apa kalian tidak tahu, waktu mandi sudah lewat!" sambut Dewi Api dengan masam.

"Ayah, aku mandi dulu, ya," Raka Jaya buru-buru turun dari gendongan Ayahnya. Setelah memberi salam hormat pada sang Ibu, Raka Jaya di bawa Mbok Sinem ke belakang untuk mandi dan berganti pakaian.

Sementara, Dewi Api masih menunggu Putranya benar-benar telah jauh barulah jari telunjuknya menunjuk lurus pada Mahesa. "Jika saja terjadi sesuatu pada Anakku tadi, kau tidak akan aku ampuni."

"Hei, aku ini Ayahnya. Mana mungkin aku akan biarkan Anakku terlalu. Kau jangan bicara sembarang," dengan pelan-pelan, Mahesa menurunkan jari telunjuk Dewi Api yang teracung ke arahnya.

Dewi Api menarik tangannya. Disertai satu dengkusan kasar, dia segera berbalik badan meninggalkan Mahesa yang masih berdiri sambil menggelengkan kepala. Mahesa tahu, Dewi Api kesal karena besok Mahesa akan kembali ke tempat Puspita. Dan, sebagai seorang istri tentu sebenarnya Dewi Api tidak menginginkan hal itu. Dia benci harus membiarkan Mahesa juga mengurusi istri keduanya.

°°°

Yaatt! Yaatt! Yaatt!

Tangan kecil seorang bocah bergerak dan terus menerus memukuli pohon pisang. Bocah itu belum berhenti dan tidak akan berhenti sebelum pohon pisang yang tumbang. Tangannya memang masih kecil, pukulannya pun amat lemah, tapi semangat juang yang ditunjukkan sang bocah sangat luar biasa. Bahkan akan jarang di temukan seorang bocah bermental baja seperti itu.

"Tuuhh 'kan sakit?! Makanya dengar apa nasehat Nenek. Untung saja, kau tidak terluka," dengan penuh kasih, sang nenek membalut luka pada kepalan tangan si bocah nakal.

Namanya Danur Cakra Prabaskara saudara kembar Suhita Prameswari. Sejak berusia dua tahun, Danur Cakra tinggal bersama Kakek dan Neneknya. Sifatnya sangat keras dan penuh ambisi. Tidak seperti kembarannya, Cakra justru begitu terobsesi pada olah kanuragan. Siang dan malam dia terus berlatih, memperagakan setiap jurus yang dia lihat saat Kakeknya berolahraga.

"Nek, Cakra ingin seperti Kakek yang begitu kuat meski sudah tua. Menjadi seorang pendekar tak terkalahkan seperti Ayah yang namanya dikenal oleh semua orang. Cakra ingin semua orang mengetahui, kalau aku ini adalah Danur Cakra Prabaskara putra Pendekar Elang Putih, cucu dari Raditya dan Rengganis. Hahaha! Kalau aku kuat, mereka pasti tidak akan meremehkan aku! Akan ku pukul siapa pun yang berbuat macam-macam!" Danur Cakra berdiri di atas meja sambil berkacak pinggang. Dengan mimik wajah dibuat-buat menyeramkan layaknya seorang pendekar besar, bocah itu kemudian menepuk dada.

Tidak bisa memberikan komentar, Rengganis hanya menghela napas panjang menyaksikannya pola tingkah cucunya yang satu ini. Sangat berbeda dengan dua orang cucunya yang lain. Danur Cakra nampaknya berdarah dingin dan sangat teguh pada pendirian. Dia selalu menginginkan sesuatu yang lebih. Hidupnya melangkah dalam tujuan yang maha besar.

Dari sorot matanya saja, sudah terlihat jelas jika Danur Cakra merupakan seorang yang sangat ambisius.

_____________

Nama anak Pendekar Elang Putih (Mahesa)

Dari Dewi Api yakni Raka Jaya Supena.

Dari Puspita Dewi yakni Suhita Prameswari dan Danur Cakra Prabaskara.

Ketiganya berada di tempat yang terpisah, juga dengan bakat dan ambisi yang berbeda. Mungkinkah tiga saudara tersebut bisa bersatu atau justru bertolak belakang?

