"Hati-hati, dia bukan orang baik-baik. Aku tahu, kemampuan kalian berdua sangat tinggi. Tapi Ki Wijen adalah seorang dengan kecerdasan luar biasa. Dia sangat licik," Sukoco memperingatkan Mahesa.
"Terima kasih. Ucapanmu akan selalu aku ingat," jawab Mahesa.
Sebagai seorang tahanan, Sukoco memang mendapatkan intimidasi. Akan tetapi dia masih diperlakukan secara manusiawi. Mahesa hanya menanamkan satu biji es di dalam tubuh Sukoco itupun dilakukan tanpa sepengetahuan sanderanya. Jika dia macam-macam maka biji es tersebut akan berubah menjadi balok besar yang langsung hancurkan dadanya. Dan Mahesa yakin, Sukoco tidak akan berani.
"Wow, indah sekali tempat ini," Dewi Api memandang berkeliling. Sungguh, pintu masuk persembunyian Ki Wijen sangatlah indah. Orang-orang pun banyak datang berkunjung karena tempat itu memang wisata alam yang begitu indah.
Pandai sekali Ki Wijen memilih tempat. Karena pintu di tempat itu bukan merupakan pintu utama, masih ada beberapa jalan yang tersembunyi harus mereka lewati.
"Huuuhhh ... mereka pasti akan menghabisi nyawaku jika tahu aku datang dengan membawa bencana besar" Sukoco menghela napas panjang, mencoba menekan gejolak hatinya yang berdebar ketakutan.
Sukoco tidak punya pilihan lain, nyawanya dipertaruhkan apa pun keputusan yang dia ambil. Pertama, jika dia memutuskan untuk mengkhianati Elang Putih dan istrinya, itu tandanya dia harus siap mati oleh amukan kedua pendekar besar tersebut. Akan tetapi, jika Sukoco memutuskan untuk mengantar Elang Putih dan istrinya menemui Ki Wijen yang artinya menunjukkan persembunyian rahasia mereka, pastinya Sukoco akan dimusuhi oleh rekan-rekannya. Bukannya Sukoco tidak tahu, jika kemampuan yang dimiliki oleh Ki Wijen juga sangatlah besar. Makanya sejauh ini Ki Wijen masih bertahan hidup dari serangan yang terus dilakukan oleh klan mata hantu padanya.
"Pendekar Elang, aku tidak bisa mengantar kalian benar-benar sampai tujuan. Bukannya aku tidak percaya pada kemampuan kalian untuk melindungiku, akan tetapi aku juga tahu bagaimana kemampuan mereka untuk bisa celakai aku. Maka dari itu, akan lebih baik jika aku lakukan caraku sendiri," pinta Sukoco.
Sebenarnya, yang bermain di dalam pikiran Sukoco ialah bagaimana untuk cara dia bisa lepas dari cengkeraman Mahesa dan Dewi Api. Ya, Sukoco telah memutuskan untuk mengkhianati dua pendekar tersebut. Mereka telah mencapai tempat kekuasaan Ki Wijen, dengan alasan berhasil mengecoh dua pendekar besar dalam perangkap, pastinya Ki Wijen dan anak buahnya yang lain akan mengampuni nyawa Sukoco.
Mahesa dan Dewi Api ditunjukkan menuju satu gua yang besar. Gua itu cukup besar dan nampak indah dilihat dari kejauhan. Saat Mahesa dan Dewi Api tiba di mulut gua, mereka tidak menemukan adanya tanda-tanda keberadaan penjaga.
"Sialan! Cecunguk itu menipu kita. Gua apa ini? Mengapa banyak sekali sangkar laba-laba. Meskipun sebuah tempat persembunyian, tentu kesannya tidak perlu seperti ini," Dewi Api memegang satu jaring laba-laba yang terjuntai.
Jaring laba-laba itu sangat lengket dan tidak bisa dilepas. Dewi Api harus gunakan tenaga dalam untuk membakar jaring laba-laba tersebut agar tangannya bisa lepas. Pasti ini adalah tempat persembunyian siluman laba-laba. Jangan-jangan ini adalah gua laba-laba yang beberapa waktu lalu menculik seorang biksu di kuil kebenaran. Salah satu kuil yang berada di tepi kota bilah api.
