Wanita Pengasuh

Mahesa membuka matanya, dia mendapati sang istri masih terbaring lemah di memeluk tubuhnya. Udara dingin terasa menusuk tulang sumsumnya. Hanya bulan yang masih tersenyum memandangi mereka dari ketinggian.

Tanpa berkedip, Mahesa memandangi tubuh polos sang istri. Banyak perasaan yang timbul dalam hatinya. Mahesa merenung, cukup lama. Apa dia terlalu keras pada istri tercintanya itu? Beberapa hari ini Mahesa ingat betul jika dia kerap marah-marah dan menumpahkan segala kekesalannya pada sang istri. Padahal, apa kesalahan yang telah Puspita lakukan?

Tiada orang yang bisa mengerti apa pun yang Mahesa ingin, menuruti segala keinginan yang terkadang tidak masuk akal. Bahkan dengan kedua orangtuanya pun Mahesa sering berbeda pendapat. Tapi ... tidak dengan Puspita. Dan memang karena alasan itulah mengapa hati Mahesa bisa runtuh dan membuat dia begitu tergila-gila dalam mencintai pelayannya.

"Dinda, maafkan aku. Sebagai suami, aku tahu aku begitu keras kepala. Aku sangat egois. Kau tahu, bersamamu aku merasa begitu dihargai, dihormati sebagai kepala keluarga. Hingga semuanya membuat aku menjadi buta. Maaf, seharusnya kau tidak berhak dapatkan balasan yang menyakitkan. Sejak awal semuanya memang kesalahanku. Aku yang terlalu naif," Mahesa membelai rambut istrinya dengan penuh kasih sayang. Tanpa disadari olehnya, bulir bening mengalir di pipinya.

"Kanda," sapa Puspita lembut.

Puspita hampir tidak percaya mendapati suaminya menangis sambil membelai rambutnya. Memangnya ada hal apa?

"Aku baik-baik saja, sayang. Tidak ada apa-apa. Terima kasih, ya. Terima kasih atas segala kesabaran yang telah kau berikan," Mahesa menarik tubuh Puspita ke dalam pelukannya. Mendekap sang istri dengan erat.

Meskipun bingung, Puspita tersenyum manis. Dia membalas pelukan suaminya dengan hangat. Tidak tahu apa yang sedang mengisi kepala suaminya, tapi Puspita senang karena dia tahu Mahesa hanya mencintai dirinya.

"Kita ke kamar, Kanda. Istirahat. Kanda pasti lelah seharian membimbing putri kita," Puspita membenahi pakaian mereka. Lalu kemudian mereka memasuki rumah.

"Dinda, kau punya rencana?" tanya Mahesa.

"Maksud Kanda?"

"Suhita. Terus terang, aku sangat khawatir pada anak itu. Kegemarannya keluar rumah membuatku begitu takut. Lagi pula, dia begitu serupa denganku. Sangat keras kepala."

Puspita telah selesai mengganti pakaiannya. Kemudian duduk di tepi pembaringan, di samping suaminya. Puspita memikirkan resiko baik dan buruknya jika dia bicara jujur pada sang suami, mengenai seluk beluk Racun Waktu yang sedang dia tulis dan akan memberikannya pada Suhita untuk dipelajari.

Ilmu sesat itu ... ah, tidak. Puspita belum punya keberanian untuk bicara sekarang. Dia akan coba pancing suaminya untuk bicara ke arah itu. Tunggu reaksinya.

Puspita melingkarkan tangannya di pinggang Mahesa, "kita memiliki seorang anak yang punya hati yang begitu tulus, gemar membantu sesama. Bukankah menjadi juru sembuh adalah suatu yang mulia, Kanda? Karena itulah selama ini Dinda selalu saja membelanya. Kelak di masa tua kita, Dinda berharap dia terus alirkan kebanggaan."

"Yah, kau benar. Tapi keselamatannya juga merupakan hal penting. Aku akan coba cari penjaga yang tepat," ucap Mahesa kemudian.

"Kanda, maaf. Boleh Dinda berikan saran?"

"Katakan, apa itu? Apa kau punya satu nama?"

"Ah, tidak. Hanya saja, aku minta untuk Kanda memilih seorang pendekar wanita saja. Agar bisa membimbing Suhita, menggantikan posisiku saat aku sedang tidak didekatnya. Tidak perlu berlebihan layaknya pengawal putri bangsawan. Lagi pula, jika ada pria lain selain Kanda di dalam rumah ini, takutnya hanya akan menimbulkan masalah lain saja. Aku ini masih cantik 'kan, Kanda?" Puspita tersenyum, kemudian menggigit lembut Pundak suaminya.