_____________

Terpopuler

Comments

ㅤㅤㅤ ㅤ

ㅤㅤㅤ ㅤ

Banyak juga bininya😅
keknya salah masuk harusnya baca yang awal dulu biar paham next berikutnya

2024-05-20

5

Thomas Andreas

Thomas Andreas

awal mula lanjutan

2022-04-02

1

Hiatus

Hiatus

kalo anak saudara tiri itu, beda ibu atau beda bapak nya, lha inikan bapaknya sama you wkwkwk

2021-11-04

2

lihat semua
Episodes
1 Keluarga Kecil
2 Kawan Lama
3 Kegemaran Nyeleneh
4 Suhita Hilang
5 Kejadian Sebenarnya
6 Klan Mata Hantu
7 Klan Mata Hantu ll
8 Klan Mata Hantu lll
9 Cabang Klan
10 Sedikit Petunjuk
11 Gua Laba-laba
12 Tujuh Laba-laba
13 Teh Beracun
14 Menaklukkan Labirin
15 Berkas Penting
16 Rumah Yang Kosong
17 Dari Celah Lubang
18 Darah dibayar Darah
19 Menulis Catatan Racun
20 Wanita Pengasuh
21 Merampok perampok
22 Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23 Kehadiran Dua Pengasuh
24 Tabib Yang Dicari
25 Orang Di Dasar Jurang
26 Tabib Titisan Dewa
27 Menunggu Ayah Pulang
28 Penyusup
29 Dua Kitab Beda Warna
30 Keinginan Yang Dinanti
31 Sepucuk Surat
32 Belati Berbisa
33 Dua Mata Koin
34 Yang Diharapkan
35 Bukit Naga Hijau
36 Di Dalam Gua
37 Sekarang Berbeda
38 Penyakit Aneh
39 Asap Pengubur Nyata
40 Gua Badai Salju
41 Gua Badai Salju ll
42 Keluar Dari Bukit Hujan
43 Pertemuan Tak Terduga
44 Di Penginapan
45 Pembantaian Keji
46 Pertarungan Di Tepi Hutan
47 Mengintai
48 Bekerja Sama
49 Kitab Langit dan Bumi
50 Kitab Langit dan Bumi ll
51 Cara Penyelamatan
52 Mahluk Alam Astral
53 Jalan Keinginan
54 Membuka Seluruh Level Kekuatan
55 Perjalanan Menuju Giling Wesi
56 Mengobati Penyakit Aneh
57 Penyakit Yang Sebenarnya
58 Kelompok Jubah Hitam
59 Menyamar Sebagai Anggota
60 Markas Kelompok Jubah Hitam
61 Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62 Ruang Penjara
63 Enam Pendekar
64 Kekalahan Enam Pendekar
65 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68 Menyudahi
69 Eee ... Ketemu Lagi
70 Bocah Nakal
71 Pertandingan Semifinal
72 Jurus Racun Bayangan
73 PENGUMUMAN
74 Menara Kematian
75 Kekompakan Saudara
76 Mundur Untuk Menang
77 Menembus Partai Final
78 Murid Berbakat
79 Malam Menjelang Final
80 Malaikat Pelindung
81 Pertandingan Final
82 Pertandingan Final ll
83 Janji Seorang Abdi
84 Pertandingan Terakhir
85 Pertandingan Terakhir ll
86 Juara Sejati
87 Senyuman Tipis
88 Racun Duri Teratai
89 Malam Perpisahan
90 Peti Jenazah
91 Ratu Racun
92 Di Kedai Tepi Jalan
93 Perjalanan Berkuda
94 Penjaga Pintu Gua
95 Gua Siluman
96 Pengkhianatan Nilam Sari
97 Terbang Bersama
98 Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99 Keberadaan Teratai Berduri
100 Dua Pendekar Pedang Kembar
101 Rencana Busuk
102 Dalam Perjalanan Pulang
103 Pembunuh Bayaran
104 Cugung Badas
105 Kuda Misterius
106 Surat Perjanjian
107 Keputusan 'Bijak'
108 Tiba Di Giling Wesi
109 Khasiat Daun Teratai Berduri
110 Jalan Kesembuhan
111 Pria Di Atap Penginapan
112 Tamu Istimewa
113 Bayangan Mencurigakan
114 Serangan Mendadak
115 Hasil Yang Didapat
