Klan Mata Hantu

BAAMMM !!!

Satu ledakan menghantam orang-orangan jerami yang di tegakkan pada area latihan. Perlahan api merayap membakar orang-orangan tersebut, hingga akhirnya seluruh patung jerami hangus termakan si jago merah.

Raka Jaya menyudahi latihannya. Bocah itu mengatur napasnya yang terasa hampir putus. Dia telah berhasil melakukan tugasnya hari ini. Latihan beberapa hari terakhir membuat tenaga Raka Jaya seperti terkuras. Malam nanti, dia butuh istirahat. Oh ya, bukankah ayahnya malam nanti akan datang? Senyum di wajah Raka Jaya semakin mengembang mengingat akan hal itu. Hanya saja, Raka Jaya masih tidak mengerti mengapa ayahnya belum juga mengajarinya kemampuan bela diri? Padahal, sudah lebih dari setahun ayahnya menjanjikan hal itu. Apa ayahnya lupa? Tidak mungkin, bukankah hampir setiap berjumpa Raka akan membicarakan hal serupa?

"Ibu, benar 'kan Ayah akan pulang nanti sore? Mengapa ibu tidak memasak untuk ayah?" tanya Raka Jaya polos.

Dewi Api tidak menjawab, dia berpura-pura sibuk dengan pekerjaannya memperbaiki pelana kuda. Sebenarnya, Dewi Api benci harus membicarakan hal itu. Dia benci harus berpura-pura manis dan membela Mahesa di depan anaknya. Dewi Api juga terus berbohong perihal Mahesa yang tidak memiliki waktu penuh untuk keluarga. Dia tidak ingin anaknya tahu kalau ibunya memiliki seorang madu. Lebih tepatnya, Dewi Api tidak ingin anaknya mengakui jika sebenarnya dia punya saudara satu ayah. Malahan Dewi Api berharap jika anaknya akan ikut membenci Puspita dan anak-anaknya setelah apa yang dilakukan oleh Mahesa pada mereka.

"Ibu, ayo kita belanja," ucap Raka Jaya kemudian. Dia menarik jubah yang Puspita pakai.

"Belanja untuk apa? Kita tidak butuh itu. Janganlah suka berpoya-poya anakku, itu tidak baik. Jika terus menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak penting, maka ibu akan marah."

"Aahh, ibu. Aku ingin membelikan baju untuk ayah. Lagi pula, uangku ada. Aku tidak minta pada ibu."

Dewi Api mengerutkan dahi. Dia menatap anaknya dengan sedikit sebal. Selalu saja Raka Jaya mengistimewakan ayahnya. "Hei, darimana kau dapatkan uang? Kau mencuri?"

Raka Jaya mengangkat kedua tangannya sebelum Dewi Api hendak mencubitnya. "Ini uang tabunganku, ibu. Setiap kali ibu beri uang jajan, selalu aku sisihkan. Lagi pula, ayah sering memberikan aku uang yang banyak."

"Kau ini ... hhuuummhhh !!!" Dewi Api benar-benar kesal.

Ingin rasanya dia membongkar perilaku Mahesa di depan anaknya ini. Kalau pria kepa*rat itu telah mendua dan membagi kasih sayang mereka dengan orang lain. Lebih parahnya lagi, Mahesa lebih mencintai istri keduanya ketimbang istri syahnya itu. Kenyataan tersebut, kadang-kadang menimbulkan kebuntuan pikir dalam diri Dewi Api. Ingin rasanya dia menyingkirkan Puspita dari muka bumi. Agar bisa sepenuhnya miliki Mahesa. 

Tapi sejauh ini, setelah delapan tahun diperlakukan seperti itu, nyatanya Dewi Api tidak sampai hati untuk melaksanakan niatnya. Puspita yang lemah itu masih saja ikut memiliki suaminya Dewi Api.

Mahesa memang tidak kehilangan apa-apa. Tapi Dewi Api, dia kehilangan segala-galanya. Cinta, kepercayaan, sahabat bahkan suaminya. Dewi Api harus merelakan semua itu semenjak dia meyakinkan dirinya untuk punya suami yang bertanggung jawab. Sekarang apa? Apa dia bangga?!

