Sedikit Petunjuk

Tanpa ampun, Dewi Api langsung membakar markas cabang klan mata hantu  setelah mengobrak-abrik tempat itu dan tidak menemukan apa pun yang dia cari.

Si jago merah berkobar, menyala dan melahap segala yang ditemuinya. Kekuatan tenaga dalam inti api milik Dewi Api memang tidak mengenal kompromi. Sekali dihentakkan maka akan langsung menjatuhkan korban. Sementara, Mahesa diam saja. Dia tidak ikut serta dalam penghancuran itu. Lagi pula, tidak akan ada hal positif yang bisa timbulkan keuntungan untuk mereka.

"Aku menduga jika pemilik toko pakaian itu merupakan bagian dari mereka. Karena masalah tertentu, makanya mereka saling celakai," ucap Mahesa ketika Dewi Api telah selesai dengan aktivitasnya. Markas klan mata hantu telah hancur dan hanya menyisakan puing-puing.

"Kau punya informasi?" tanya Dewi Api. Dia duduk di sebelah suaminya. Ya, memang setelah menghabisi Durantra, Mahesa hanya duduk santai sambil menyaksikannya istrinya membabat habis kekuatan klan mata hantu berikut membumi hanguskan markas mereka.

"Tidak. Hanya saja, aku menangkap seorang pelayan di toko pakaian itu," kemudian Mahesa menjelang tentang pelayan yang sekarang berada di dalam kurungan kristal es miliknya.

"Mengapa belum kau lakukan?! Suamiku, kau ini ... huuhhh !!!" Dewi Api mengepalkan tangannya di depan wajah Mahesa.

Mahesa beralasan belum sempat untuk memproses tawanan tersebut. Dia belum punya banyak waktu sekadar untuk gunakan kemampuan tranparansi mimpi.

"Baiklah-baiklah! Terserah kau saja! Terserah!" Dewi Api berdiri dan hendak berjalan pergi.

"Mau ke mana? Tunggu dulu ..." Mahesa menangkap lengan Dewi Api.

"Apa lagi?"

"Kita kembali datangi toko pakaian di kota itu. Aku yakin, di dalamnya tersembunyi sesuatu yang besar. Kau punya kuasa untuk masuk ke tempat itu tanpa menimbulkan banyak pertanyaan. Ayo," Mahesa terus menarik Dewi Api. Sepasang suami istri muda itu menuju pusat perbelanjaan kota.

Dengan bersama Dewi Api yang merupakan tokoh khusus di Padepokan Api Suci tentunya Mahesa tidak perlu banyak mulut untuk menjawab semua tatapan mata dari mereka, baik pihak padepokan atau pun juga prajurit kerajaan yang sedang melakukan investigasi. Dewi Api memiliki kuasa atas segala kekacauan atau pun hal lain. Sementara, Mahesa hanyalah seorang menantu. Dia bukan anggota padepokan ataupun pejabat pemerintahan. Jika saja ikut campur dalam masalah itu, tentu merupakan tindakan yang melanggar hukum. Paling tidak, orang-orang akan menganggap Mahesa sebagai seorang yang serakah dan hanya mencari muka.

Dugaan Mahesa tidak meleset. Ketika mereka berdua tiba di toko pakaian tersebut, ada beberapa orang yang berjaga sekaligus menggali informasi di tempat kejadian.

"Dewi Api, silahkan. Senang rasanya, tugas seperti ini, kami mendapatkan perhatian langsung darimu," Brangas, kepala penyelidikan kasus membungkuk hormat.

"Aku dan suamiku ingin masuk dan melihat-lihat. Tentu saja aku butuh izin dari kalian," Dewi Api menatap satu persatu para pendekar yang sama-sama merupakan anggota dari Padepokan Api Suci.

"Ah, kau jangan bicara begitu. Memangnya kami ini siapa? Nona Dewi jangan terlalu berlebihan," seorang pejabat pemerintah yang menjawab.

"Baik terima kasih. Kalau begitu, kami akan masuk terlebih dahulu," Dewi Api menoleh pada Mahesa yang berdiri di belakangnya. Dengan satu anggukan kecil mengajak suaminya itu untuk segera masuk.