"Hal sekecil itu, tidak luput dari perhatiannya. Ya, Tuhan. Aku sangat beruntung miliki istri yang begitu sempurna. Tidak hanya parasnya yang menawan, Puspita begitu menjaga hatinya untukku. Sungguh, aku tidak pantas diperlakukan seperti ini," dada Mahesa berdebar. Ada sebilah jarum yang menusuk di jantungnya.

"Sudah hampir dini hari, baiknya kita tidur dulu. Besok baru pikirkan langkah selanjutnya. Aku yakin, akan ada orang seperti yang kau inginkan. Semoga saja bisa mengurai kegundahan hatiku. Jika tidak, mungkin kita bisa pikirkan tempat yang lebih aman," ucap Mahesa.

"Iya, sayang. Apa pun keputusannya, aku akan ikut denganmu," Puspita membenahi ranjang, dan mengambilkan selimut bersih untuk suaminya.

Tidak perlu memaksakan kehendak. Karena segala sesuatunya sudah ada yang mengatur. Takdir sudah digariskan, tidak bisa dipaksakan. Letakkan, maka akan terbebas.

Sebelum memejamkan matanya kembali, Mahesa mengecvp kening sang istri. Tanpa banyak bicara lagi, keduanya kembali tertidur sambil berpelukan. Malam yang dingin mengantarkan mereka ke alam mimpi masing-masing.

°°°

"Oh, ah, aduuuhhh ... bagaimana ini. Apa yang bisa aku katakan sekarang. Jauh-jauh kau datang ke tempat ku ini, ada kepentingan apa, wahai anak muda?" seorang wanita paruh baya nampak salah tingkah saat bertemu dengan Mahesa.

Namanya Nyi Gondo Arum. Mantan pendekar wanita yang telah pensiun dan berdiam di sebuah kampung terpencil. Mahesa sendiri mengetahui tempat itu dari cerita ayahnya. Makanya Mahesa datang, tujuannya tentu ingin meminta bantuan.

Nyi Gondo Arum bisa dikatakan meninggalkan dunia persilatan karena terpaksa, dia frustrasi. Setelah anak semata wayangnya meninggal di usia dini. Hingga sebab itu Nyi Gondo Arum penampilannya sudah seperti orang gila saja. Dia suka anak-anak, tapi sebaliknya. Anak-anak akan langsung menangis histeris melihat penampilannya yang begitu kumuh dan tidak terawat.

Sudah berulang kali Nyi Gondo Arum berniat mengadopsi seorang bocah untuk dijadikan anak angkat sekaligus teman di masa tuanya nanti. Akan tetapi hingga Mahesa datang, dia belum bisa memperoleh satu orang anak pun. Jangankan anak kecil, orang dewasa juga akan berpikir ulang jika harus tinggal bersama wanita yang amat mengerikan itu.

Tidak salah jika Mahesa menjatuhkan pilihan pada Nyi Gondo Arum. Selain kemampuan olah kanuragan yang dimiliki sangat tinggi, wanita paruh baya itu juga amat senang pada anak kecil.

"Dengan sekali lihat, pastinya Nyai sudah bisa menebak siapa diriku. Baiknya jangan berpura-pura lagi. Atau untuk lebih meringankan beban pikirmu, aku beri tahu saja jika aku adalah putra Bidadari Dari Utara. Kedatanganku bukan tanpa maksud. Aku ingin ajukan penawaran denganmu," Mahesa tersenyum tipis saat bertatapan dengan Nyi Gondo Arum.

"Oh, dia rupanya. Wahai anak muda, bagaimana aku bisa percaya pada ucapanmu?" tanya Nyi Gondo Arum.

Set! Set!

Tanpa bicara lagi, Mahesa bergerak cepat menyergap Nyi Gondo Arum. Pedang di tangannya bersinar, berkelebat mengincar jantung Gondo Arum.

"Ah, Sepuluh Langkah Pedang?!" Nyi Gondo Arum terperangah ketika ujung pedang Mahesa telah terasa begitu dingin menempel di pangkal lehernya.

"Pengasuh?! Ahahaha! Tentu saja aku bersedia. Katakan, katakan apa syaratnya. Untuk cucu seorang Rengganis, aku pasti akan lakukan apa pun yang kau inginkan," dengan wajah yang begitu berbinar, Nyi Gondo Arum langsung menyanggupi tawaran Mahesa, sedetik saat Mahesa selesai bicara.