Ah, sudahlah. Dewi Api harus segera melupakan semua itu. Setidaknya untuk saat ini. Dengan terpaksa, sore itu Dewi Api mengantar anaknya untuk pergi berbelanja. Dia tidak sampai hati melihat anaknya tersiksa karena tidak terpenuhi keinginannya.

"Nah, itu tempatnya. Kau cari saja sendiri!" Dewi Api menunjuk sebuah toko pakaian. Dia sendiri tidak ikut masuk dan membiarkan putranya memilih sendiri pakaian yang katanya untuk ayah itu.

"Ah, sialan!" Dewi Api mendengkus kesal ketika melihat seorang yang mencurigakan menyusup di antara kerumunan.

Orang itu berpakaian serba hitam serta mengenakan jubah dan ikat kepala yang juga berwarna hitam. Dewi Api curiga jika dia merupakan mata-mata yang berasal dari organisasi mata hantu yang kerap menjual berita pada siapa saja yang sanggup beli dengan harga tinggi.

"Berani sekali dia memasuki Kota Bilah Api. Apa tujuannya?" Dewi Api melongok dari pintu dan memastikan kalau anaknya masih ada di dalam.

Melihat Raka Jaya sedang sibuk memilih pakaian untuk Ayahnya, Dewi Api memutuskan untuk mengejar mata-mata tersebut. Hingga di ujung jalan, Dewi Api masih melihat orang itu berkelebat ke arah timur. Dewi Api hendak mengejar, tapi dia buru-buru menghentikan langkah kakinya. Dan segera kembali ke toko tempat Raka Jaya berbelanja.

Pertama, tidak mungkin seorang mata-mata berpakaian mencolok muncul di siang hari. Andaipun masih bekerja, pastinya mereka akan berpakaian yang tidak mencurigakan hingga bisa bebas bergerak. Kemudian, kelebat bayangan di ujung jalan itu pasti hanya pancingan agar Dewi Api mau mengejar. Lalu kemudian mereka akan melakukan rencana yang sebenarnya. Bisa jadi, mereka memiliki tujuan untuk menculik Raka Jaya Supena. Ya, kemungkinan itu sangat besar.

Para penjahat mana pernah mengenal rasa takut. Meskipun resiko teramat besar, tidak menutup kemungkinan akan ada kelompok yang menyanggupi untuk menculik anak pendekar besar layaknya pasangan Mahesa dan Dewi Api. Yang kuat itu ayah dan ibunya, sementara anaknya sama saja dengan anak lain. Lemah.

Para penjahat itu tidak akan memikirkan resiko yang akan mereka terima jika berani mengganggu keluarga Pendekar Elang Putih. Walaupun mereka semua akan mati, pastinya mereka menganggap hal itu sepadan jika menukar dengan nyawa anak dari Mahesa. Balas dendam adalah prioritas utama mereka.

Karena Elang Putih dan Dewi Api merupakan pendekar terkuat aliran putih, sudah barang pasti banyak yang menginginkan kematian keduanya. Tidak mereka, tentu membunuh anaknya sudah lebih dari cukup. Dengan demikian, para penjahat tersebut bisa menghadap raja neraka dengan senyum tersungging di bibir.

Dewi Api tertegun saat menyaksikan ada bekas runtuhan dan puing bekas api di sana. Itu berarti tadi ada api yang berkobar di toko pakaian. Secepat itu? Rasanya tidak sampai sepuluh menit Dewi Api beranjak dari sana.

"Hei, kau dari mana saja? Ceroboh!" suara seorang memakinya.

Dewi Api menoleh dan menemukan Raka Jaya telah bersama dengan ayahnya. Baju yang di pegang Raka nampak menghitam bekas terbakar.

"Anakku, kau baik-baik saja?" Dewi Api menghampiri Raka Jaya.

"Anakmu sangat hebat. Dia telah menguasai teknik inti api tahap pertama dengan sempurna, hingga bisa menjaga diri dengan baik," jawab Mahesa.

"Ayah bohong, Bu. Kalau saja ayah tidak cepat datang, mungkin aku sudah hangus terbakar," ujar Raka Jaya dengan melirik ke arah ayahnya.