Mahesa membungkuk hormat, mengucapkan terima kasih pada para petugas. Dia mengikuti langkah sang istri masuk ke dalam. Meskipun kenyataannya kemampuan sepasang suami-istri tersebut bukanlah untuk diukur pada mereka yang ada, tapi secara tata krama hal semacam itu sangat wajar untuk dilakukan. Memang, dunia politik sangatlah berbeda. Di mana semua orang diwajibkan untuk berperan dan bersandiwara.

Di dalam ruangan, suasana sangat gelap gulita. Lampu penerangan yang ada sudah hancur dan hangus terbakar. Bangunan tiga lantai itu sudah seperti bangunan pra sejahtera saja dilihat pada malam hari.

"Mengapa kita harus diawasi? Sialan! Mereka pikir, siapa mereka?! Besok aku akan cabut segala kewenangan yang mereka punya. Dan larang mereka untuk datang, menyebalkan!" Dewi Api menggerutu karena merasa kalau langkah mereka dibatasi. Para petugas itu lagi-lagi mengawasi yang mereka lakukan.

"Apa kau temukan sesuatu yang aneh?" bisik Dewi Api kemudian. Mereka sudah memeriksa di semua lantai, tapi yang ditemukan hanyalah puing-puing bekas kebakaran. Tidak lebih.

"Emmm, istriku. Menurutmu, ada berapa lantai bangunan toko ini?" tanya Mahesa saat mereka tiba di lantai paling atas.

Dewi Api mendongakkan kepalanya, memeriksa tiang bangunan yang dilebihkan panjangnya. Sepertinya sang pemilik merencanakan untuk menambah jumlah lantai suatu saat nanti.

"Oh, ya. Apa lantai ghaib di atas sana? Suamiku, kau jangan bercanda. Tentu saja bangun ini hanya ada ti ..." Dewi Api tidak melanjutkan kalimatnya. Dia melangkah menuju sudut ruangan. Dan wanita itu menemukan hal yang janggal.

Jumlah tiang dan bentuknya berbeda dengan lantai bawah. Dua lantai, yakni lantai dua dan tiga memiliki kesamaan, sementara lantai dasar sangat berbeda. Ada kemungkinan, di bawah lantai dasar terdapat satu lantai rahasia yang lain. Lantai bawah tanah, yang menyimpan misteri itu. Dan tugas mereka ialah menemukan jalan untuk ke sana.

Mahesa mengangguk, seakan telah mengetahui atas apa yang bermain di dalam benak sang istri. Untuk memastikan, keduanya kemudian kembali ke lantai dua. Petunjuk itu semakin jelas saja.

"Kita cukup mengitarinya satu kali lagi di lantai bawah. Apa pun yang kita temukan, besok saja dilanjutnya aku yang akan ambil alih kasus ini," ucap Dewi Api.

"Tidak perlu. Aku rasa, kita sama sekali tidak terlibat dalam masalah ini. Klan mata hantu punya masalah internal organisasi mereka. Andaipun kita temukan sesuatu, maka apa yang bisa kita lakukan?" Mahesa mengangkat bahu.

"Hei, pria ban*sat! Mengapa kau selalu saja menyebalkan?! Coba katakan, apa rencanamu," ingin rasanya Dewi Api menghantam wajah suaminya itu yang selalu saja membantah apa yang dia katakan.

Tiba-tiba Mahesa menyodorkan wajahnya pada Dewi Api. Dewi Api hampir saja melayangkan tangan, untung saja instingnya sebagai seorang pendekar menunjukkan jika ada telinga lain yang juga sedang mencari tahu. Dewi Api paham, Mahesa hanya berpura-pura minta dicivm, untuk mengalihkan perhatian saat dia membisikkan sesuatu. Dewi Api segera melakukan apa yang diinginkan oleh suaminya.

Sikap Dewi Api selalu berbeda jika Mahesa sering bersama dengannya. Karena memang itulah yang dia inginkan. Bahkan kalau bisa, setiap hari dan setiap saat, Mahesa terus berada di sisinya.

Setelah berpelukan beberapa saat, keduanya kemudian turun dan berniat pulang. Dewi Api mengatakan pada Brangas, jika dalam tiga hari belum bisa pecahkan kasus ini maka dia akan mengambil alih.