"Jika benar, tidak ada salahnya kita masuk. Apa pun alasannya, siluman laba-laba ini telah menimbulkan banyak kerusakan. Bukan hanya hewan liar dan binatang peliharaan, siluman laba-laba juga memangsa manusia," ucap Dewi Api.
Mahesa mengangguk setuju. Siluman laba-laba dari gua laba-laba memang siluman jahat yang selama ini keberadaannya sangat misterius. Suatu kebetulan jika mereka dipertemukan dengan gua laba-laba. Seberapa kuatnya siluman laba-laba ini? Apa dia sekuat siluman gonggo yang amat beracun itu?
"Suamiku, dulu aku hampir mati karena ditusuk oleh bagian tubuh siluman gonggo. Bukankah gonggo dan laba-laba itu sama. Kali ini, kau tidak akan biarkan aku mengalami hal yang serupa 'kan?" Dewi Api menarik lengan Mahesa saat Mahesa sudah melangkah memasuki gua.
"Kekebalan tubuhmu sudah meningkat. Kau tidak akan terpengaruh oleh racun yang serupa. Setidaknya, kau tidak akan langsung sekarat. Benar juga, untuk sekadar jaga-jaga bawa ini," Mahesa memberikan satu bungkus pil pada istrinya.
Tanpa banyak komentar, Dewi Api segera menelan pil yang Mahesa berikan. Dia hanya membuka dan menatap sekilas pada pil tersebut. Tidak tahu cerita di balik terciptanya pil tersebut.
Mahesa tersenyum saat menatap pil herbal tersebut mengalir ke dalam tubuh istrinya pertamanya. Karena pil itu adalah pil penyembuh buatan Suhita Prameswari, anak Mahesa dari rahim Puspita.
Pil penyembuh multi guna. Pil herbal itu bisa digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk untuk melemahkan pengaruh buruk racun bin*tang berbisa.
Ingatan Mahesa tiba-tiba kembali pada putrinya yang satu itu. Saat ini, Suhita telah mempelajari mengenai racun dari tenaga dalam. Untuk racun-racun bina*tang berbisa dan racun dari tumbuhan liar, Suhita telah tuntas mempelajarinya. Dan pil terbaik pun telah tercipta. Sekarang malah sudah dikonsumsi.
Sama sekali Mahesa tidak menduga jika pil penyembuh buatan anaknya itu justru pertama kali dikonsumsi oleh ibu tirinya. Eh, bagaimana Suhita memanggil Dewi Api, ya? (Author bingung 😕)
"Tunggu! Aku yakin ini bukanlah satu-satunya jalan masuk. Pasti ada pintu belakang," Mahesa menghentikan langkahnya saat mereka baru memasuki gua sejauh sepuluh meter.
Jaring laba-laba yang memenuhi hampir seluruh ruangan gua membuat mereka sulit untuk bergerak. Jaring laba-laba itu seperti terbuat dari sutera yang sangat halus tapi sangat kuat. Daya rekatnya pun sangat tinggi, benda apa pun yang menempel maka akan melekat dan tergulung. Semakin kuat memberontak, maka gulungan akan semakin menjadi-jadi. Begitulah, Mahesa dan Dewi Api harus menggunakan tenaga dalam unsur api untuk bisa lepas dari gulungan jaring laba-laba. Dengan dibakar, maka jaringan tersebut barulah hangus. Akan tetapi, hal yang mustahil jika mereka harus membakar seluruh jaring-jaring yang ada.
"Kita tidak mungkin gunakan pukulan tenaga dalam, bisa-bisa gua ini akan hancur. Lihatlah mereka sengaja memanfaatkan rapuhnya dinding gua," Mahesa menunjuk pada dinding yang dia maksud.
"Lalu kita harus keluar, begitu? Mengapa kau begitu mudah menyerah?! Menjijikkan!"
"Mundur bukan berarti kalah. Kita butuh rencana yang lebih matang. Ayolah, aku sudah pikirkan sesuatu," Mahesa memaksa untuk Dewi Api mengikuti langkahnya keluar gua.
"Hahaha! Tidak disangka, hari ini aku mendapatkan kunjungan dari sepasang pendekar yang namanya mengguncang jagat. Aku baru tahu, kalau pendekar itu ternyata tidak lebih dari seorang pengecut!" terdengar suara tawa yang diiringi kalimat ejekan.
"Kurang ajar! Siluman buruk rupa, cepat tampakkan wujudmu. Akan ku hanguskan tubuh menjijikkan yang kau punya!" Dewi Api berteriak keras. Wajahnya merah padam, mendengar harga dirinya direndahkan.
