Suhita Hilang

"Hitaaa !!! Hitaaa !!!" Puspita berteriak berulang kali. Wajah cantiknya berubah pucat pasi, seolah tiada lagi darah yang mengalir.

Tubuh Puspita bergetar hebat, gemetaran. Hingga keranjang belanja yang digenggamnya terjatuh. Puspita tidak menghiraukan belanjaannya yang berserakan. Matanya menatap ke sana-sini, mencari keberadaan Putrinya yang menghilang di tengah kerumunan.

Semuanya memang salah Puspita. Saat tadi dia selesai belanja, Puspita langsung menggandeng lengan seorang anak perempuan di sebelahnya. Puspita tidak begitu teliti jika yang dia gandeng ternyata bukan Suhita Prameswari, melainkan anak orang lain. Puspita baru sadar saat Ibu sang anak mengejarnya. Dan saat Puspita melirik, benar saja. Bocah perempuan yang dia gandeng bukanlah Anaknya.

DAARRR !!!

Laksana petir yang menyambar di terik matahari, Puspita merasakan dunianya mendadak runtuh. Terlebih saat Puspita kembali ke tempat terakhir dia belanja, Prameswari tidak lagi ada di sana. Puspita kebingungan dan segera berlari kian kemari mencari keberadaan Prameswari. Beberapa orang telah dia mintai tolong. Tapi Prameswari seolah hilang di telan bumi.

Tangis Puspita pecah, tidak bisa ditahan lagi. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Sama sekali tidak ada, jika saja Puspita miliki kemampuan untuk melacak aura, mungkin dia tidak akan sepanik itu.

Dengan sekuat tenaga, Puspita berlari secepatnya kembali ke rumah. Puspita berharap suaminya belum pergi.

"Kanda ... kau ke mana? Anak kita, sayang. Anak kitaaa ..." Puspita duduk bersimpuh di tanah. Seluruh tubuhnya lemah, sendi-sendi dan ototnya serasa seperti terlepas. Puspita menangis sesenggukan. Tidak tahu harus berbuat apa. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Puspita merasakan dirinya tidak berguna. Dia tidak ingin apa yang pernah dia alami, sekarang terjadi pada Anaknya. Tidak. Mengingat hal buruk itu, Puspita kembali berdiri dan berlari meninggalkan rumah. Mencari Prameswari, kemana pun itu. Dia harus mencoba.

"Dinda!" Puspita langsung menghentikan langkahnya saat ada suara yang memanggilnya.

"Kanda! Hita, Kanda ... huuhuuhuu ... ampuni aku," Puspita menjatuhkan lututnya. Tapi sebelum Puspita melakukan itu, Mahesa telah tiba di sampingnya dan menangkap pundak sang istri.

"Dinda, kau jangan menyiksa dirimu seperti ini. Ayo bangunlah, kita pasti akan temukan Hita," dengan lembut, Mahesa membelai rambut istrinya. Sebisa mungkin, Mahesa menenangkan Puspita lebih dulu sebelum dia melakukan tindakan selanjutnya. Menyelesaikan masalah harus dengan kesabaran.

"Kanda ..."

"Tenang ... tenaaang ... tarik napas, kuasai dirimu, Dinda," bisik Mahesa di telinga Puspita. Dalam dekapan itu, Mahesa mengalirkan energi murni ke dalam tubuh istrinya. Membuat hati Puspita menjadi lebih tenang, dan bisa berpikir dengan jernih. Ada suaminya, Puspita bisa mengandalkan kemampuan besar Mahesa.

Dengan pelan-pelan, Mahesa membawa tubuh Puspita untuk duduk di sebuah batu. Setelah minum air beberapa teguk, Puspita lebih tenang sekarang. Ada Mahesa di sisinya, juga ada beberapa orang penduduk desa yang turut membantu pencarian.

"Kanda, kita harus segera mencari Hita," ucap Puspita.

Mahesa mengangguk, dia tersenyum hangat. Memberikan ketenangan tersendiri dalam diri Puspita. Bukannya tidak cemas, Mahesa juga sama seperti Puspita. Hatinya berguncang mendengar berita itu. Dibanding Puspita, justru Mahesa yang terus mendorong untuk anak-anaknya membekali diri dengan kemampuan beladiri. Terus terang, hal semacam inilah yang dia takutkan.