"Sebenarnya, apa yang telah terjadi? mengapa kau tiba-tiba ada di sini?" Dewi Api tidak tahu apa yang telah terjadi, hingga dia memberondong Mahesa dengan pertanyaan-pertanyaan. Mendadak Dewi Api berpikir buruk dengan menuduh Mahesa yang sengaja melakukannya untuk menarik simpati anaknya.

Entah mengapa, semakin kesini rasa tidak senang Dewi Api pada suaminya semakin menjadi. Apa mungkin karena anaknya yang sering membela ayahnya? Dewi Api juga tidak miliki jawaban pasti. Yang jelas, dia sebal tiap kali Mahesa bersama anaknya. Terlebih lagi, jika Mahesa baru datang atau saat hendak kembali pada Puspita. Nah, di sana merupakan puncak kekesalannya.

Kenyataannya, Dewi Api tidak bisa membenci apalagi memusuhi suaminya. Dewi Api hanya tidak senang pada Puspita, madunya, bukan pada Mahesa. Bukannya Dewi Api tidak sadar jika yang menciptakan dosa adalah mereka berdua dan mereka harus menanggung beban bersama-sama. Dewi Api tidak pernah meminta Mahesa untuk menikah lagi karena Puspita, tapi hanya demi bayi di dalam kandungan Puspita kala itu. Tidak lebih.

"Ibu, apa ibu tidak dengar ayah bicara?" Raka Jaya menyenggol bahu Dewi Api, menyadarkan wanita itu dari lamunan. "Ayah mengajak kita pulang, sambil jalan saja ceritanya."

Dewi Api tersenyum, kemudian mencivm kening anaknya, "Ayo, kita pulang."

"Kau tahu, dari mana mereka berasal?" tanya Mahesa kemudian.

"Melihat ikat kepala dan cara mereka bergerak, aku curiga mereka berasal dari klan mata hantu. Tapi aku sama sekali tidak memiliki bukti," Dewi Api menceritakan kejadian yang dia lihat barusan. Dewi Api cepat sadar dan kembali pada Raka Jaya. Tidak di sangka, mereka bergerak begitu cepat.

"Ada satu orang yang menyerang pemilik toko, aku hanya melindungi diriku, dan melakukan perlawanan saat orang itu bergerak ke arahku. Dia sangat kuat, ibu. Untung saja ayah cepat datang menolongku," Raka Jaya bercerita.

"Apa kau sudah ucapkan terima kasih?" tanya Dewi Api.

"Tentu saja, sudah. Bahkan sebelum ayah membuat orang itu kabur."

"Aku berpikir kalau pemilik toko punya jawaban atas segala pertanyaan. Sayangnya, dia telah lebih dulu menghilang," Mahesa kemudian mengatakan hal-hal yang mencurigakan bagi dirinya.

Itu berarti, target mereka bukan Raka? Untuk sementara ini, bukan. Akan tetapi tidak diketahui untuk kedepannya, karena orang yang kabur serta pemilik toko tentunya mengetahui jika Raka Jaya adalah anak Dewi Api dan ikut terlibat dalam serangan itu. Bahkan Raka sempat bertarung. Selain pemilik toko dan pelayannya yang sekarang menghilang, Raka Jaya adalah salah satu saksi mata. Saksi hidup yang berkeliaran di Kota Bilah api. Memang sekarang belum tahu apa-apa, tapi tidak tahu untuk hari esok. Besar kemungkinan Raka Jaya akan ikut terlibat setelah ada yang berhasil membongkar kedok mereka sedikit demi sedikit.

Dalam organisasi atau kelompok manapun, peraturan tetaplah peraturan yang harus ditegakkan. Mereka tidak akan membiarkan satu pun saksi mata tetap hidup.

"Aku akan selidiki mengenai klan mata hantu ini. Jika saja mereka ikut melibatkan anakku, maka bukan salahku jika akan buat perhitungan dengan mereka. Bunga yang gugur sebelum berkembang, pasti lebih menyakitkan," ancam Dewi Api.

"Aku akan membantumu," timpal Mahesa.

"Aku tidak butuh bantuanmu, masalah seperti ini aku pun sanggup untuk melakukannya. Kau urus saja hidupmu sendiri!"