"Dewi Api, apa maksudmu? Jika kau temukan sesuatu, mengapa tidak beritahu kami? Namamu pasti akan disebut dan jasa besarmu akan selalu diingat. Bukankah ini untuk kepentingan bersama?" Brangas mengerutkan dahinya mendengar penuturan Dewi Api.

"Anggap kau pandai bicara, tapi aku tidak suka setiap langkah kakiku terus diawasi. Itu menandakan kalian mencurigaiku. Dan kau tahu 'kan aku pantang untuk dihina. Suamiku, kita pulang," Dewi Api kemudian menggandeng tangan Mahesa meningkatkan Brangas dan anggota.

"Kurang ajar! Dia terlalu memandang kita dengan sebelah mata. Lihat saja, aku akan buktikan jika kita juga bisa!" Brangas mendengkus kesal. Mereka kemudian segera bekerja lagi. Diantara mereka, ada yang menelusuri arah yang Mahesa dan Dewi Api tempuh, berharap menemukan sesuatu seperti yang mereka dugakan.

°°°

Malam itu, Mahesa dan Dewi Api bersama seperti biasa. Raka Jaya pun nampak ceria, menceritakan segala hal yang dia dapatkan pada ayahnya. Ya, keluarga kecil itu tidak nampak sedang dalam gejolak. Mereka tenang-tenang saja. Hanya Mahesa saja yang merasakan sedikit adanya kejanggalan. Dewi Api sangat manis, pasti ada yang disembunyikan. Sungguh, Mahesa merasa kasihan pada istri pertamanya itu. Ambisinya terlalu besar, hingga dia menyakiti dirinya sendiri.

"Istriku, kau benar-benar menemui pimpinan padepokan untuk mengambil alih kasus ini?" tanya Mahesa memastikan sekali lagi.

Dewi Api tertawa kecil. Tentu saja tidak. Dewi Api hanya menggertak saja, dengan begitu dia berharap Brangas bisa bekerja lebih cekatan. Lagi pula, mana mungkin Dewi Api tertarik pada kasus tidak penting seperti itu. Untuk lakukan penelusuran karena telah libatkan Raja Jaya, bukankah ada suaminya yang bisa diandalkan?

"Raka, ayah dan ibu pergi dulu, ya. Kau jangan nakal," Mahesa mencivm kedua pipi anaknya sebelum pergi.

"Iya, ayah. Hari ini, kakek akan mengajari aku cara memanah. Nanti kalau aku sudah besar, akan tangkapkan seekor rusa yang besar untuk ayah dan ibu," ujar Raka Jaya penuh semangat.

Mahesa tertawa menyemangati putranya. Dia yakin, Wana Abiyasa akan mampu membentuk Raka Jaya menjadi seorang pendekar layaknya sang ibu.

"Tempat apa ini?" Dewi Api memandang berkeliling.

"Tidak tahu, tapi yang pasti orang itu ada di sini," Mahesa memetikkan jarinya dan seketika kristal es muncul kemudian pecah. Seorang pria tergeletak di tanah sambil terbatuk-batuk. Dia adalah pelayan toko pakaian, anak buah Ki Wijen.

Wajah orang itu terlihat sangat buruk saat mendapati ada Dewi Api dan Elang Putih sekaligus duduk di depannya. Bukan berita bagus. Jangankan dirinya, itu artinya keluarganya pun sedang dalam masalah. Jika ingin tetap hidup, tentunya dia butuh cara yang paling bijak.

"Tidak usah banyak bicara, suamiku sudah tahu semuanya. Kau hanya perlu untuk tunjukkan etikad baik. Kecuali jika mencoba untuk menjadikan hayalanmu dalam dunia nyata," kalimat Dewi Api menyambut sang pelayan saat dia kembali pada kesadaran penuh.

"Aku sudah katakan apa yang aku ingin. Pendekar Elang, kau akan membantuku 'kan?"

"Tidak akan ada orang yang bisa menyentuhmu, selama kau bersama kami. Sekarang, ayo jalan!" ucap Mahesa yang langsung disambut dengan gembira oleh pelayan toko pakaian yang mengaku bernama Sukoco.