Bukannya Mahesa tidak tahu, jika dirinya memiliki sangat banyak musuh di sana-sini. Rata-rata orang yang memusuhi Mahesa adalah mereka terlalu berasal dari kelompok aliran sesat. Perampok serta seluruh orang yang gemar melakukan kejahatan. Dengan begitu, terlalu banyak orang yang menginginkan nyawanya. Karena terlalu sulit dan cenderung tidak bisa, maka sudah pasti mereka akan melakukan segala cara untuk bisa membalas dendam pada Mahesa. Termasuk dengan mengincar keluarganya.

Puspita membawa Mahesa ke tempat di mana terakhir dia bersama dengan Suhita Prameswari, "Kanda, di sini kami belanja dan kemudian ... kemudian aku malah menggandeng seorang anak yang kiranya bukan Hita."

Mahesa memusatkan pikirannya. Dia menggunakan Ilmu Mata Naga tahap atas yang dia padukan dengan teknik dari Ilmu Transparansi Mimpi untuk mendeteksi segala kemungkinan di tempat itu. Pasar yang sangat ramai, wajar jika bisa menghapus energi seseorang dengan begitu cepat. Namun, Mahesa tidak menemukan adanya energi kuat dari para pendekar besar yang menjejakkan kaki di tempat itu. Itu artinya, Hita tidak di culik oleh musuh-musuh bebuyutan Mahesa.

Atau mungkin ada kelompok lain yang sebenarnya sama sekali tidak ada kaitannya dengan Mahesa ataupun Puspita di masa lalu. Ada kemungkinan mereka merupakan para penjahat atau spesialis penculikan anak.

Mahesa memejamkan matanya lebih dalam lagi, berusaha membaca ke mana langkah kaki Hita saat pertama kali terayun. Paling tidak, Mahesa akan tahu dari mana dia harus memulai pencarian.

Samar-samar Mahesa menemukan bayangan istrinya dalam ruang transparansi, Puspita sedang memilih sayuran yang akan dibeli. Lalu, di mana Prameswari? Mahesa semakin memusatkan energi tenaga dalamnya dia mencari-cari keberadaan Putri kesayangannya. Ketemu! Mahesa menemukan Putrinya berjalan dengan di gandeng oleh Ibunya. Di punggung Prameswari menggendong keranjang kecil berisi berbagai macam bahan obat-obatan. Dasar bocah itu, waktu sudah berjalan selama satu tahun lebih, tapi dia sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan perlengkapan pengobatan. Malahan semakin hari, kecintaan Hita pada dunia pengobatan semakin mendalam. Hingga mengalahkan Ayahnya. Dan Hita juga telah meminta Ayahnya untuk membuat catatan segala jenis pengetahuan yang Mahesa tahu. Hita terus mempelajari catatan tersebut setiap kali ada waktu luang.

Saat Puspita melepaskan genggaman tangannya untuk memilih sayuran, Hita melangkah mundur satu langkah. Dia memberikan ruang pada seorang ibu-ibu yang juga hendak membeli sayur. Ibu-ibu itu sama seperti ibunya, ke pasar dengan membawa anak kecil.

Anak kecil yang bersama ibu tersebut tubuhnya nampak menggigil kedinginan. Hita tersenyum, kemudian menghampirinya dengan menyodorkan sebungkus kue kering. Dengan malu-malu, bocah itu menerima pemberian Hita. Kita kemudian meraih tangan si anak dan memeriksa denyut nadinya. Ya, Hita bisa tersenyum lega, kondisi anak itu baik-baik saja dia hanya kedinginan.

"Tubuhmu sangat dingin. Ini, kau pakai jaketku," Suhita Prameswari membuka jaketnya lalu memakaikan jaket tersebut pada si anak. Karena tubuh Prameswari lebih besar dan tinggi, makanya jaket miliknya kebesaran saat di pakai oleh anak tersebut. Hingga anak kecil itu bisa menyembunyikan tangannya di dalam jaket. Dia kemudian berjalan mendekati ibunya yang berada tepat bersebelahan dengan Puspita. Nah, saat itulah kejadian tersebut bermula.

