Rumah Yang Kosong

DEG!

Jantung Mahesa seolah berhenti berdetak kala dia telah berada di ujung jalan dan matanya telah berhasil menjangkau pelataran rumahnya. Suasana rumah begitu sepi, sunyi. Mahesa sampai menggunakan Ilmu Mata Naga untuk mendeteksi dari jarak jauh memastikan keberadaan orang di sekitar rumah. Dan memang benar, tidak ada seorang pun di sana.

"Ah, celaka!" kuda yang Mahesa tunggangi belum mencapai lokasi halaman pondok, tapi pendekar itu telah lebih dulu melompat dan melayang memasuki beranda rumah.

"Hitaaa !!! Hitaaa !!! Ayah pulang, sayang!" Mahesa memanggil sebelum kakinya menginjak lantai.

Pintu rumah terkunci dengan rapat. Mahesa menggedornya berulang kali, tapi tidak ada jawaban. Buru-buru dia berlari ke belakang, memastikan.

Tidak ada tanda-tanda kerusakan yang terjadi pada pintu ataupun jendela, semuanya terkunci dengan rapi. Itu menandakan jika Puspita dan Suhita pergi dari rumah dengan baik-baik. Tapi ... Mahesa melirik ada titik-titik debu yang menempel di kusen jendela. Paling tidak, rumah itu sudah tak berpenghuni selama dua hari. Mahesa tahu betul. Puspita tidak pernah bisa untuk membiarkan ada titik debu menempel. Bahkan dalam keadaan sakit pun tak bisa menghalanginya. Kecuali sudah tidak bisa bangun lagi, barulah dia berhenti beberes rumah.

Tanpa menunggu lagi, Mahesa segera menuntun kudanya meninggalkan rumah lagi. Dia sangat khawatir. Apa yang membayangi pikirannya selama di jalan, mengapa benar-benar terjadi? Mahesa tidak habis pikir.

Pikiran Mahesa menolak untuk berpikir positif. Dulu dia pernah kehilangan Suhita Prameswari saat belanja bersama ibunya di pasar, dan beruntung saat itu Suhita baik-baik saja karena hanya menolong orang sakit. Tapi sekarang, rasanya sulit untuk meyakinkan demikian.

"Em, pak Karim. Maaf, mengganggu. Saya mau tanya, apa bapak tahu kemana Suhita pergi?" tanya Mahesa pada tetangganya yang sedang membersihkan bunga depan rumah.

Pak Karim menoleh, dia segera melepaskan senyum ketika melihat Mahesa yang bertanya. Wajah pak Karim memang dipenuhi bulu, baik kumis, jampang, maupun janggut. Tapi ketika tersenyum, wajah sangar itu mendadak hilang tersapu angin.

"Wah, nak Mahesa. Baru pulang, nak. Kemarin, bapak lihat si Hita dan ibunya di tepi sungai jernih. Katanya cari pakis apa itu ... buat obat katanya. Tapi setelah itu bapak belum ketemu lagi, Sa," jawab pak Karim.

"Owh ... mungkin mereka masih mencari tanaman obat. Saya heran sama anak saya itu, pak. Dia begitu tergila-gila pada obat-obatan. Haduuuhhh ..." Mahesa tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Dia menutupi kegundahan hatinya, tidak menginginkan ada orang lain yang tahu apa pun masalah hidupnya.

Pak Karim justru tertawa. Dia mengatakan kalau Mahesa beruntung punya anak yang berbakat. Apa pun kegemaran anak, asalkan itu positif sebaiknya orangtua terus mendukungnya. Termasuk bakat Hita sebagai tabib. Kelak, dia akan banyak dibutuhkan orang. Setelah besar, pasti Suhita Prameswari akan menjadi sosok tabib kondang seantero jagat. Tabib seribu obat.

Sebentar berbasa-basi, Mahesa kemudian segera pamit untuk menyusul anak dan istrinya di sungai jernih. Mahesa segera menuju ke tempat yang tumbuh tanaman obat. Mahesa hapal bentul di mana tempat-tempat tanaman obat itu. Tanpa kesulitan Mahesa menyisir di sepanjang sungai jernih.