Sukoco akan mengantarkan Mahesa pada Ki Wijen. Pemilik toko pakaian yang merupakan orang berpengaruh dalam klan mata hantu. Ki Wijen keluar organisasi kemudian melarikan diri dengan menyamar menjadi seorang pedagang di kota bilah api. Segudang rahasia tersimpan pada sosok pria tua itu. Makanya, klan mata hantu begitu inginkan nyawa Ki Wijen.

Mahesa dan Dewi Api ingin bertemu dengan Ki Wijen, karena mereka berdua sangat yakin, ada hal besar yang sedang direncanakan oleh kelompok Ki Wijen ataupun klan mata hantu di kota bilah api.

Terpopuler

Comments

Thomas Andreas

Thomas Andreas

dewi api mengamuk

2022-04-02

2

Deby Cinta

Deby Cinta

ceraikan sj si dewi api...perempuan kasar

2021-02-04

7

@elang_raihan.Nr☕+🚬🐅🗡🐫🍌

@elang_raihan.Nr☕+🚬🐅🗡🐫🍌

Ditunggu up ☕

2021-02-04

4

lihat semua
Episodes
1 Keluarga Kecil
2 Kawan Lama
3 Kegemaran Nyeleneh
4 Suhita Hilang
5 Kejadian Sebenarnya
6 Klan Mata Hantu
7 Klan Mata Hantu ll
8 Klan Mata Hantu lll
9 Cabang Klan
10 Sedikit Petunjuk
11 Gua Laba-laba
12 Tujuh Laba-laba
13 Teh Beracun
14 Menaklukkan Labirin
15 Berkas Penting
16 Rumah Yang Kosong
17 Dari Celah Lubang
18 Darah dibayar Darah
19 Menulis Catatan Racun
20 Wanita Pengasuh
21 Merampok perampok
22 Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23 Kehadiran Dua Pengasuh
24 Tabib Yang Dicari
25 Orang Di Dasar Jurang
26 Tabib Titisan Dewa
27 Menunggu Ayah Pulang
28 Penyusup
29 Dua Kitab Beda Warna
30 Keinginan Yang Dinanti
31 Sepucuk Surat
32 Belati Berbisa
33 Dua Mata Koin
34 Yang Diharapkan
35 Bukit Naga Hijau
36 Di Dalam Gua
37 Sekarang Berbeda
38 Penyakit Aneh
39 Asap Pengubur Nyata
40 Gua Badai Salju
41 Gua Badai Salju ll
42 Keluar Dari Bukit Hujan
43 Pertemuan Tak Terduga
44 Di Penginapan
45 Pembantaian Keji
46 Pertarungan Di Tepi Hutan
47 Mengintai
48 Bekerja Sama
49 Kitab Langit dan Bumi
50 Kitab Langit dan Bumi ll
51 Cara Penyelamatan
52 Mahluk Alam Astral
53 Jalan Keinginan
54 Membuka Seluruh Level Kekuatan
55 Perjalanan Menuju Giling Wesi
56 Mengobati Penyakit Aneh
57 Penyakit Yang Sebenarnya
58 Kelompok Jubah Hitam
59 Menyamar Sebagai Anggota
60 Markas Kelompok Jubah Hitam
61 Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62 Ruang Penjara
63 Enam Pendekar
64 Kekalahan Enam Pendekar
65 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68 Menyudahi
69 Eee ... Ketemu Lagi
70 Bocah Nakal
71 Pertandingan Semifinal
72 Jurus Racun Bayangan
73 PENGUMUMAN
74 Menara Kematian
75 Kekompakan Saudara
76 Mundur Untuk Menang
77 Menembus Partai Final
78 Murid Berbakat
79 Malam Menjelang Final
80 Malaikat Pelindung
81 Pertandingan Final
82 Pertandingan Final ll
83 Janji Seorang Abdi
84 Pertandingan Terakhir
85 Pertandingan Terakhir ll
86 Juara Sejati
87 Senyuman Tipis
88 Racun Duri Teratai
89 Malam Perpisahan
90 Peti Jenazah
91 Ratu Racun
92 Di Kedai Tepi Jalan
93 Perjalanan Berkuda
94 Penjaga Pintu Gua
95 Gua Siluman
96 Pengkhianatan Nilam Sari
97 Terbang Bersama
98 Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99 Keberadaan Teratai Berduri
100 Dua Pendekar Pedang Kembar
101 Rencana Busuk
102 Dalam Perjalanan Pulang
103 Pembunuh Bayaran
104 Cugung Badas
105 Kuda Misterius
106 Surat Perjanjian