Suhita Prameswari melihat dari kejauhan jika ada seorang yang sakit parah. Jiwa tabib bocah ingusan tersebut merasa terusik. Perlahan langkah kakinya membawa Suhita menjauh dari Ibunya. Suhita mendekati orang yang sakit. Sementara itu, Puspita yang selesai belanja tidak begitu teliti. Dia hanya melihat jika pakaian yang sama dikenakan oleh seorang anak kecil. Berdiri di sampingnya, Puspita menyimpulkan jika itu adalah Suhita, anaknya. Padahal, anak itu bukan Suhita melainkan orang yang hanya memakai jaket Suhita.

"Kanda, bagaimana?" Puspita langsung bertanya ketika Mahesa membuka mata.

"Putri kita pergi ke arah barat. Ke sana, ayo Dinda," Mahesa menggandeng tangan Puspita untuk mengikuti jalan yang dilalui oleh Suhita Prameswari. Mahesa yakin dia akan bisa melacak keberadaan Anaknya.

Pasar itu terletak di perbatasan antara kampung Talang Tunggal (tempat Puspita tinggal) dengan kampung Rambutan Merah. Ya, kampung-kampung di sana memang sangat besar. Jika saja letaknya tidak terpencil dan jauh dari ibukota, mungkin dua kampung tersebut telah dipimpin oleh seorang kepala daerah.

Mahesa menghentikan langkahnya saat tiba di perempatan jalan. Ada banyak orang yang mengenakan pakaian layaknya yang dia lihat dalam ruang transparansi.

Puspita juga memutar tubuhnya, untuk bisa melihat kesegala arah. Dia berharap Suhita Prameswari masih berada di sekitar tempat itu.

"Sekarang ini musim panen raya, begitu banyak penjual yang datang. Bahkan para penjual dari kota berdatangan ke sini. Tuan, silahkan melihat-lihat barang kami. Ini sumberdaya yang bisa kau gunakan untuk aaakkhhh ..." seorang pria lima puluh tahunan, dengan membawa pikulan menawarkan dagangannya pada Mahesa. Tapi sebelum pria itu selesai bicara, Mahesa telah lebih dulu mencengkeram pundaknya. Membuat jerit tertahan keluar dari mulut pria tersebut.

"Apa kau melihat seorang anak perempuan, usianya enam tahun lebih. Tinggi, putih, berambut hitam panjang, membawa keranjang kecil berisi obat. Apa dia melintas di tempat ini?" Mahesa mencengkeram dengan mengalirkan tenaga dalam. Dia juga memberikan gambaran wajah Prameswari pada pria tersebut.

"A ... ampuun, Tuan. Saya tidak melihatnya. Tapi ... tapi tadi saya memang melihat ada seorang yang sakit di sebelah sana. Mereka juga membeli beberapa sumberdaya pada saya. Mungkin, Putri Tuan melihat ke sana," dengan terbata-bata menahan sakit yang menggigit sekujur tubuhnya, penjual sumberdaya tersebut menjelaskan dengan terbata-bata. Tangannya menunjuk ke arah yang dia maksud.

Keringat dingin mengalir di dahi penjual sumberdaya yang juga seorang dengan kemampuan bela diri itu. Untung saja dia memiliki tenaga dalam yang lumayan tinggi. Jika tidak, mungkin tulang belulangnya sudah hancur dari dalam.

Mahesa menemukan jika penjual sumberdaya tersebut merupakan salah satu pedagang yang memiliki kemampuan olah kanuragan yang tinggi. Selain untuk melindungi diri dan barang dagangan yang mahal tersebut, Mahesa takut dia merupakan termasuk dalam sindikat kelompok yang menculik anaknya. Karena apa yang disukai oleh Prameswari tentunya ada pada si penjual.

Perlahan, Mahesa melepaskan tangannya dari pundak si penjual. Dari hasil analisa yang dia lakukan, Mahesa tidak menemukan adanya kebohongan dalam perkataan orang itu. Ya, dia memang hanya pedang biasa.

"Saat istriku belanja, putriku terpisah. Dan saat ini kami belum menemukan keberadaannya. Dia begitu menyukai hal yang berhubungan dengan obat-obatan. Maaf, aku telah mencurigaimu. Kau bisa gunakan untuk pulihkan kondisimu," Mahesa membungkuk minta maaf. Sebelum pergi, dia memberikan dua kepeng uang emas pada si pedagang sebagai ganti rugi.