Mahesa menemukan beberapa tanaman obat yang bekas di petik. Melihat itu, Mahesa menyimpulkan kalau Suhita tidak sedang memperdalam kemampuan pengobatan yang terakhir dia berikan. Ya, tidak satu pun tanaman obat yang dipetik merupakan tanaman untuk mengobati bisa atau racun.

"Huuuhhh ... kemana mereka? Kau dimana putriku?" Mahesa menghela napas panjang. Pandangannya diedarkan ke seantero sungai.

Mahesa tidak bisa diam saja di situ. Dia harus segera temukan anak dan istrinya. Secepatnya.

Purwa Dirja. Ya, Mahesa harus temui orang itu. Bukannya Mahesa tidak sadar, kalau istrinya mendapatkan sorotan dari mata-mata lelaki di kampung Talang Tunggal. Salah satunya ialah Purwa Dirja. Pria itu pernah tertangkap tangan sedang mengawasi Puspita dari kejauhan. Meskipun sejauh ini belum pernah terjadi hal negatif pada diri Puspita.

Puspita Dewi memang tidak pernah pergi jauh dari rumah. Kecuali ke pasar atau ke sungai jernih untuk menemani Suhita berpetualang, selebihnya Puspita hanya menghabiskan waktu di rumah saja. Lagi pula, tanaman obat dan segala pernak - pernik dunia pengobatan, rata-rata sudah Mahesa tanam di pekarangan belakang rumah mereka yang sangat luas.

Tidak butuh waktu lama, Mahesa berhasil menemukan Purwa Dirja di warung tempat biasa mereka nongkrong bersama teman-temannya.

Wajah Purwa Dirja nampak berubah pucat ketika melihat Mahesa turun dari punggung kuda dan mendekat. Begitu juga dengan teman-temannya, bahkan ada dari mereka yang diserang demam mendadak. Aura yang terpancar dari dalam diri Mahesa begitu menyeramkan, laksana malaikat maut yang datang mengetuk pintu.

Mahesa duduk di salah satu bangku dan menuangkan air ke dalam cangkir. Matanya kemudian menatap ke arah Purwa Dirja. Tanpa bicara. Seolah Mahesa sedang membaca isi pikiran pria di hadapannya.

"Tu-Tuan Mahesa ... apa kabar?" dengan memaksakan diri, Purwa Dirja memaksa untuk menyapa Mahesa.

"Kabar baik. Terima kasih. Oh, ya. Apa ada diantara kalian yang melihat putriku? Kemana dia bermain?" tanya Mahesa baik-baik. Membuat orang-orang yang ada di warung itu bisa kembali menghela napas.

Rata-rata setiap orang memberikan jawaban mereka masing-masing. Semuanya pernah melihat Suhita. Tentu saja, karena mata mereka memang sering tertuju pada ibunya.

Yang menarik, ada di antara mereka yang mengatakan kalau melihat Suhita di sungai jernih. Suhita Prameswari dan ibunya menaiki rakit bersama beberapa orang pria. Besar kemungkinan mereka menyeberang ke desa Talang Baru atau Talang Ulu.

"Baik, terima kasih. Aku harus segera menyusul anak dan istriku. Aku permisi!" Mahesa membungkuk sopan sebelum kemudian membawa kudanya menuju desa Talang Baru.

Purwa Dirja dan teman-temannya saling pandang. Mahesa yang begitu terburu-buru menandakan anak dan istrinya cantiknya tidak ada di rumah.

Plaaak!

"Kau lihat apa? Ayo kita bantu cari tabib cilik Hita dan ibunya. Jika kita berhasil menemukan mereka, paling tidak kita bisa dapatkan hadiah dengan memegang tangan mulusnya," seringai seorang pemuda setempat menepuk topi bundar yang dipakai Purwa Dirja.

Pemuda-pemuda kampung itu menyeringai mendengar ide konyol seorang temannya. Dengan buru-buru mereka meninggalkan warung, untuk berlomba temukan Suhita.