107 Keputusan 'Bijak'
108 Tiba Di Giling Wesi
109 Khasiat Daun Teratai Berduri
110 Jalan Kesembuhan
111 Pria Di Atap Penginapan
112 Tamu Istimewa
113 Bayangan Mencurigakan
114 Serangan Mendadak
115 Hasil Yang Didapat
116 Bantuan Tidak Terduga
117 Jarum Kehidupan
118 Bukan Lawan Yang Sepadan
119 Tawanan
120 Rintik Air Hujan
121 Tamu Istimewa
122 Kedatangan Tamu Istimewa
123 Pasukan Mayat Hidup
124 Pasukan Mayat Hidup ll
125 Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126 Tiga Saudara
127 Pertukaran Yang Adil
128 Kerjasama
129 Keberhasilan Misi
130 Pertarungan Terakhir (End)
131 Sepuluh Tahun Kemudian
132 Sosok Misterius
133 Saudara Kembar
134 Candi Karusian
135 Prahara di Candi Karusian
136 Penculik
137 Seorang Buronan
138 Siluman Penculik
139 Sumber Racun
140 Mencari Mata Air Beracun
141 Padepokan Lembah Wilis
142 Pendekar Naga Kresna
143 Siluman Penebar Racun
144 Kekalahan Tabib Dewa
145 Melanjutkan Perjalanan
146 Gua Misterius
147 Ruang Rahasia
148 Dewi Kundalini
149 Penggugah Hati
150 Energi Asing
151 Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152 Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153 Perselisihan
154 Melarikan Diri
155 Jejak Kemuning
156 Hukuman bagi Penjahat Korup
157 Dipaksa Menikah
158 Duduk Nikah, Tegak Cerai
159 Diah Pitaloka
160 Keamanan Tabib Dewa
161 Pagi yang Mencekam
162 Singa yang Terjaga
163 Tanpa Alasan?
164 Lumut Kehidupan
165 Ada Daging, Buaya Mendekat
166 Bukan Sumberdaya
167 Janji Masa Kecil
168 Menjelang Dini Hari
169 Rahasia Kemuning
170 Penyusup
171 Penyusup ll
172 Burcangijo
173 Laporan Tiliksandi
174 Sosok Di Balik Layar
175 Jawaban Sikap Suhita
176 Penginapan Luar Kota
177 Siluman Piton Berbisa
178 Sangkar Piton Berbisa
179 Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180 Celah Luka
181 Alam Evolusi
182 Bidadari Surga
183 Gingseng Seribu Nyawa
184 Mutiara Hati
185 Petaka Setelah Hujan
186 Desa Batu
187 Serangan di Desa Batu
188 Putri Foniks
189 Biara Cahaya
190 Pasukan Sayap Kelelawar
191 Kontak Batin
192 Ilmu Sirep
193 Malam Yang Terlewatkan
194 Malam Yang Terlewatkan ll
195 Burung Pengintai
196 Penginapan Muvvah
197 Ahli Nujum
198 Jari Penghancur
199 Praduga
200 Pertarungan, dimulai
201 Jala Sutra
202 Bantuan Pasukan Regu Kedua
203 Awal Perselisihan
204 Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205 Cerita Kencana Sari
206 Rumah Bordil
207 Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208 Kediaman Kemuning
209 Tamu Istimewa
210 Kujang Kembar
211 Pertarungan Sengit
212 Kekalahan Kujang Kembar
213 Pembunuh Bayaran
214 Siluman Kabut
215 Raja Iblis dari Lereng Utara
216 Sungai Kecil di Padang Tandus
217 Akibat Perut Sakit
218 Malaikat Penolong Tepat Waktu
219 Keberadaan Dewi Api
220 Kuil Sinar Mulya
221 Jurus Pedang Rahasia
222 Obat Mujarab
223 Kedai Makan
224 Efek Negatif Aura Siluman
225 Racun Penyelamat
226 Keputusan Sulit
227 Tetes Darah Perawan
228 Kejadian di Warung Makan
229 Boneka Sihir
230 Fragmen Tanah
231 Fragmen Tanah ll
232 Ibuku Seorang Siluman
233 Pulau Seribu Pandan
234 Di Perjalanan
235 Karpet Emas
236 Alam Dedemit
237 Hari Ulang Tahun
238 Dendam Lama
239 Ajang Balas Dendam
240 Kemenangan dalam Duka
Episodes