Mahesa dan Puspita kemudian menuju ke arah yang pedagang sumberdaya itu maksudkan. Di mana tadi katanya ada orang yang sakit. Tapi sialnya, mereka tidak menemukan apa-apa di sana.

"Nona, maaf. Apa kau tahu ke mana orang yang katanya sakit di sini tadi?" tanya Mahesa pada seorang pedagang makanan.

"Oohhh ... dia anak juragan Bimo. Itu lo, saudagar dari kota. Sekarang mereka sudah kembali ke penginapan bintang," jawab pedagang itu jujur.

Saudagar dari kota?!

Terpopuler

Comments

Thomas Andreas

Thomas Andreas

gak bosen bacanya

2022-04-02

1

Muzhi Ono

Muzhi Ono

seperti yg sy kritik buat author , masak cerita lama SDH ada jaket , itu yg sy maksud gunakan kata2 yg sesuai..trims

2021-02-01

2

@elang_raihan.Nr☕+🚬🐅🗡🐫🍌

@elang_raihan.Nr☕+🚬🐅🗡🐫🍌

Siiip lanjut bang ☕

2021-02-01

4

lihat semua
Episodes
1 Keluarga Kecil
2 Kawan Lama
3 Kegemaran Nyeleneh
4 Suhita Hilang
5 Kejadian Sebenarnya
6 Klan Mata Hantu
7 Klan Mata Hantu ll
8 Klan Mata Hantu lll
9 Cabang Klan
10 Sedikit Petunjuk
11 Gua Laba-laba
12 Tujuh Laba-laba
13 Teh Beracun
14 Menaklukkan Labirin
15 Berkas Penting
16 Rumah Yang Kosong
17 Dari Celah Lubang
18 Darah dibayar Darah
19 Menulis Catatan Racun
20 Wanita Pengasuh
21 Merampok perampok
22 Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23 Kehadiran Dua Pengasuh
24 Tabib Yang Dicari
25 Orang Di Dasar Jurang
26 Tabib Titisan Dewa
27 Menunggu Ayah Pulang
28 Penyusup
29 Dua Kitab Beda Warna
30 Keinginan Yang Dinanti
31 Sepucuk Surat
32 Belati Berbisa
33 Dua Mata Koin
34 Yang Diharapkan
35 Bukit Naga Hijau
36 Di Dalam Gua
37 Sekarang Berbeda
38 Penyakit Aneh
39 Asap Pengubur Nyata
40 Gua Badai Salju
41 Gua Badai Salju ll
42 Keluar Dari Bukit Hujan
43 Pertemuan Tak Terduga
44 Di Penginapan
45 Pembantaian Keji
46 Pertarungan Di Tepi Hutan
47 Mengintai
48 Bekerja Sama
49 Kitab Langit dan Bumi
50 Kitab Langit dan Bumi ll
51 Cara Penyelamatan
52 Mahluk Alam Astral
53 Jalan Keinginan
54 Membuka Seluruh Level Kekuatan
55 Perjalanan Menuju Giling Wesi
56 Mengobati Penyakit Aneh
57 Penyakit Yang Sebenarnya
58 Kelompok Jubah Hitam
59 Menyamar Sebagai Anggota
60 Markas Kelompok Jubah Hitam
61 Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62 Ruang Penjara
63 Enam Pendekar
64 Kekalahan Enam Pendekar
65 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68 Menyudahi
69 Eee ... Ketemu Lagi
70 Bocah Nakal
71 Pertandingan Semifinal
72 Jurus Racun Bayangan
73 PENGUMUMAN
74 Menara Kematian
75 Kekompakan Saudara
76 Mundur Untuk Menang
77 Menembus Partai Final
78 Murid Berbakat
79 Malam Menjelang Final
80 Malaikat Pelindung
81 Pertandingan Final
82 Pertandingan Final ll
83 Janji Seorang Abdi
84 Pertandingan Terakhir
85 Pertandingan Terakhir ll
86 Juara Sejati
87 Senyuman Tipis
88 Racun Duri Teratai
89 Malam Perpisahan
90 Peti Jenazah
91 Ratu Racun
92 Di Kedai Tepi Jalan
93 Perjalanan Berkuda
94 Penjaga Pintu Gua
95 Gua Siluman
96 Pengkhianatan Nilam Sari
97 Terbang Bersama
98 Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99 Keberadaan Teratai Berduri
100 Dua Pendekar Pedang Kembar
101 Rencana Busuk
102 Dalam Perjalanan Pulang
103 Pembunuh Bayaran
104 Cugung Badas
105 Kuda Misterius
106 Surat Perjanjian