Mahesa juga heran, mengapa masalah terus menerus menghampiri kehidupannya. Tidak sedikit pun memberikan kesempatan untuk dirinya duduk dengan tenang. Setiap saat, terus saja mengukur jalan. Kian kemari berjalan dan terguncang di atas punggung kuda.

Lelah belum juga reda, bahkan keringat saja belum mengering. Sekarang harus kembali memacu kuda ke arah yang belum jelas. Bukan karena perjalanannya, melainkan kerisauan hati yang menggelayuti benak Mahesa yang semakin membuat beban perjalanan ini menjadi terasa berat.

Kuda mahal yang Mahesa tunggangi meluncur bagaikan anak panah, dan baru berhenti ketika memasuki pintu gerbang desa Talang Baru. Itu pun karena dihentikan oleh petugas jaga.

"Tolong tunjukkan tanda pengenalmu!" penjaga itu menyodorkan tangannya ke arah Mahesa. Perbuatan Mahesa yang ugal-ugalan di jalanan umum mereka anggap menentang peraturan. Makanya mereka begitu kasar.

Mahesa menahan kesabarannya. Dia tidak ingin membuat keributan. Tujuannya tidak lain untuk menemukan anak dan istrinya, secepatnya. Ditahan di pos penjagaan adalah hal yang merugikan baginya. Lagi-lagi, jurus andalan harus keluar. Menyelesaikan urusan dengan uang.

Ibarat mencari sebuah jarum di dalam tumpukan jerami. Sulit tapi tetap ada harapan. Manusia paling beruntung adalah mereka yang masih memiliki harapan.

"Di sini ada beberapa orang tabib ternama, Tuan. Memangnya siapa yang sakit? Harusnya Tuan membawa serta keluarga Tuan yang sakit. Terus terang, tabib di sini begitu sibuk dan tidak punya waktu untuk dipanggil mengobati," papar seorang penduduk yang Mahesa tanyai.

Dari penduduk itu juga Mahesa mendapatkan informasi mengenai tempat praktek para dukun dan tabib yang dia ketahui. Mahesa segera bergegas.

Setelah mendengar penjelasan penduduk tadi, Mahesa semakin yakin jika Suhita terjebak masalah. Tabib di tempat itu bahkan tidak mau diundang untuk mengobati di rumah. Bagaimana dengan Suhita yang berasal dari kampung seberang? Bisa jadi tukang pukul yang dikerahkan oleh para tabib itu telah menangkap Suhita.

Mahesa terlalu berlebihan. Dia hanya begitu khawatir karena masih terbebani oleh prinsip hidupnya sebagai pendekar yang sangat menginginkan Suhita Prameswari memiliki kemampuan olah kanuragan seperti dua anaknya yang lain.

Dengan terburu-buru, Mahesa melayang di udara. Matanya langsung meneliti ke setiap sudut tempat praktek para tabib. Dia tidak segan menyelinap masuk ke dalam gudang penyimpanan untuk memeriksa kalau-kalau Puspita dan Suhita disekap di sana. Ya, Mahesa menjadi sangat bodoh dibuatnya.

"Ayo, cepat sedikit! Kita harus segera selesaikan semuanya dengan cepat. Jangan sampai tercium oleh petugas busuk itu. Ayo!" bisik-bisik beberapa orang yang berjalan mendorong gerobak.

Mereka berusaha menutupi segala gerak-gerik mencurigakan mereka dengan berpura-pura membawa barang dagangan. Teknik kuno, membuat Mahesa tersenyum geli melihatnya.

Siapa orang yang mereka maksud?! Apa itu Suhita? Ya, kemungkinan besar iya. Karena mereka keluar dari ruang rawat inap seorang tabib ternama. Tukang pukul tersebut menjalankan misi tentu dengan imbalan yang setimpal dengan mangsa mereka. Mereka pergi hanya empat orang saja, pastinya yang menjadi incaran tidak begitu berbahaya.

Mahesa memutuskan untuk mengikuti keempat orang yang mendorong gerobak.