Updated 240 Episodes

1
Keluarga Kecil
2
Kawan Lama
3
Kegemaran Nyeleneh
4
Suhita Hilang
5
Kejadian Sebenarnya
6
Klan Mata Hantu
7
Klan Mata Hantu ll
8
Klan Mata Hantu lll
9
Cabang Klan
10
Sedikit Petunjuk
11
Gua Laba-laba
12
Tujuh Laba-laba
13
Teh Beracun
14
Menaklukkan Labirin
15
Berkas Penting
16
Rumah Yang Kosong
17
Dari Celah Lubang
18
Darah dibayar Darah
19
Menulis Catatan Racun
20
Wanita Pengasuh
21
Merampok perampok
22
Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23
Kehadiran Dua Pengasuh
24
Tabib Yang Dicari
25
Orang Di Dasar Jurang
26
Tabib Titisan Dewa
27
Menunggu Ayah Pulang
28
Penyusup
29
Dua Kitab Beda Warna
30
Keinginan Yang Dinanti
31
Sepucuk Surat
32
Belati Berbisa
33
Dua Mata Koin
34
Yang Diharapkan
35
Bukit Naga Hijau
36
Di Dalam Gua
37
Sekarang Berbeda
38
Penyakit Aneh
39
Asap Pengubur Nyata
40
Gua Badai Salju
41
Gua Badai Salju ll
42
Keluar Dari Bukit Hujan
43
Pertemuan Tak Terduga
44
Di Penginapan
45
Pembantaian Keji
46
Pertarungan Di Tepi Hutan
47
Mengintai
48
Bekerja Sama
49
Kitab Langit dan Bumi
50
Kitab Langit dan Bumi ll
51
Cara Penyelamatan
52
Mahluk Alam Astral
53
Jalan Keinginan
54
Membuka Seluruh Level Kekuatan
55
Perjalanan Menuju Giling Wesi
56
Mengobati Penyakit Aneh
57
Penyakit Yang Sebenarnya
58
Kelompok Jubah Hitam
59
Menyamar Sebagai Anggota
60
Markas Kelompok Jubah Hitam
61
Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62
Ruang Penjara
63
Enam Pendekar
64
Kekalahan Enam Pendekar
65
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68
Menyudahi
69
Eee ... Ketemu Lagi
70
Bocah Nakal
71
Pertandingan Semifinal
72
Jurus Racun Bayangan
73
PENGUMUMAN
74
Menara Kematian
75
Kekompakan Saudara
76
Mundur Untuk Menang
77
Menembus Partai Final
78
Murid Berbakat
79
Malam Menjelang Final
80
Malaikat Pelindung
81
Pertandingan Final
82
Pertandingan Final ll
83
Janji Seorang Abdi
84
Pertandingan Terakhir
85
Pertandingan Terakhir ll
86
Juara Sejati
87
Senyuman Tipis
88
Racun Duri Teratai
89
Malam Perpisahan
90
Peti Jenazah
91
Ratu Racun
92
Di Kedai Tepi Jalan
93
Perjalanan Berkuda
94
Penjaga Pintu Gua
95
Gua Siluman
96
Pengkhianatan Nilam Sari
97
Terbang Bersama
98
Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99
Keberadaan Teratai Berduri
100
Dua Pendekar Pedang Kembar
101
Rencana Busuk
102
Dalam Perjalanan Pulang
103
Pembunuh Bayaran
104
Cugung Badas
105
Kuda Misterius
106
Surat Perjanjian
107
Keputusan 'Bijak'
108
Tiba Di Giling Wesi
109
Khasiat Daun Teratai Berduri
110
Jalan Kesembuhan
111
Pria Di Atap Penginapan
112
Tamu Istimewa
113
Bayangan Mencurigakan
114
Serangan Mendadak
115
Hasil Yang Didapat
116
Bantuan Tidak Terduga
117
Jarum Kehidupan
118
Bukan Lawan Yang Sepadan
119
Tawanan
120
Rintik Air Hujan
121
Tamu Istimewa
122
Kedatangan Tamu Istimewa
123
Pasukan Mayat Hidup
124
Pasukan Mayat Hidup ll