107 Keputusan 'Bijak'
108 Tiba Di Giling Wesi
109 Khasiat Daun Teratai Berduri
110 Jalan Kesembuhan
111 Pria Di Atap Penginapan
112 Tamu Istimewa
113 Bayangan Mencurigakan
114 Serangan Mendadak
115 Hasil Yang Didapat
116 Bantuan Tidak Terduga
117 Jarum Kehidupan
118 Bukan Lawan Yang Sepadan
119 Tawanan
120 Rintik Air Hujan
121 Tamu Istimewa
122 Kedatangan Tamu Istimewa
123 Pasukan Mayat Hidup
124 Pasukan Mayat Hidup ll
125 Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126 Tiga Saudara
127 Pertukaran Yang Adil
128 Kerjasama
129 Keberhasilan Misi
130 Pertarungan Terakhir (End)
131 Sepuluh Tahun Kemudian
132 Sosok Misterius
133 Saudara Kembar
134 Candi Karusian
135 Prahara di Candi Karusian
136 Penculik
137 Seorang Buronan
138 Siluman Penculik
139 Sumber Racun
140 Mencari Mata Air Beracun
141 Padepokan Lembah Wilis
142 Pendekar Naga Kresna
143 Siluman Penebar Racun
144 Kekalahan Tabib Dewa
145 Melanjutkan Perjalanan
146 Gua Misterius
147 Ruang Rahasia
148 Dewi Kundalini
149 Penggugah Hati
150 Energi Asing
151 Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152 Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153 Perselisihan
154 Melarikan Diri
155 Jejak Kemuning
156 Hukuman bagi Penjahat Korup
157 Dipaksa Menikah
158 Duduk Nikah, Tegak Cerai
159 Diah Pitaloka
160 Keamanan Tabib Dewa
161 Pagi yang Mencekam
162 Singa yang Terjaga
163 Tanpa Alasan?
164 Lumut Kehidupan
165 Ada Daging, Buaya Mendekat
166 Bukan Sumberdaya
167 Janji Masa Kecil
168 Menjelang Dini Hari
169 Rahasia Kemuning
170 Penyusup
171 Penyusup ll
172 Burcangijo
173 Laporan Tiliksandi
174 Sosok Di Balik Layar
175 Jawaban Sikap Suhita
176 Penginapan Luar Kota
177 Siluman Piton Berbisa
178 Sangkar Piton Berbisa
179 Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180 Celah Luka
181 Alam Evolusi
182 Bidadari Surga
183 Gingseng Seribu Nyawa
184 Mutiara Hati
185 Petaka Setelah Hujan
186 Desa Batu
187 Serangan di Desa Batu
188 Putri Foniks
189 Biara Cahaya
190 Pasukan Sayap Kelelawar
191 Kontak Batin
192 Ilmu Sirep
193 Malam Yang Terlewatkan
194 Malam Yang Terlewatkan ll
195 Burung Pengintai
196 Penginapan Muvvah
197 Ahli Nujum
198 Jari Penghancur
199 Praduga
200 Pertarungan, dimulai
201 Jala Sutra
202 Bantuan Pasukan Regu Kedua
203 Awal Perselisihan
204 Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205 Cerita Kencana Sari
206 Rumah Bordil
207 Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208 Kediaman Kemuning
209 Tamu Istimewa
210 Kujang Kembar
211 Pertarungan Sengit
212 Kekalahan Kujang Kembar
213 Pembunuh Bayaran
214 Siluman Kabut
215 Raja Iblis dari Lereng Utara
216 Sungai Kecil di Padang Tandus
217 Akibat Perut Sakit
218 Malaikat Penolong Tepat Waktu
219 Keberadaan Dewi Api
220 Kuil Sinar Mulya
221 Jurus Pedang Rahasia
222 Obat Mujarab
223 Kedai Makan
224 Efek Negatif Aura Siluman
225 Racun Penyelamat
226 Keputusan Sulit
227 Tetes Darah Perawan
228 Kejadian di Warung Makan
229 Boneka Sihir
230 Fragmen Tanah
231 Fragmen Tanah ll
232 Ibuku Seorang Siluman
233 Pulau Seribu Pandan
234 Di Perjalanan
235 Karpet Emas
236 Alam Dedemit
237 Hari Ulang Tahun
238 Dendam Lama
239 Ajang Balas Dendam
240 Kemenangan dalam Duka
Episodes