Terpopuler

Comments

Wedus Gembel

Wedus Gembel

semoga ini pentunjuk penting

2022-05-06

1

Wedus Gembel

Wedus Gembel

selama masih hidup pasti akan mendapatkan kesulitan. itu biasa kalo dapat saweran berarti lagi dangdutan

2022-05-06

1

Thomas Andreas

Thomas Andreas

menegangkan

2022-04-02

1

lihat semua
Episodes
1 Keluarga Kecil
2 Kawan Lama
3 Kegemaran Nyeleneh
4 Suhita Hilang
5 Kejadian Sebenarnya
6 Klan Mata Hantu
7 Klan Mata Hantu ll
8 Klan Mata Hantu lll
9 Cabang Klan
10 Sedikit Petunjuk
11 Gua Laba-laba
12 Tujuh Laba-laba
13 Teh Beracun
14 Menaklukkan Labirin
15 Berkas Penting
16 Rumah Yang Kosong
17 Dari Celah Lubang
18 Darah dibayar Darah
19 Menulis Catatan Racun
20 Wanita Pengasuh
21 Merampok perampok
22 Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23 Kehadiran Dua Pengasuh
24 Tabib Yang Dicari
25 Orang Di Dasar Jurang
26 Tabib Titisan Dewa
27 Menunggu Ayah Pulang
28 Penyusup
29 Dua Kitab Beda Warna
30 Keinginan Yang Dinanti
31 Sepucuk Surat
32 Belati Berbisa
33 Dua Mata Koin
34 Yang Diharapkan
35 Bukit Naga Hijau
36 Di Dalam Gua
37 Sekarang Berbeda
38 Penyakit Aneh
39 Asap Pengubur Nyata
40 Gua Badai Salju
41 Gua Badai Salju ll
42 Keluar Dari Bukit Hujan
43 Pertemuan Tak Terduga
44 Di Penginapan
45 Pembantaian Keji
46 Pertarungan Di Tepi Hutan
47 Mengintai
48 Bekerja Sama
49 Kitab Langit dan Bumi
50 Kitab Langit dan Bumi ll
51 Cara Penyelamatan
52 Mahluk Alam Astral
53 Jalan Keinginan
54 Membuka Seluruh Level Kekuatan
55 Perjalanan Menuju Giling Wesi
56 Mengobati Penyakit Aneh
57 Penyakit Yang Sebenarnya
58 Kelompok Jubah Hitam
59 Menyamar Sebagai Anggota
60 Markas Kelompok Jubah Hitam
61 Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62 Ruang Penjara
63 Enam Pendekar
64 Kekalahan Enam Pendekar
65 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68 Menyudahi
69 Eee ... Ketemu Lagi
70 Bocah Nakal
71 Pertandingan Semifinal
72 Jurus Racun Bayangan
73 PENGUMUMAN
74 Menara Kematian
75 Kekompakan Saudara
76 Mundur Untuk Menang
77 Menembus Partai Final
78 Murid Berbakat
79 Malam Menjelang Final
80 Malaikat Pelindung
81 Pertandingan Final
82 Pertandingan Final ll
83 Janji Seorang Abdi
84 Pertandingan Terakhir
85 Pertandingan Terakhir ll
86 Juara Sejati
87 Senyuman Tipis
88 Racun Duri Teratai
89 Malam Perpisahan
90 Peti Jenazah
91 Ratu Racun
92 Di Kedai Tepi Jalan
93 Perjalanan Berkuda
94 Penjaga Pintu Gua
95 Gua Siluman
96 Pengkhianatan Nilam Sari
97 Terbang Bersama
98 Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99 Keberadaan Teratai Berduri
100 Dua Pendekar Pedang Kembar
101 Rencana Busuk
102 Dalam Perjalanan Pulang
103 Pembunuh Bayaran
104 Cugung Badas
105 Kuda Misterius
106 Surat Perjanjian
107 Keputusan 'Bijak'
108 Tiba Di Giling Wesi
109 Khasiat Daun Teratai Berduri
110 Jalan Kesembuhan
111 Pria Di Atap Penginapan
112 Tamu Istimewa
113 Bayangan Mencurigakan
114 Serangan Mendadak
115 Hasil Yang Didapat
116 Bantuan Tidak Terduga