"Kau jangan lupa. Raka Jaya adalah juga putraku. Sebagai kepala keluarga, kewajiban ku lebih besar untuk ini. Kau jangan macam-macam! Tidak ada suami yang takut pada istrinya, hanya saja mereka menghormati istri lebih dari dirinya," Mahesa menatap Dewi Api dengan tajam.

Kalau saja, tidak ada Raka Jaya yang bersama mereka, sudah dipastikan pasangan itu telah bertengkar bahkan bertarung. Saat genting seperti itu, mereka masih sempat bertengkar? Sungguh merupakan contoh yang tidak baik.

Terpopuler

Comments

Elmo Damarkaca

Elmo Damarkaca

Cemburu yg tak pernah memudar....

2022-04-30

0

Thomas Andreas

Thomas Andreas

sang anak

2022-04-02

0

Andi Suliono

Andi Suliono

Dewi api munafik katanya ikhlas...tp msh ad benci d hati

2022-01-20

2

lihat semua
Episodes
1 Keluarga Kecil
2 Kawan Lama
3 Kegemaran Nyeleneh
4 Suhita Hilang
5 Kejadian Sebenarnya
6 Klan Mata Hantu
7 Klan Mata Hantu ll
8 Klan Mata Hantu lll
9 Cabang Klan
10 Sedikit Petunjuk
11 Gua Laba-laba
12 Tujuh Laba-laba
13 Teh Beracun
14 Menaklukkan Labirin
15 Berkas Penting
16 Rumah Yang Kosong
17 Dari Celah Lubang
18 Darah dibayar Darah
19 Menulis Catatan Racun
20 Wanita Pengasuh
21 Merampok perampok
22 Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23 Kehadiran Dua Pengasuh
24 Tabib Yang Dicari
25 Orang Di Dasar Jurang
26 Tabib Titisan Dewa
27 Menunggu Ayah Pulang
28 Penyusup
29 Dua Kitab Beda Warna
30 Keinginan Yang Dinanti
31 Sepucuk Surat
32 Belati Berbisa
33 Dua Mata Koin
34 Yang Diharapkan
35 Bukit Naga Hijau
36 Di Dalam Gua
37 Sekarang Berbeda
38 Penyakit Aneh
39 Asap Pengubur Nyata
40 Gua Badai Salju
41 Gua Badai Salju ll
42 Keluar Dari Bukit Hujan
43 Pertemuan Tak Terduga
44 Di Penginapan
45 Pembantaian Keji
46 Pertarungan Di Tepi Hutan
47 Mengintai
48 Bekerja Sama
49 Kitab Langit dan Bumi
50 Kitab Langit dan Bumi ll
51 Cara Penyelamatan
52 Mahluk Alam Astral
53 Jalan Keinginan
54 Membuka Seluruh Level Kekuatan
55 Perjalanan Menuju Giling Wesi
56 Mengobati Penyakit Aneh
57 Penyakit Yang Sebenarnya
58 Kelompok Jubah Hitam
59 Menyamar Sebagai Anggota
60 Markas Kelompok Jubah Hitam
61 Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62 Ruang Penjara
63 Enam Pendekar
64 Kekalahan Enam Pendekar
65 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68 Menyudahi
69 Eee ... Ketemu Lagi
70 Bocah Nakal
71 Pertandingan Semifinal
72 Jurus Racun Bayangan
73 PENGUMUMAN
74 Menara Kematian
75 Kekompakan Saudara
76 Mundur Untuk Menang
77 Menembus Partai Final
78 Murid Berbakat
79 Malam Menjelang Final
80 Malaikat Pelindung
81 Pertandingan Final
82 Pertandingan Final ll
83 Janji Seorang Abdi
84 Pertandingan Terakhir
85 Pertandingan Terakhir ll
86 Juara Sejati
87 Senyuman Tipis
88 Racun Duri Teratai
89 Malam Perpisahan
90 Peti Jenazah
91 Ratu Racun
92 Di Kedai Tepi Jalan
93 Perjalanan Berkuda
94 Penjaga Pintu Gua
95 Gua Siluman
96 Pengkhianatan Nilam Sari
97 Terbang Bersama
98 Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99 Keberadaan Teratai Berduri
100 Dua Pendekar Pedang Kembar
101 Rencana Busuk
102 Dalam Perjalanan Pulang
103 Pembunuh Bayaran
104 Cugung Badas
105 Kuda Misterius
106 Surat Perjanjian
107 Keputusan 'Bijak'