Updated 240 Episodes

1
Keluarga Kecil
2
Kawan Lama
3
Kegemaran Nyeleneh
4
Suhita Hilang
5
Kejadian Sebenarnya
6
Klan Mata Hantu
7
Klan Mata Hantu ll
8
Klan Mata Hantu lll
9
Cabang Klan
10
Sedikit Petunjuk
11
Gua Laba-laba
12
Tujuh Laba-laba
13
Teh Beracun
14
Menaklukkan Labirin
15
Berkas Penting
16
Rumah Yang Kosong
17
Dari Celah Lubang
18
Darah dibayar Darah
19
Menulis Catatan Racun
20
Wanita Pengasuh
21
Merampok perampok
22
Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23
Kehadiran Dua Pengasuh
24
Tabib Yang Dicari
25
Orang Di Dasar Jurang
26
Tabib Titisan Dewa
27
Menunggu Ayah Pulang
28
Penyusup
29
Dua Kitab Beda Warna
30
Keinginan Yang Dinanti
31
Sepucuk Surat
32
Belati Berbisa
33
Dua Mata Koin
34
Yang Diharapkan
35
Bukit Naga Hijau
36
Di Dalam Gua
37
Sekarang Berbeda
38
Penyakit Aneh
39
Asap Pengubur Nyata
40
Gua Badai Salju
41
Gua Badai Salju ll
42
Keluar Dari Bukit Hujan
43
Pertemuan Tak Terduga
44
Di Penginapan
45
Pembantaian Keji
46
Pertarungan Di Tepi Hutan
47
Mengintai
48
Bekerja Sama
49
Kitab Langit dan Bumi
50
Kitab Langit dan Bumi ll
51
Cara Penyelamatan
52
Mahluk Alam Astral
53
Jalan Keinginan
54
Membuka Seluruh Level Kekuatan
55
Perjalanan Menuju Giling Wesi
56
Mengobati Penyakit Aneh
57
Penyakit Yang Sebenarnya
58
Kelompok Jubah Hitam
59
Menyamar Sebagai Anggota
60
Markas Kelompok Jubah Hitam
61
Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62
Ruang Penjara
63
Enam Pendekar
64
Kekalahan Enam Pendekar
65
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68
Menyudahi
69
Eee ... Ketemu Lagi
70
Bocah Nakal
71
Pertandingan Semifinal
72
Jurus Racun Bayangan
73
PENGUMUMAN
74
Menara Kematian
75
Kekompakan Saudara
76
Mundur Untuk Menang
77
Menembus Partai Final
78
Murid Berbakat
79
Malam Menjelang Final
80
Malaikat Pelindung
81
Pertandingan Final
82
Pertandingan Final ll
83
Janji Seorang Abdi
84
Pertandingan Terakhir
85
Pertandingan Terakhir ll
86
Juara Sejati
87
Senyuman Tipis
88
Racun Duri Teratai
89
Malam Perpisahan
90
Peti Jenazah
91
Ratu Racun
92
Di Kedai Tepi Jalan
93
Perjalanan Berkuda
94
Penjaga Pintu Gua
95
Gua Siluman
96
Pengkhianatan Nilam Sari
97
Terbang Bersama
98
Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99
Keberadaan Teratai Berduri
100
Dua Pendekar Pedang Kembar
101
Rencana Busuk
102
Dalam Perjalanan Pulang
103
Pembunuh Bayaran
104
Cugung Badas
105
Kuda Misterius
106
Surat Perjanjian
107
Keputusan 'Bijak'
108
Tiba Di Giling Wesi
109
Khasiat Daun Teratai Berduri
110
Jalan Kesembuhan
111
Pria Di Atap Penginapan
112
Tamu Istimewa
113
Bayangan Mencurigakan
114
Serangan Mendadak
115
Hasil Yang Didapat
116
Bantuan Tidak Terduga
117
Jarum Kehidupan
118
Bukan Lawan Yang Sepadan
119
Tawanan
120
Rintik Air Hujan
121
Tamu Istimewa
122
Kedatangan Tamu Istimewa
123
Pasukan Mayat Hidup
124
Pasukan Mayat Hidup ll