117 Jarum Kehidupan
118 Bukan Lawan Yang Sepadan
119 Tawanan
120 Rintik Air Hujan
121 Tamu Istimewa
122 Kedatangan Tamu Istimewa
123 Pasukan Mayat Hidup
124 Pasukan Mayat Hidup ll
125 Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126 Tiga Saudara
127 Pertukaran Yang Adil
128 Kerjasama
129 Keberhasilan Misi
130 Pertarungan Terakhir (End)
131 Sepuluh Tahun Kemudian
132 Sosok Misterius
133 Saudara Kembar
134 Candi Karusian
135 Prahara di Candi Karusian
136 Penculik
137 Seorang Buronan
138 Siluman Penculik
139 Sumber Racun
140 Mencari Mata Air Beracun
141 Padepokan Lembah Wilis
142 Pendekar Naga Kresna
143 Siluman Penebar Racun
144 Kekalahan Tabib Dewa
145 Melanjutkan Perjalanan
146 Gua Misterius
147 Ruang Rahasia
148 Dewi Kundalini
149 Penggugah Hati
150 Energi Asing
151 Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152 Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153 Perselisihan
154 Melarikan Diri
155 Jejak Kemuning
156 Hukuman bagi Penjahat Korup
157 Dipaksa Menikah
158 Duduk Nikah, Tegak Cerai
159 Diah Pitaloka
160 Keamanan Tabib Dewa
161 Pagi yang Mencekam
162 Singa yang Terjaga
163 Tanpa Alasan?
164 Lumut Kehidupan
165 Ada Daging, Buaya Mendekat
166 Bukan Sumberdaya
167 Janji Masa Kecil
168 Menjelang Dini Hari
169 Rahasia Kemuning
170 Penyusup
171 Penyusup ll
172 Burcangijo
173 Laporan Tiliksandi
174 Sosok Di Balik Layar
175 Jawaban Sikap Suhita
176 Penginapan Luar Kota
177 Siluman Piton Berbisa
178 Sangkar Piton Berbisa
179 Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180 Celah Luka
181 Alam Evolusi
182 Bidadari Surga
183 Gingseng Seribu Nyawa
184 Mutiara Hati
185 Petaka Setelah Hujan
186 Desa Batu
187 Serangan di Desa Batu
188 Putri Foniks
189 Biara Cahaya
190 Pasukan Sayap Kelelawar
191 Kontak Batin
192 Ilmu Sirep
193 Malam Yang Terlewatkan
194 Malam Yang Terlewatkan ll
195 Burung Pengintai
196 Penginapan Muvvah
197 Ahli Nujum
198 Jari Penghancur
199 Praduga
200 Pertarungan, dimulai
201 Jala Sutra
202 Bantuan Pasukan Regu Kedua
203 Awal Perselisihan
204 Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205 Cerita Kencana Sari
206 Rumah Bordil
207 Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208 Kediaman Kemuning
209 Tamu Istimewa
210 Kujang Kembar
211 Pertarungan Sengit
212 Kekalahan Kujang Kembar
213 Pembunuh Bayaran
214 Siluman Kabut
215 Raja Iblis dari Lereng Utara
216 Sungai Kecil di Padang Tandus
217 Akibat Perut Sakit
218 Malaikat Penolong Tepat Waktu
219 Keberadaan Dewi Api
220 Kuil Sinar Mulya
221 Jurus Pedang Rahasia
222 Obat Mujarab
223 Kedai Makan
224 Efek Negatif Aura Siluman
225 Racun Penyelamat
226 Keputusan Sulit
227 Tetes Darah Perawan
228 Kejadian di Warung Makan
229 Boneka Sihir
230 Fragmen Tanah
231 Fragmen Tanah ll
232 Ibuku Seorang Siluman
233 Pulau Seribu Pandan
234 Di Perjalanan
235 Karpet Emas
236 Alam Dedemit
237 Hari Ulang Tahun
238 Dendam Lama
239 Ajang Balas Dendam
240 Kemenangan dalam Duka
Episodes