125
Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126
Tiga Saudara
127
Pertukaran Yang Adil
128
Kerjasama
129
Keberhasilan Misi
130
Pertarungan Terakhir (End)
131
Sepuluh Tahun Kemudian
132
Sosok Misterius
133
Saudara Kembar
134
Candi Karusian
135
Prahara di Candi Karusian
136
Penculik
137
Seorang Buronan
138
Siluman Penculik
139
Sumber Racun
140
Mencari Mata Air Beracun
141
Padepokan Lembah Wilis
142
Pendekar Naga Kresna
143
Siluman Penebar Racun
144
Kekalahan Tabib Dewa
145
Melanjutkan Perjalanan
146
Gua Misterius
147
Ruang Rahasia
148
Dewi Kundalini
149
Penggugah Hati
150
Energi Asing
151
Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152
Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153
Perselisihan
154
Melarikan Diri
155
Jejak Kemuning
156
Hukuman bagi Penjahat Korup
157
Dipaksa Menikah
158
Duduk Nikah, Tegak Cerai
159
Diah Pitaloka
160
Keamanan Tabib Dewa
161
Pagi yang Mencekam
162
Singa yang Terjaga
163
Tanpa Alasan?
164
Lumut Kehidupan
165
Ada Daging, Buaya Mendekat
166
Bukan Sumberdaya
167
Janji Masa Kecil
168
Menjelang Dini Hari
169
Rahasia Kemuning
170
Penyusup
171
Penyusup ll
172
Burcangijo
173
Laporan Tiliksandi
174
Sosok Di Balik Layar
175
Jawaban Sikap Suhita
176
Penginapan Luar Kota
177
Siluman Piton Berbisa
178
Sangkar Piton Berbisa
179
Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180
Celah Luka
181
Alam Evolusi
182
Bidadari Surga
183
Gingseng Seribu Nyawa
184
Mutiara Hati
185
Petaka Setelah Hujan
186
Desa Batu
187
Serangan di Desa Batu
188
Putri Foniks
189
Biara Cahaya
190
Pasukan Sayap Kelelawar
191
Kontak Batin
192
Ilmu Sirep
193
Malam Yang Terlewatkan
194
Malam Yang Terlewatkan ll
195
Burung Pengintai
196
Penginapan Muvvah
197
Ahli Nujum
198
Jari Penghancur
199
Praduga
200
Pertarungan, dimulai
201
Jala Sutra
202
Bantuan Pasukan Regu Kedua
203
Awal Perselisihan
204
Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205
Cerita Kencana Sari
206
Rumah Bordil
207
Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208
Kediaman Kemuning
209
Tamu Istimewa
210
Kujang Kembar
211
Pertarungan Sengit
212
Kekalahan Kujang Kembar
213
Pembunuh Bayaran
214
Siluman Kabut
215
Raja Iblis dari Lereng Utara
216
Sungai Kecil di Padang Tandus
217
Akibat Perut Sakit
218
Malaikat Penolong Tepat Waktu
219
Keberadaan Dewi Api
220
Kuil Sinar Mulya
221
Jurus Pedang Rahasia
222
Obat Mujarab
223
Kedai Makan
224
Efek Negatif Aura Siluman
225
Racun Penyelamat
226
Keputusan Sulit
227
Tetes Darah Perawan
228
Kejadian di Warung Makan
229
Boneka Sihir
230
Fragmen Tanah
231
Fragmen Tanah ll
232
Ibuku Seorang Siluman
233
Pulau Seribu Pandan
234
Di Perjalanan
235
Karpet Emas
236
Alam Dedemit
237
Hari Ulang Tahun
238
Dendam Lama
239
Ajang Balas Dendam
240
Kemenangan dalam Duka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!