108 Tiba Di Giling Wesi
109 Khasiat Daun Teratai Berduri
110 Jalan Kesembuhan
111 Pria Di Atap Penginapan
112 Tamu Istimewa
113 Bayangan Mencurigakan
114 Serangan Mendadak
115 Hasil Yang Didapat
116 Bantuan Tidak Terduga
117 Jarum Kehidupan
118 Bukan Lawan Yang Sepadan
119 Tawanan
120 Rintik Air Hujan
121 Tamu Istimewa
122 Kedatangan Tamu Istimewa
123 Pasukan Mayat Hidup
124 Pasukan Mayat Hidup ll
125 Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126 Tiga Saudara
127 Pertukaran Yang Adil
128 Kerjasama
129 Keberhasilan Misi
130 Pertarungan Terakhir (End)
131 Sepuluh Tahun Kemudian
132 Sosok Misterius
133 Saudara Kembar
134 Candi Karusian
135 Prahara di Candi Karusian
136 Penculik
137 Seorang Buronan
138 Siluman Penculik
139 Sumber Racun
140 Mencari Mata Air Beracun
141 Padepokan Lembah Wilis
142 Pendekar Naga Kresna
143 Siluman Penebar Racun
144 Kekalahan Tabib Dewa
145 Melanjutkan Perjalanan
146 Gua Misterius
147 Ruang Rahasia
148 Dewi Kundalini
149 Penggugah Hati
150 Energi Asing
151 Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152 Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153 Perselisihan
154 Melarikan Diri
155 Jejak Kemuning
156 Hukuman bagi Penjahat Korup
157 Dipaksa Menikah
158 Duduk Nikah, Tegak Cerai
159 Diah Pitaloka
160 Keamanan Tabib Dewa
161 Pagi yang Mencekam
162 Singa yang Terjaga
163 Tanpa Alasan?
164 Lumut Kehidupan
165 Ada Daging, Buaya Mendekat
166 Bukan Sumberdaya
167 Janji Masa Kecil
168 Menjelang Dini Hari
169 Rahasia Kemuning
170 Penyusup
171 Penyusup ll
172 Burcangijo
173 Laporan Tiliksandi
174 Sosok Di Balik Layar
175 Jawaban Sikap Suhita
176 Penginapan Luar Kota
177 Siluman Piton Berbisa
178 Sangkar Piton Berbisa
179 Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180 Celah Luka
181 Alam Evolusi
182 Bidadari Surga
183 Gingseng Seribu Nyawa
184 Mutiara Hati
185 Petaka Setelah Hujan
186 Desa Batu
187 Serangan di Desa Batu
188 Putri Foniks
189 Biara Cahaya
190 Pasukan Sayap Kelelawar
191 Kontak Batin
192 Ilmu Sirep
193 Malam Yang Terlewatkan
194 Malam Yang Terlewatkan ll
195 Burung Pengintai
196 Penginapan Muvvah
197 Ahli Nujum
198 Jari Penghancur
199 Praduga
200 Pertarungan, dimulai
201 Jala Sutra
202 Bantuan Pasukan Regu Kedua
203 Awal Perselisihan
204 Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205 Cerita Kencana Sari
206 Rumah Bordil
207 Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208 Kediaman Kemuning
209 Tamu Istimewa
210 Kujang Kembar
211 Pertarungan Sengit
212 Kekalahan Kujang Kembar
213 Pembunuh Bayaran
214 Siluman Kabut
215 Raja Iblis dari Lereng Utara
216 Sungai Kecil di Padang Tandus
217 Akibat Perut Sakit
218 Malaikat Penolong Tepat Waktu
219 Keberadaan Dewi Api
220 Kuil Sinar Mulya
221 Jurus Pedang Rahasia
222 Obat Mujarab
223 Kedai Makan
224 Efek Negatif Aura Siluman
225 Racun Penyelamat
226 Keputusan Sulit
227 Tetes Darah Perawan
228 Kejadian di Warung Makan
229 Boneka Sihir
230 Fragmen Tanah
231 Fragmen Tanah ll
232 Ibuku Seorang Siluman
233 Pulau Seribu Pandan
234 Di Perjalanan
235 Karpet Emas
236 Alam Dedemit
237 Hari Ulang Tahun
238 Dendam Lama
239 Ajang Balas Dendam
240 Kemenangan dalam Duka
Episodes