"Kau begitu mengenal ibuku. Maka dari itu, aku sangat yakin jika Nyai akan bisa berikan perlindungan terbaik untuk anakku. Terus terang, istriku hanya wanita biasa yang sama sekali tidak bisa ilmu bela diri."

"Ah, itu tidak penting. Katakan saja apa syaratnya, aku sudah tidak sabar ingin menggendong anakmu."

"Syaratnya sangat gampang. Cukup dengan Nyai merubah penampilan. Gunakan pakaian dan dandanan yang pantas, maka aku akan izinkan," tegas Mahesa.

Nyi Gondo Arum memandangi tubuh dan pakaiannya. Dia juga meraba-raba wajah kemudian rambutnya. Sesaat kemudian, wanita paruh baya itu menyeringai.

"Baik. Akan aku lakukan," selesai bicara, Nyi Gondo Arum melompat ke belakang. Menyambar handuknya yang tergantung berdebu. Dia mandi di pancuran agar tubuhnya tidak bau. Pakaiannya juga di ganti. Dia mengenakan pakaian sederhana tapi bersih. Dalam sekejap mata tampilan Nyi Gondo Arum berubah drastis. Yang mulanya menyerupai setan gentayangan, berganti menjadi sosok wanita desa yang begitu ramah.

"Aku begitu mendambakan miliki seorang anak. Bisa merawat anakmu, sungguh suatu penghormatan bagiku. Aku bersumpah, akan pertaruhkan nyawaku demi untuk keselamatannya."

Terpopuler

Comments

Wedus Gembel

Wedus Gembel

keuntungan ganda ini selain dijaga pasti diajari juga ilmu nyai Gondo Arum

2022-05-06

0

Konjing Masin

Konjing Masin

bagaimana dgn nasib putri kerajaan selatan yg demen jg dgn mahesa, kok gak diceritakan lg???

2021-05-16

4

pembaca budiman

pembaca budiman

seharusnya kan mahesa masih memiliki rumput laut tiga warna yang bisa menambah atau membangkitkan tenaga dalam lagi thor