125
Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126
Tiga Saudara
127
Pertukaran Yang Adil
128
Kerjasama
129
Keberhasilan Misi
130
Pertarungan Terakhir (End)
131
Sepuluh Tahun Kemudian
132
Sosok Misterius
133
Saudara Kembar
134
Candi Karusian
135
Prahara di Candi Karusian
136
Penculik
137
Seorang Buronan
138
Siluman Penculik
139
Sumber Racun
140
Mencari Mata Air Beracun
141
Padepokan Lembah Wilis
142
Pendekar Naga Kresna
143
Siluman Penebar Racun
144
Kekalahan Tabib Dewa
145
Melanjutkan Perjalanan
146
Gua Misterius
147
Ruang Rahasia
148
Dewi Kundalini
149
Penggugah Hati
150
Energi Asing
151
Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152
Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153
Perselisihan
154
Melarikan Diri
155
Jejak Kemuning
156
Hukuman bagi Penjahat Korup
157
Dipaksa Menikah
158
Duduk Nikah, Tegak Cerai
159
Diah Pitaloka
160
Keamanan Tabib Dewa
161
Pagi yang Mencekam
162
Singa yang Terjaga
163
Tanpa Alasan?
164
Lumut Kehidupan
165
Ada Daging, Buaya Mendekat
166
Bukan Sumberdaya
167
Janji Masa Kecil
168
Menjelang Dini Hari
169
Rahasia Kemuning
170
Penyusup
171
Penyusup ll
172
Burcangijo
173
Laporan Tiliksandi
174
Sosok Di Balik Layar
175
Jawaban Sikap Suhita
176
Penginapan Luar Kota
177
Siluman Piton Berbisa
178
Sangkar Piton Berbisa
179
Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180
Celah Luka
181
Alam Evolusi
182
Bidadari Surga
183
Gingseng Seribu Nyawa
184
Mutiara Hati
185
Petaka Setelah Hujan
186
Desa Batu
187
Serangan di Desa Batu
188
Putri Foniks
189
Biara Cahaya
190
Pasukan Sayap Kelelawar
191
Kontak Batin
192
Ilmu Sirep
193
Malam Yang Terlewatkan
194
Malam Yang Terlewatkan ll
195
Burung Pengintai
196
Penginapan Muvvah
197
Ahli Nujum
198
Jari Penghancur
199
Praduga
200
Pertarungan, dimulai
201
Jala Sutra
202
Bantuan Pasukan Regu Kedua
203
Awal Perselisihan
204
Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205
Cerita Kencana Sari
206
Rumah Bordil
207
Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208
Kediaman Kemuning
209
Tamu Istimewa
210
Kujang Kembar
211
Pertarungan Sengit
212
Kekalahan Kujang Kembar
213
Pembunuh Bayaran
214
Siluman Kabut
215
Raja Iblis dari Lereng Utara
216
Sungai Kecil di Padang Tandus
217
Akibat Perut Sakit
218
Malaikat Penolong Tepat Waktu
219
Keberadaan Dewi Api
220
Kuil Sinar Mulya
221
Jurus Pedang Rahasia
222
Obat Mujarab
223
Kedai Makan
224
Efek Negatif Aura Siluman
225
Racun Penyelamat
226
Keputusan Sulit
227
Tetes Darah Perawan
228
Kejadian di Warung Makan
229
Boneka Sihir
230
Fragmen Tanah
231
Fragmen Tanah ll
232
Ibuku Seorang Siluman
233
Pulau Seribu Pandan
234
Di Perjalanan
235
Karpet Emas
236
Alam Dedemit
237
Hari Ulang Tahun
238
Dendam Lama
239
Ajang Balas Dendam
240
Kemenangan dalam Duka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!