Updated 240 Episodes

1
Keluarga Kecil
2
Kawan Lama
3
Kegemaran Nyeleneh
4
Suhita Hilang
5
Kejadian Sebenarnya
6
Klan Mata Hantu
7
Klan Mata Hantu ll
8
Klan Mata Hantu lll
9
Cabang Klan
10
Sedikit Petunjuk
11
Gua Laba-laba
12
Tujuh Laba-laba
13
Teh Beracun
14
Menaklukkan Labirin
15
Berkas Penting
16
Rumah Yang Kosong
17
Dari Celah Lubang
18
Darah dibayar Darah
19
Menulis Catatan Racun
20
Wanita Pengasuh
21
Merampok perampok
22
Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23
Kehadiran Dua Pengasuh
24
Tabib Yang Dicari
25
Orang Di Dasar Jurang
26
Tabib Titisan Dewa
27
Menunggu Ayah Pulang
28
Penyusup
29
Dua Kitab Beda Warna
30
Keinginan Yang Dinanti
31
Sepucuk Surat
32
Belati Berbisa
33
Dua Mata Koin
34
Yang Diharapkan
35
Bukit Naga Hijau
36
Di Dalam Gua
37
Sekarang Berbeda
38
Penyakit Aneh
39
Asap Pengubur Nyata
40
Gua Badai Salju
41
Gua Badai Salju ll
42
Keluar Dari Bukit Hujan
43
Pertemuan Tak Terduga
44
Di Penginapan
45
Pembantaian Keji
46
Pertarungan Di Tepi Hutan
47
Mengintai
48
Bekerja Sama
49
Kitab Langit dan Bumi
50
Kitab Langit dan Bumi ll
51
Cara Penyelamatan
52
Mahluk Alam Astral
53
Jalan Keinginan
54
Membuka Seluruh Level Kekuatan
55
Perjalanan Menuju Giling Wesi
56
Mengobati Penyakit Aneh
57
Penyakit Yang Sebenarnya
58
Kelompok Jubah Hitam
59
Menyamar Sebagai Anggota
60
Markas Kelompok Jubah Hitam
61
Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62
Ruang Penjara
63
Enam Pendekar
64
Kekalahan Enam Pendekar
65
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68
Menyudahi
69
Eee ... Ketemu Lagi
70
Bocah Nakal
71
Pertandingan Semifinal
72
Jurus Racun Bayangan
73
PENGUMUMAN
74
Menara Kematian
75
Kekompakan Saudara
76
Mundur Untuk Menang
77
Menembus Partai Final
78
Murid Berbakat
79
Malam Menjelang Final
80
Malaikat Pelindung
81
Pertandingan Final
82
Pertandingan Final ll
83
Janji Seorang Abdi
84
Pertandingan Terakhir
85
Pertandingan Terakhir ll
86
Juara Sejati
87
Senyuman Tipis
88
Racun Duri Teratai
89
Malam Perpisahan
90
Peti Jenazah
91
Ratu Racun
92
Di Kedai Tepi Jalan
93
Perjalanan Berkuda
94
Penjaga Pintu Gua
95
Gua Siluman
96
Pengkhianatan Nilam Sari
97
Terbang Bersama
98
Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99
Keberadaan Teratai Berduri
100
Dua Pendekar Pedang Kembar
101
Rencana Busuk
102
Dalam Perjalanan Pulang
103
Pembunuh Bayaran
104
Cugung Badas
105
Kuda Misterius
106
Surat Perjanjian
107
Keputusan 'Bijak'
108
Tiba Di Giling Wesi
109
Khasiat Daun Teratai Berduri
110
Jalan Kesembuhan
111
Pria Di Atap Penginapan
112
Tamu Istimewa
113
Bayangan Mencurigakan
114
Serangan Mendadak
115
Hasil Yang Didapat
116
Bantuan Tidak Terduga
117
Jarum Kehidupan
118
Bukan Lawan Yang Sepadan
119
Tawanan
120
Rintik Air Hujan
121
Tamu Istimewa
122
Kedatangan Tamu Istimewa
123
Pasukan Mayat Hidup
124
Pasukan Mayat Hidup ll