2021-02-10

3

lihat semua
Episodes
1 Keluarga Kecil
2 Kawan Lama
3 Kegemaran Nyeleneh
4 Suhita Hilang
5 Kejadian Sebenarnya
6 Klan Mata Hantu
7 Klan Mata Hantu ll
8 Klan Mata Hantu lll
9 Cabang Klan
10 Sedikit Petunjuk
11 Gua Laba-laba
12 Tujuh Laba-laba
13 Teh Beracun
14 Menaklukkan Labirin
15 Berkas Penting
16 Rumah Yang Kosong
17 Dari Celah Lubang
18 Darah dibayar Darah
19 Menulis Catatan Racun
20 Wanita Pengasuh
21 Merampok perampok
22 Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23 Kehadiran Dua Pengasuh
24 Tabib Yang Dicari
25 Orang Di Dasar Jurang
26 Tabib Titisan Dewa
27 Menunggu Ayah Pulang
28 Penyusup
29 Dua Kitab Beda Warna
30 Keinginan Yang Dinanti
31 Sepucuk Surat
32 Belati Berbisa
33 Dua Mata Koin
34 Yang Diharapkan
35 Bukit Naga Hijau
36 Di Dalam Gua
37 Sekarang Berbeda
38 Penyakit Aneh
39 Asap Pengubur Nyata
40 Gua Badai Salju
41 Gua Badai Salju ll
42 Keluar Dari Bukit Hujan
43 Pertemuan Tak Terduga
44 Di Penginapan
45 Pembantaian Keji
46 Pertarungan Di Tepi Hutan
47 Mengintai
48 Bekerja Sama
49 Kitab Langit dan Bumi
50 Kitab Langit dan Bumi ll
51 Cara Penyelamatan
52 Mahluk Alam Astral
53 Jalan Keinginan
54 Membuka Seluruh Level Kekuatan
55 Perjalanan Menuju Giling Wesi
56 Mengobati Penyakit Aneh
57 Penyakit Yang Sebenarnya
58 Kelompok Jubah Hitam
59 Menyamar Sebagai Anggota
60 Markas Kelompok Jubah Hitam
61 Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62 Ruang Penjara
63 Enam Pendekar
64 Kekalahan Enam Pendekar
65 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68 Menyudahi
69 Eee ... Ketemu Lagi
70 Bocah Nakal
71 Pertandingan Semifinal
72 Jurus Racun Bayangan
73 PENGUMUMAN
74 Menara Kematian
75 Kekompakan Saudara
76 Mundur Untuk Menang
77 Menembus Partai Final
78 Murid Berbakat
79 Malam Menjelang Final
80 Malaikat Pelindung
81 Pertandingan Final
82 Pertandingan Final ll
83 Janji Seorang Abdi
84 Pertandingan Terakhir
85 Pertandingan Terakhir ll
86 Juara Sejati
87 Senyuman Tipis
88 Racun Duri Teratai
89 Malam Perpisahan
90 Peti Jenazah
91 Ratu Racun
92 Di Kedai Tepi Jalan
93 Perjalanan Berkuda
94 Penjaga Pintu Gua
95 Gua Siluman
96 Pengkhianatan Nilam Sari
97 Terbang Bersama
98 Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99 Keberadaan Teratai Berduri
100 Dua Pendekar Pedang Kembar
101 Rencana Busuk
102 Dalam Perjalanan Pulang
103 Pembunuh Bayaran
104 Cugung Badas
105 Kuda Misterius
106 Surat Perjanjian
107 Keputusan 'Bijak'
108 Tiba Di Giling Wesi
109 Khasiat Daun Teratai Berduri
110 Jalan Kesembuhan
111 Pria Di Atap Penginapan
112 Tamu Istimewa
113 Bayangan Mencurigakan
114 Serangan Mendadak
115 Hasil Yang Didapat
116 Bantuan Tidak Terduga
117 Jarum Kehidupan
118 Bukan Lawan Yang Sepadan
119 Tawanan
120 Rintik Air Hujan
121 Tamu Istimewa
122 Kedatangan Tamu Istimewa
123 Pasukan Mayat Hidup