Updated 240 Episodes

1
Keluarga Kecil
2
Kawan Lama
3
Kegemaran Nyeleneh
4
Suhita Hilang
5
Kejadian Sebenarnya
6
Klan Mata Hantu
7
Klan Mata Hantu ll
8
Klan Mata Hantu lll
9
Cabang Klan
10
Sedikit Petunjuk
11
Gua Laba-laba
12
Tujuh Laba-laba
13
Teh Beracun
14
Menaklukkan Labirin
15
Berkas Penting
16
Rumah Yang Kosong
17
Dari Celah Lubang
18
Darah dibayar Darah
19
Menulis Catatan Racun
20
Wanita Pengasuh
21
Merampok perampok
22
Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23
Kehadiran Dua Pengasuh
24
Tabib Yang Dicari
25
Orang Di Dasar Jurang
26
Tabib Titisan Dewa
27
Menunggu Ayah Pulang
28
Penyusup
29
Dua Kitab Beda Warna
30
Keinginan Yang Dinanti
31
Sepucuk Surat
32
Belati Berbisa
33
Dua Mata Koin
34
Yang Diharapkan
35
Bukit Naga Hijau
36
Di Dalam Gua
37
Sekarang Berbeda
38
Penyakit Aneh
39
Asap Pengubur Nyata
40
Gua Badai Salju
41
Gua Badai Salju ll
42
Keluar Dari Bukit Hujan
43
Pertemuan Tak Terduga
44
Di Penginapan
45
Pembantaian Keji
46
Pertarungan Di Tepi Hutan
47
Mengintai
48
Bekerja Sama
49
Kitab Langit dan Bumi
50
Kitab Langit dan Bumi ll
51
Cara Penyelamatan
52
Mahluk Alam Astral
53
Jalan Keinginan
54
Membuka Seluruh Level Kekuatan
55
Perjalanan Menuju Giling Wesi
56
Mengobati Penyakit Aneh
57
Penyakit Yang Sebenarnya
58
Kelompok Jubah Hitam
59
Menyamar Sebagai Anggota
60
Markas Kelompok Jubah Hitam
61
Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62
Ruang Penjara
63
Enam Pendekar
64
Kekalahan Enam Pendekar
65
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68
Menyudahi
69
Eee ... Ketemu Lagi
70
Bocah Nakal
71
Pertandingan Semifinal
72
Jurus Racun Bayangan
73
PENGUMUMAN
74
Menara Kematian
75
Kekompakan Saudara
76
Mundur Untuk Menang
77
Menembus Partai Final
78
Murid Berbakat
79
Malam Menjelang Final
80
Malaikat Pelindung
81
Pertandingan Final
82
Pertandingan Final ll
83
Janji Seorang Abdi
84
Pertandingan Terakhir
85
Pertandingan Terakhir ll
86
Juara Sejati
87
Senyuman Tipis
88
Racun Duri Teratai
89
Malam Perpisahan
90
Peti Jenazah
91
Ratu Racun
92
Di Kedai Tepi Jalan
93
Perjalanan Berkuda
94
Penjaga Pintu Gua
95
Gua Siluman
96
Pengkhianatan Nilam Sari
97
Terbang Bersama
98
Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99
Keberadaan Teratai Berduri
100
Dua Pendekar Pedang Kembar
101
Rencana Busuk
102
Dalam Perjalanan Pulang
103
Pembunuh Bayaran
104
Cugung Badas
105
Kuda Misterius
106
Surat Perjanjian
107
Keputusan 'Bijak'
108
Tiba Di Giling Wesi
109
Khasiat Daun Teratai Berduri
110
Jalan Kesembuhan
111
Pria Di Atap Penginapan
112
Tamu Istimewa
113
Bayangan Mencurigakan
114
Serangan Mendadak
115
Hasil Yang Didapat
116
Bantuan Tidak Terduga
117
Jarum Kehidupan
118
Bukan Lawan Yang Sepadan
119
Tawanan
120
Rintik Air Hujan
121
Tamu Istimewa
122
Kedatangan Tamu Istimewa
123
Pasukan Mayat Hidup
124
Pasukan Mayat Hidup ll