Mahesa menggeleng lemah, istrinya memang tidak berubah. Sejak pertama kali mereka bertemu dulu, sampai sekarang juga masih sama saja. Begitu pemarah, tidak bisa jika namanya ditertawakan maka langsung keluarkan urat leher.
Setelah Dewi Api melepaskan beberapa titik api dan berhasil dihindari oleh siluman laba-laba, Mahesa segera menarik paksa istrinya untuk keluar gua.
Wuuss! Wuuss!
Beberapa jaring laba-laba menyerang mereka. Tapi tubuh Mahesa terlalu lincah untuk bisa diikat. Meskipun dia membopong tubuh istrinya, tetap saja serangan siluman laba-laba itu meleset.
Mahesa mendarat di depan pintu gua dengan mulus. Dia menunggu siluman laba-laba menyusul keluar. Sangat luar biasa, jaring yang digunakan oleh siluman laba-laba itu teramat kuat dan rekat. Bisa menggenggam benda di sekitar untuk dilemparkan ke arah lawan. Bahkan bisa mengangkat sebongkah batu besar.
Karuan saja, batu besar itu langsung berubah menjadi tepung saat Mahesa menghantamnya dengan satu bayangan naga.
Seiring dengan hilangnya debu dari batu yang menjadi tepung, di depan mulut gua sudah berdiri dua orang wanita cantik yang berpakaian super seksi. Mereka tersenyum ke arah Mahesa sambil menggoda dengan menyapukan lidah mereka di atas bibir.
"Kepa*rat! Berani sekali menggoda suami orang. Apa di dunia ini tidak ada pria lain! Aku hancurkan tubuh kalian!" Dewi Api yang sangat tidak senang melihat ada wanita yang menggoda suaminya, langsung menyerang dengan pedang inti api.
Sontak, kedua siluman laba-laba itu melompat mundur. Mereka bergerak masuk ke dalam gua saat menghindari serangan Dewi Api. Nampaknya mereka sengaja melakukan hal itu, mereka memancing agar Dewi Api melakukan pertarungan di dalam gua yang telah dipenuhi oleh jaring laba-laba.
Bugh! Desshh!
Dewi Api berhasil menyarangkan dua tendangan beruntun di telinga dan bahu seorang siluman laba-laba. Membuat tubuh siluman cantik itu tersungkur menghantam dinding gua.
Akan tetapi, hal mengejutkan terjadi. Sebelum tubuh gadis itu membentur dinding, mendadak tubuhnya mengecil dan berubah menjadi seekor laba-laba sebesar jempol kaki. Hingga tubuhnya terhindar dari benturan. Menyusup di celah-celah jaring dan berlari dengan sangat cepat.
Dewi Api tidak membiarkan hal itu terjadi, dengan segera dia mengayunkan pedangnya untuk memotong tubuh laba-laba kecil itu. Menyerang ke sudut ruangan gua, membuat Dewi Api melupakan jika jaring sutra yang terinjak olehnya begitu merekat pada alas kaki yang dia pakai. Jaring itu menggulung dan menarik kaki Dewi Api layaknya benda hidup.
Dewi Api melompat ke depan untuk menebas tubuh siluman laba-laba, kakinya harus tertarik ke belakang. Beruntung Dewi Api cepat gunakan ujung pedangnya untuk menjaga keseimbangan dengan menekan lantai gua. Hingga dia tidak jatuh terhempas ke tanah. Dewi berputar di udara, pedangnya segera menebas jaring sutra yang menggulung kakinya.
Saat Dewi Api berada di udara itu, siluman laba-laba berhasil menyerang dengan satu semburan jaring sutra, yang mengikat tangan dan pinggang Dewi Api, membuat pedang inti api ditangannya tidak bisa digunakan.
Saat itulah, bayangan naga disertai angin kencang mendorong tubuh siluman laba-laba ke dalam gua. Sementara tubuh Dewi Api kembali ditarik oleh suaminya dan dibawa keluar gua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
Thomas Andreas
lanjuutt
2022-04-02
1
Rahmat kelana
sekedar masukan,Suhita memanggil Dewi Api,,Mama ke2 aja😀
2021-03-14
3
@elang_raihan.Nr☕+🚬🐅🗡🐫🍌
Heemmm
2021-02-05
4