116 Bantuan Tidak Terduga
117 Jarum Kehidupan
118 Bukan Lawan Yang Sepadan
119 Tawanan
120 Rintik Air Hujan
121 Tamu Istimewa
122 Kedatangan Tamu Istimewa
123 Pasukan Mayat Hidup
124 Pasukan Mayat Hidup ll
125 Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126 Tiga Saudara
127 Pertukaran Yang Adil
128 Kerjasama
129 Keberhasilan Misi
130 Pertarungan Terakhir (End)
131 Sepuluh Tahun Kemudian
132 Sosok Misterius
133 Saudara Kembar
134 Candi Karusian
135 Prahara di Candi Karusian
136 Penculik
137 Seorang Buronan
138 Siluman Penculik
139 Sumber Racun
140 Mencari Mata Air Beracun
141 Padepokan Lembah Wilis
142 Pendekar Naga Kresna
143 Siluman Penebar Racun
144 Kekalahan Tabib Dewa
145 Melanjutkan Perjalanan
146 Gua Misterius
147 Ruang Rahasia
148 Dewi Kundalini
149 Penggugah Hati
150 Energi Asing
151 Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152 Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153 Perselisihan
154 Melarikan Diri
155 Jejak Kemuning
156 Hukuman bagi Penjahat Korup
157 Dipaksa Menikah
158 Duduk Nikah, Tegak Cerai
159 Diah Pitaloka
160 Keamanan Tabib Dewa
161 Pagi yang Mencekam
162 Singa yang Terjaga
163 Tanpa Alasan?
164 Lumut Kehidupan
165 Ada Daging, Buaya Mendekat
166 Bukan Sumberdaya
167 Janji Masa Kecil
168 Menjelang Dini Hari
169 Rahasia Kemuning
170 Penyusup
171 Penyusup ll
172 Burcangijo
173 Laporan Tiliksandi
174 Sosok Di Balik Layar
175 Jawaban Sikap Suhita
176 Penginapan Luar Kota
177 Siluman Piton Berbisa
178 Sangkar Piton Berbisa
179 Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180 Celah Luka
181 Alam Evolusi
182 Bidadari Surga
183 Gingseng Seribu Nyawa
184 Mutiara Hati
185 Petaka Setelah Hujan
186 Desa Batu
187 Serangan di Desa Batu
188 Putri Foniks
189 Biara Cahaya
190 Pasukan Sayap Kelelawar
191 Kontak Batin
192 Ilmu Sirep
193 Malam Yang Terlewatkan
194 Malam Yang Terlewatkan ll
195 Burung Pengintai
196 Penginapan Muvvah
197 Ahli Nujum
198 Jari Penghancur
199 Praduga
200 Pertarungan, dimulai
201 Jala Sutra
202 Bantuan Pasukan Regu Kedua
203 Awal Perselisihan
204 Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205 Cerita Kencana Sari
206 Rumah Bordil
207 Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208 Kediaman Kemuning
209 Tamu Istimewa
210 Kujang Kembar
211 Pertarungan Sengit
212 Kekalahan Kujang Kembar
213 Pembunuh Bayaran
214 Siluman Kabut
215 Raja Iblis dari Lereng Utara
216 Sungai Kecil di Padang Tandus
217 Akibat Perut Sakit
218 Malaikat Penolong Tepat Waktu
219 Keberadaan Dewi Api
220 Kuil Sinar Mulya
221 Jurus Pedang Rahasia
222 Obat Mujarab
223 Kedai Makan
224 Efek Negatif Aura Siluman
225 Racun Penyelamat
226 Keputusan Sulit
227 Tetes Darah Perawan
228 Kejadian di Warung Makan
229 Boneka Sihir
230 Fragmen Tanah
231 Fragmen Tanah ll
232 Ibuku Seorang Siluman
233 Pulau Seribu Pandan
234 Di Perjalanan
235 Karpet Emas
236 Alam Dedemit
237 Hari Ulang Tahun
238 Dendam Lama
239 Ajang Balas Dendam
240 Kemenangan dalam Duka
Episodes