125
Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126
Tiga Saudara
127
Pertukaran Yang Adil
128
Kerjasama
129
Keberhasilan Misi
130
Pertarungan Terakhir (End)
131
Sepuluh Tahun Kemudian
132
Sosok Misterius
133
Saudara Kembar
134
Candi Karusian
135
Prahara di Candi Karusian
136
Penculik
137
Seorang Buronan
138
Siluman Penculik
139
Sumber Racun
140
Mencari Mata Air Beracun
141
Padepokan Lembah Wilis
142
Pendekar Naga Kresna
143
Siluman Penebar Racun
144
Kekalahan Tabib Dewa
145
Melanjutkan Perjalanan
146
Gua Misterius
147
Ruang Rahasia
148
Dewi Kundalini
149
Penggugah Hati
150
Energi Asing
151
Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152
Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153
Perselisihan
154
Melarikan Diri
155
Jejak Kemuning
156
Hukuman bagi Penjahat Korup
157
Dipaksa Menikah
158
Duduk Nikah, Tegak Cerai
159
Diah Pitaloka
160
Keamanan Tabib Dewa
161
Pagi yang Mencekam
162
Singa yang Terjaga
163
Tanpa Alasan?
164
Lumut Kehidupan
165
Ada Daging, Buaya Mendekat
166
Bukan Sumberdaya
167
Janji Masa Kecil
168
Menjelang Dini Hari
169
Rahasia Kemuning
170
Penyusup
171
Penyusup ll
172
Burcangijo
173
Laporan Tiliksandi
174
Sosok Di Balik Layar
175
Jawaban Sikap Suhita
176
Penginapan Luar Kota
177
Siluman Piton Berbisa
178
Sangkar Piton Berbisa
179
Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180
Celah Luka
181
Alam Evolusi
182
Bidadari Surga
183
Gingseng Seribu Nyawa
184
Mutiara Hati
185
Petaka Setelah Hujan
186
Desa Batu
187
Serangan di Desa Batu
188
Putri Foniks
189
Biara Cahaya
190
Pasukan Sayap Kelelawar
191
Kontak Batin
192
Ilmu Sirep
193
Malam Yang Terlewatkan
194
Malam Yang Terlewatkan ll
195
Burung Pengintai
196
Penginapan Muvvah
197
Ahli Nujum
198
Jari Penghancur
199
Praduga
200
Pertarungan, dimulai
201
Jala Sutra
202
Bantuan Pasukan Regu Kedua
203
Awal Perselisihan
204
Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205
Cerita Kencana Sari
206
Rumah Bordil
207
Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208
Kediaman Kemuning
209
Tamu Istimewa
210
Kujang Kembar
211
Pertarungan Sengit
212
Kekalahan Kujang Kembar
213
Pembunuh Bayaran
214
Siluman Kabut
215
Raja Iblis dari Lereng Utara
216
Sungai Kecil di Padang Tandus
217
Akibat Perut Sakit
218
Malaikat Penolong Tepat Waktu
219
Keberadaan Dewi Api
220
Kuil Sinar Mulya
221
Jurus Pedang Rahasia
222
Obat Mujarab
223
Kedai Makan
224
Efek Negatif Aura Siluman
225
Racun Penyelamat
226
Keputusan Sulit
227
Tetes Darah Perawan
228
Kejadian di Warung Makan
229
Boneka Sihir
230
Fragmen Tanah
231
Fragmen Tanah ll
232
Ibuku Seorang Siluman
233
Pulau Seribu Pandan
234
Di Perjalanan
235
Karpet Emas
236
Alam Dedemit
237
Hari Ulang Tahun
238
Dendam Lama
239
Ajang Balas Dendam
240
Kemenangan dalam Duka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!