125
Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126
Tiga Saudara
127
Pertukaran Yang Adil
128
Kerjasama
129
Keberhasilan Misi
130
Pertarungan Terakhir (End)
131
Sepuluh Tahun Kemudian
132
Sosok Misterius
133
Saudara Kembar
134
Candi Karusian
135
Prahara di Candi Karusian
136
Penculik
137
Seorang Buronan
138
Siluman Penculik
139
Sumber Racun
140
Mencari Mata Air Beracun
141
Padepokan Lembah Wilis
142
Pendekar Naga Kresna
143
Siluman Penebar Racun
144
Kekalahan Tabib Dewa
145
Melanjutkan Perjalanan
146
Gua Misterius
147
Ruang Rahasia
148
Dewi Kundalini
149
Penggugah Hati
150
Energi Asing
151
Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152
Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153
Perselisihan
154
Melarikan Diri
155
Jejak Kemuning
156
Hukuman bagi Penjahat Korup
157
Dipaksa Menikah
158
Duduk Nikah, Tegak Cerai
159
Diah Pitaloka
160
Keamanan Tabib Dewa
161
Pagi yang Mencekam
162
Singa yang Terjaga
163
Tanpa Alasan?
164
Lumut Kehidupan
165
Ada Daging, Buaya Mendekat
166
Bukan Sumberdaya
167
Janji Masa Kecil
168
Menjelang Dini Hari
169
Rahasia Kemuning
170
Penyusup
171
Penyusup ll
172
Burcangijo
173
Laporan Tiliksandi
174
Sosok Di Balik Layar
175
Jawaban Sikap Suhita
176
Penginapan Luar Kota
177
Siluman Piton Berbisa
178
Sangkar Piton Berbisa
179
Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180
Celah Luka
181
Alam Evolusi
182
Bidadari Surga
183
Gingseng Seribu Nyawa
184
Mutiara Hati
185
Petaka Setelah Hujan
186
Desa Batu
187
Serangan di Desa Batu
188
Putri Foniks
189
Biara Cahaya
190
Pasukan Sayap Kelelawar
191
Kontak Batin
192
Ilmu Sirep
193
Malam Yang Terlewatkan
194
Malam Yang Terlewatkan ll
195
Burung Pengintai
196
Penginapan Muvvah
197
Ahli Nujum
198
Jari Penghancur
199
Praduga
200
Pertarungan, dimulai
201
Jala Sutra
202
Bantuan Pasukan Regu Kedua
203
Awal Perselisihan
204
Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205
Cerita Kencana Sari
206
Rumah Bordil
207
Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208
Kediaman Kemuning
209
Tamu Istimewa
210
Kujang Kembar
211
Pertarungan Sengit
212
Kekalahan Kujang Kembar
213
Pembunuh Bayaran
214
Siluman Kabut
215
Raja Iblis dari Lereng Utara
216
Sungai Kecil di Padang Tandus
217
Akibat Perut Sakit
218
Malaikat Penolong Tepat Waktu
219
Keberadaan Dewi Api
220
Kuil Sinar Mulya
221
Jurus Pedang Rahasia
222
Obat Mujarab
223
Kedai Makan
224
Efek Negatif Aura Siluman
225
Racun Penyelamat
226
Keputusan Sulit
227
Tetes Darah Perawan
228
Kejadian di Warung Makan
229
Boneka Sihir
230
Fragmen Tanah
231
Fragmen Tanah ll
232
Ibuku Seorang Siluman
233
Pulau Seribu Pandan
234
Di Perjalanan
235
Karpet Emas
236
Alam Dedemit
237
Hari Ulang Tahun
238
Dendam Lama
239
Ajang Balas Dendam
240
Kemenangan dalam Duka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!