Updated 240 Episodes

1
Keluarga Kecil
2
Kawan Lama
3
Kegemaran Nyeleneh
4
Suhita Hilang
5
Kejadian Sebenarnya
6
Klan Mata Hantu
7
Klan Mata Hantu ll
8
Klan Mata Hantu lll
9
Cabang Klan
10
Sedikit Petunjuk
11
Gua Laba-laba
12
Tujuh Laba-laba
13
Teh Beracun
14
Menaklukkan Labirin
15
Berkas Penting
16
Rumah Yang Kosong
17
Dari Celah Lubang
18
Darah dibayar Darah
19
Menulis Catatan Racun
20
Wanita Pengasuh
21
Merampok perampok
22
Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23
Kehadiran Dua Pengasuh
24
Tabib Yang Dicari
25
Orang Di Dasar Jurang
26
Tabib Titisan Dewa
27
Menunggu Ayah Pulang
28
Penyusup
29
Dua Kitab Beda Warna
30
Keinginan Yang Dinanti
31
Sepucuk Surat
32
Belati Berbisa
33
Dua Mata Koin
34
Yang Diharapkan
35
Bukit Naga Hijau
36
Di Dalam Gua
37
Sekarang Berbeda
38
Penyakit Aneh
39
Asap Pengubur Nyata
40
Gua Badai Salju
41
Gua Badai Salju ll
42
Keluar Dari Bukit Hujan
43
Pertemuan Tak Terduga
44
Di Penginapan
45
Pembantaian Keji
46
Pertarungan Di Tepi Hutan
47
Mengintai
48
Bekerja Sama
49
Kitab Langit dan Bumi
50
Kitab Langit dan Bumi ll
51
Cara Penyelamatan
52
Mahluk Alam Astral
53
Jalan Keinginan
54
Membuka Seluruh Level Kekuatan
55
Perjalanan Menuju Giling Wesi
56
Mengobati Penyakit Aneh
57
Penyakit Yang Sebenarnya
58
Kelompok Jubah Hitam
59
Menyamar Sebagai Anggota
60
Markas Kelompok Jubah Hitam
61
Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62
Ruang Penjara
63
Enam Pendekar
64
Kekalahan Enam Pendekar
65
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68
Menyudahi
69
Eee ... Ketemu Lagi
70
Bocah Nakal
71
Pertandingan Semifinal
72
Jurus Racun Bayangan
73
PENGUMUMAN
74
Menara Kematian
75
Kekompakan Saudara
76
Mundur Untuk Menang
77
Menembus Partai Final
78
Murid Berbakat
79
Malam Menjelang Final
80
Malaikat Pelindung
81
Pertandingan Final
82
Pertandingan Final ll
83
Janji Seorang Abdi
84
Pertandingan Terakhir
85
Pertandingan Terakhir ll
86
Juara Sejati
87
Senyuman Tipis
88
Racun Duri Teratai
89
Malam Perpisahan
90
Peti Jenazah
91
Ratu Racun
92
Di Kedai Tepi Jalan
93
Perjalanan Berkuda
94
Penjaga Pintu Gua
95
Gua Siluman
96
Pengkhianatan Nilam Sari
97
Terbang Bersama
98
Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99
Keberadaan Teratai Berduri
100
Dua Pendekar Pedang Kembar
101
Rencana Busuk
102
Dalam Perjalanan Pulang
103
Pembunuh Bayaran
104
Cugung Badas
105
Kuda Misterius
106
Surat Perjanjian
107
Keputusan 'Bijak'
108
Tiba Di Giling Wesi
109
Khasiat Daun Teratai Berduri
110
Jalan Kesembuhan
111
Pria Di Atap Penginapan
112
Tamu Istimewa
113
Bayangan Mencurigakan
114
Serangan Mendadak
115
Hasil Yang Didapat
116
Bantuan Tidak Terduga
117
Jarum Kehidupan
118
Bukan Lawan Yang Sepadan
119
Tawanan
120
Rintik Air Hujan
121
Tamu Istimewa
122
Kedatangan Tamu Istimewa
123
Pasukan Mayat Hidup
124
Pasukan Mayat Hidup ll