124 Pasukan Mayat Hidup ll
125 Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126 Tiga Saudara
127 Pertukaran Yang Adil
128 Kerjasama
129 Keberhasilan Misi
130 Pertarungan Terakhir (End)
131 Sepuluh Tahun Kemudian
132 Sosok Misterius
133 Saudara Kembar
134 Candi Karusian
135 Prahara di Candi Karusian
136 Penculik
137 Seorang Buronan
138 Siluman Penculik
139 Sumber Racun
140 Mencari Mata Air Beracun
141 Padepokan Lembah Wilis
142 Pendekar Naga Kresna
143 Siluman Penebar Racun
144 Kekalahan Tabib Dewa
145 Melanjutkan Perjalanan
146 Gua Misterius
147 Ruang Rahasia
148 Dewi Kundalini
149 Penggugah Hati
150 Energi Asing
151 Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152 Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153 Perselisihan
154 Melarikan Diri
155 Jejak Kemuning
156 Hukuman bagi Penjahat Korup
157 Dipaksa Menikah
158 Duduk Nikah, Tegak Cerai
159 Diah Pitaloka
160 Keamanan Tabib Dewa
161 Pagi yang Mencekam
162 Singa yang Terjaga
163 Tanpa Alasan?
164 Lumut Kehidupan
165 Ada Daging, Buaya Mendekat
166 Bukan Sumberdaya
167 Janji Masa Kecil
168 Menjelang Dini Hari
169 Rahasia Kemuning
170 Penyusup
171 Penyusup ll
172 Burcangijo
173 Laporan Tiliksandi
174 Sosok Di Balik Layar
175 Jawaban Sikap Suhita
176 Penginapan Luar Kota
177 Siluman Piton Berbisa
178 Sangkar Piton Berbisa
179 Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180 Celah Luka
181 Alam Evolusi
182 Bidadari Surga
183 Gingseng Seribu Nyawa
184 Mutiara Hati
185 Petaka Setelah Hujan
186 Desa Batu
187 Serangan di Desa Batu
188 Putri Foniks
189 Biara Cahaya
190 Pasukan Sayap Kelelawar
191 Kontak Batin
192 Ilmu Sirep
193 Malam Yang Terlewatkan
194 Malam Yang Terlewatkan ll
195 Burung Pengintai
196 Penginapan Muvvah
197 Ahli Nujum
198 Jari Penghancur
199 Praduga
200 Pertarungan, dimulai
201 Jala Sutra
202 Bantuan Pasukan Regu Kedua
203 Awal Perselisihan
204 Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205 Cerita Kencana Sari
206 Rumah Bordil
207 Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208 Kediaman Kemuning
209 Tamu Istimewa
210 Kujang Kembar
211 Pertarungan Sengit
212 Kekalahan Kujang Kembar
213 Pembunuh Bayaran
214 Siluman Kabut
215 Raja Iblis dari Lereng Utara
216 Sungai Kecil di Padang Tandus
217 Akibat Perut Sakit
218 Malaikat Penolong Tepat Waktu
219 Keberadaan Dewi Api
220 Kuil Sinar Mulya
221 Jurus Pedang Rahasia
222 Obat Mujarab
223 Kedai Makan
224 Efek Negatif Aura Siluman
225 Racun Penyelamat
226 Keputusan Sulit
227 Tetes Darah Perawan
228 Kejadian di Warung Makan
229 Boneka Sihir
230 Fragmen Tanah
231 Fragmen Tanah ll
232 Ibuku Seorang Siluman
233 Pulau Seribu Pandan
234 Di Perjalanan
235 Karpet Emas
236 Alam Dedemit
237 Hari Ulang Tahun
238 Dendam Lama
239 Ajang Balas Dendam
240 Kemenangan dalam Duka
Episodes

Updated 240 Episodes

1
Keluarga Kecil
2
Kawan Lama
3
Kegemaran Nyeleneh
4
Suhita Hilang
5
Kejadian Sebenarnya
6
Klan Mata Hantu
7
Klan Mata Hantu ll
8
Klan Mata Hantu lll
9
Cabang Klan
10
Sedikit Petunjuk
11
Gua Laba-laba
12
Tujuh Laba-laba
13
Teh Beracun
14
Menaklukkan Labirin
15
Berkas Penting
16
Rumah Yang Kosong
17
Dari Celah Lubang
18
Darah dibayar Darah
19
Menulis Catatan Racun
20
Wanita Pengasuh
21
Merampok perampok
22
Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23
Kehadiran Dua Pengasuh
24
Tabib Yang Dicari
25
Orang Di Dasar Jurang
26
Tabib Titisan Dewa
27
Menunggu Ayah Pulang
28
Penyusup
29
Dua Kitab Beda Warna
30
Keinginan Yang Dinanti
31
Sepucuk Surat
32
Belati Berbisa
33
Dua Mata Koin
34
Yang Diharapkan
35
Bukit Naga Hijau
36
Di Dalam Gua
37
Sekarang Berbeda
38
Penyakit Aneh
39
Asap Pengubur Nyata
40
Gua Badai Salju
41
Gua Badai Salju ll
42
Keluar Dari Bukit Hujan
43
Pertemuan Tak Terduga
44
Di Penginapan
45
Pembantaian Keji
46
Pertarungan Di Tepi Hutan
47
Mengintai
48
Bekerja Sama
49
Kitab Langit dan Bumi
50
Kitab Langit dan Bumi ll
51
Cara Penyelamatan
52
Mahluk Alam Astral
53
Jalan Keinginan
54
Membuka Seluruh Level Kekuatan
55
Perjalanan Menuju Giling Wesi
56
Mengobati Penyakit Aneh
57
Penyakit Yang Sebenarnya
58
Kelompok Jubah Hitam
59
Menyamar Sebagai Anggota
60
Markas Kelompok Jubah Hitam
61
Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62
Ruang Penjara
63
Enam Pendekar
64
Kekalahan Enam Pendekar
65
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68
Menyudahi
69
Eee ... Ketemu Lagi
70
Bocah Nakal
71
Pertandingan Semifinal
72
Jurus Racun Bayangan
73
PENGUMUMAN
74
Menara Kematian
75
Kekompakan Saudara
76
Mundur Untuk Menang
77
Menembus Partai Final
78
Murid Berbakat
79
Malam Menjelang Final
80
Malaikat Pelindung
81
Pertandingan Final
82
Pertandingan Final ll
83
Janji Seorang Abdi
84
Pertandingan Terakhir
85
Pertandingan Terakhir ll
86
Juara Sejati
87
Senyuman Tipis
88
Racun Duri Teratai
89
Malam Perpisahan
90
Peti Jenazah
91
Ratu Racun
92
Di Kedai Tepi Jalan
93
Perjalanan Berkuda
94
Penjaga Pintu Gua
95
Gua Siluman
96
Pengkhianatan Nilam Sari
97
Terbang Bersama
98
Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99
Keberadaan Teratai Berduri
100
Dua Pendekar Pedang Kembar
101
Rencana Busuk
102
Dalam Perjalanan Pulang
103
Pembunuh Bayaran
104
Cugung Badas
105
Kuda Misterius
106
Surat Perjanjian
107
Keputusan 'Bijak'
108
Tiba Di Giling Wesi
109
Khasiat Daun Teratai Berduri
110
Jalan Kesembuhan
111
Pria Di Atap Penginapan
112
Tamu Istimewa
113
Bayangan Mencurigakan
114
Serangan Mendadak
115
Hasil Yang Didapat
116
Bantuan Tidak Terduga
117
Jarum Kehidupan
118
Bukan Lawan Yang Sepadan
119
Tawanan
120
Rintik Air Hujan
121
Tamu Istimewa
122
Kedatangan Tamu Istimewa
123
Pasukan Mayat Hidup
124
Pasukan Mayat Hidup ll
125
Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126
Tiga Saudara
127
Pertukaran Yang Adil
128
Kerjasama
129
Keberhasilan Misi
130
Pertarungan Terakhir (End)
131
Sepuluh Tahun Kemudian
132
Sosok Misterius
133
Saudara Kembar
134
Candi Karusian
135
Prahara di Candi Karusian
136
Penculik
137
Seorang Buronan
138
Siluman Penculik
139
Sumber Racun
140
Mencari Mata Air Beracun
141
Padepokan Lembah Wilis
142
Pendekar Naga Kresna
143
Siluman Penebar Racun
144
Kekalahan Tabib Dewa
145
Melanjutkan Perjalanan
146
Gua Misterius
147
Ruang Rahasia
148
Dewi Kundalini
149
Penggugah Hati
150
Energi Asing
151
Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152
Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153
Perselisihan
154
Melarikan Diri
155
Jejak Kemuning
156
Hukuman bagi Penjahat Korup
157
Dipaksa Menikah
158
Duduk Nikah, Tegak Cerai
159
Diah Pitaloka
160
Keamanan Tabib Dewa
161
Pagi yang Mencekam
162
Singa yang Terjaga
163
Tanpa Alasan?
164
Lumut Kehidupan
165
Ada Daging, Buaya Mendekat
166
Bukan Sumberdaya
167
Janji Masa Kecil
168
Menjelang Dini Hari
169
Rahasia Kemuning
170
Penyusup
171
Penyusup ll
172
Burcangijo
173
Laporan Tiliksandi
174
Sosok Di Balik Layar
175
Jawaban Sikap Suhita
176
Penginapan Luar Kota
177
Siluman Piton Berbisa
178
Sangkar Piton Berbisa
179
Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180
Celah Luka
181
Alam Evolusi
182
Bidadari Surga
183
Gingseng Seribu Nyawa
184
Mutiara Hati
185
Petaka Setelah Hujan
186
Desa Batu
187
Serangan di Desa Batu
188
Putri Foniks
189
Biara Cahaya
190
Pasukan Sayap Kelelawar
191
Kontak Batin
192
Ilmu Sirep
193
Malam Yang Terlewatkan
194
Malam Yang Terlewatkan ll
195
Burung Pengintai
196
Penginapan Muvvah
197
Ahli Nujum
198
Jari Penghancur
199
Praduga
200
Pertarungan, dimulai
201
Jala Sutra
202
Bantuan Pasukan Regu Kedua
203
Awal Perselisihan
204
Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205
Cerita Kencana Sari
206
Rumah Bordil
207
Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208
Kediaman Kemuning
209
Tamu Istimewa
210
Kujang Kembar
211
Pertarungan Sengit
212
Kekalahan Kujang Kembar
213
Pembunuh Bayaran
214
Siluman Kabut
215
Raja Iblis dari Lereng Utara
216
Sungai Kecil di Padang Tandus
217
Akibat Perut Sakit
218
Malaikat Penolong Tepat Waktu
219
Keberadaan Dewi Api
220
Kuil Sinar Mulya
221
Jurus Pedang Rahasia
222
Obat Mujarab
223
Kedai Makan
224
Efek Negatif Aura Siluman
225
Racun Penyelamat
226
Keputusan Sulit
227
Tetes Darah Perawan
228
Kejadian di Warung Makan
229
Boneka Sihir
230
Fragmen Tanah
231
Fragmen Tanah ll
232
Ibuku Seorang Siluman
233
Pulau Seribu Pandan
234
Di Perjalanan
235
Karpet Emas
236
Alam Dedemit
237
Hari Ulang Tahun
238
Dendam Lama
239
Ajang Balas Dendam
240
Kemenangan dalam Duka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!