125
Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126
Tiga Saudara
127
Pertukaran Yang Adil
128
Kerjasama
129
Keberhasilan Misi
130
Pertarungan Terakhir (End)
131
Sepuluh Tahun Kemudian
132
Sosok Misterius
133
Saudara Kembar
134
Candi Karusian
135
Prahara di Candi Karusian
136
Penculik
137
Seorang Buronan
138
Siluman Penculik
139
Sumber Racun
140
Mencari Mata Air Beracun
141
Padepokan Lembah Wilis
142
Pendekar Naga Kresna
143
Siluman Penebar Racun
144
Kekalahan Tabib Dewa
145
Melanjutkan Perjalanan
146
Gua Misterius
147
Ruang Rahasia
148
Dewi Kundalini
149
Penggugah Hati
150
Energi Asing
151
Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152
Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153
Perselisihan
154
Melarikan Diri
155
Jejak Kemuning
156
Hukuman bagi Penjahat Korup
157
Dipaksa Menikah
158
Duduk Nikah, Tegak Cerai
159
Diah Pitaloka
160
Keamanan Tabib Dewa
161
Pagi yang Mencekam
162
Singa yang Terjaga
163
Tanpa Alasan?
164
Lumut Kehidupan
165
Ada Daging, Buaya Mendekat
166
Bukan Sumberdaya
167
Janji Masa Kecil
168
Menjelang Dini Hari
169
Rahasia Kemuning
170
Penyusup
171
Penyusup ll
172
Burcangijo
173
Laporan Tiliksandi
174
Sosok Di Balik Layar
175
Jawaban Sikap Suhita
176
Penginapan Luar Kota
177
Siluman Piton Berbisa
178
Sangkar Piton Berbisa
179
Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180
Celah Luka
181
Alam Evolusi
182
Bidadari Surga
183
Gingseng Seribu Nyawa
184
Mutiara Hati
185
Petaka Setelah Hujan
186
Desa Batu
187
Serangan di Desa Batu
188
Putri Foniks
189
Biara Cahaya
190
Pasukan Sayap Kelelawar
191
Kontak Batin
192
Ilmu Sirep
193
Malam Yang Terlewatkan
194
Malam Yang Terlewatkan ll
195
Burung Pengintai
196
Penginapan Muvvah
197
Ahli Nujum
198
Jari Penghancur
199
Praduga
200
Pertarungan, dimulai
201
Jala Sutra
202
Bantuan Pasukan Regu Kedua
203
Awal Perselisihan
204
Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205
Cerita Kencana Sari
206
Rumah Bordil
207
Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208
Kediaman Kemuning
209
Tamu Istimewa
210
Kujang Kembar
211
Pertarungan Sengit
212
Kekalahan Kujang Kembar
213
Pembunuh Bayaran
214
Siluman Kabut
215
Raja Iblis dari Lereng Utara
216
Sungai Kecil di Padang Tandus
217
Akibat Perut Sakit
218
Malaikat Penolong Tepat Waktu
219
Keberadaan Dewi Api
220
Kuil Sinar Mulya
221
Jurus Pedang Rahasia
222
Obat Mujarab
223
Kedai Makan
224
Efek Negatif Aura Siluman
225
Racun Penyelamat
226
Keputusan Sulit
227
Tetes Darah Perawan
228
Kejadian di Warung Makan
229
Boneka Sihir
230
Fragmen Tanah
231
Fragmen Tanah ll
232
Ibuku Seorang Siluman
233
Pulau Seribu Pandan
234
Di Perjalanan
235
Karpet Emas
236
Alam Dedemit
237
Hari Ulang Tahun
238
Dendam Lama
239
Ajang Balas Dendam
240
Kemenangan dalam Duka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!