Teh Beracun

Benar saja, baru saja beberapa langkah Mahesa dan Dewi Api meninggalkan gua laba-laba yang telah rata dengan tanah, di atas tebing yang tinggi ada sekelebat bayangan menyelinap dengan cepat. Tidak perduli itu adalah bayangan seekor lebah, yang jelas matanya digunakan untuk memata-matai Mahesa dan gua laba-laba. Itu artinya, dia berurusan dengan Mahesa.

"Seekor ular yang menghampiri tongkat pemukul. Suamiku, biar aku saja yang urus!" Dewi Api telah mendahului melesat mengejar bayangan tersebut.

"Hei, hati-hati! Di sana banyak jebakan!" teriak Mahesa.

Dewi Api acuh mendengarnya. Meskipun dia bisa mendengar dengan jelas. Malah semakin mempercepat gerakannya saja.

Mahesa tidak menyusul istrinya. Dia menuju jalan lain yang juga diduga menuju ke arah yang sama. Karena sehebat apa pun seseorang menyembunyikan energi bertarungnya, tetap saja jejak energi yang sebelumnya telah dilepaskan oleh tubuh masih bisa diendus oleh seorang dengan kemampuan tinggi layaknya Mahesa. Di sana, Mahesa menemukan setidaknya ada empat pendekar yang bersembunyi. Hanya saja, Mahesa belum menemukan tempat persembunyian mereka dengan jelas.

Mahesa memicingkan matanya, Ilmu Mata Naga dia gunakan di balik tindakannya itu. Ada seorang pria yang sedang tersesat di sana. Nampaknya dia salah mengambil jalan, dan hanya berputar-putar di dalam labirin batu di depan mereka.

Gawat! Ada labirin di sana, bagaimana dengan Dewi Api? Mahesa mengkhawatirkan keadaan istrinya. Pasti orang yang dikejar oleh Dewi Api tadi, membawa istri pertama Mahesa itu memasuki labirin.

"Hei, anak muda. Apa kau juga tersesat? Labirin sialan! Hampir setengah hari aku berputar dan ya, kau lihat sendiri. Aku masih di sini," dengan wajah yang lelah dan pucat, orang itu menyambut Mahesa dengan antusias. Sepertinya dia merasa lega karena memiliki seorang teman.

"Pastinya kau sangat haus. Aku lihat, kau tidak bawa persiapan," pria itu mengambil kendi air yang tergantung di pinggangnya. Lalu menyerahkan kendi itu pada Mahesa.

Mahesa tersenyum masam setelah mencium aroma teh yang ada di dalam kendi. Permainan anak kecil! Bahkan Suhita Prameswari yang baru berusia tujuh tahun pun akan tahu jika teh itu beracun. Jelas sekali jika orang ini adalah suruhan Ki Wijen dan hanya berpura-pura tersesat. Untuk kemudian membawa Mahesa ke dalam labirin dan sekalian dia sesatkan semakin dalam.

"Ayo jangan malu-malu. Itu adalah teh dari pegunungan Manghijau, teh yang sangat baik untuk kembalikan kebugaran tubuh," dengan meyakinkan, orang itu bicara. Dia bisa berujar demikian hanya karena tidak menduga jika orang yang menjadi lawan bicaranya merupakan seorang ahli pengobatan. Racun jamur seperti itu, adalah mainan Mahesa saja. Bahkan seekor burung pun tidak akan mati jika Mahesa yang memberikan minumnya.

"Tuan, apa seharian ini kau minum teh ini? Kau membuat ku sangat kagum. Terima kasih atas niat baiknya. Akan tetapi, jujur aku katakan kalau teh ini be-ra-cun," Mahesa mengeja kata beracun di akhir kalimatnya, membuat pria tersebut tersedak air liurnya sendiri.

"Ah, tidak mungkin. Kau begitu pandai bercanda. Hahaha!" menutupi rasa terkejutnya, pria itu tertawa terbahak.

Mahesa hanya membalasnya dengan senyum masam. Tanpa bicara lagi, Mahesa mengerahkan tenaga dalam pada telapak tangannya yang memegang kendi. Hingga saat itu juga air di dalam kendi menjadi berbuih kuning.

"Kau beruntung, karena tetap baik-baik saja meskipun telah meminum teh ini," Mahesa mengembalikan kendi teh yang telah dipenuhi aliran buih berwarna kuning.

"Ah, bagaimana bisa begini? Kau begitu pandai bermain sulap. Hehehe! Aku ..." pria itu terkejut saat kembali menatap ke arah Mahesa, orang yang dia ajak bicara sudah tidak berada di tempat semula. Entah kemana perginya, bahkan pria itu tidak menyadari kapan Mahesa bergerak.

Sementara, Mahesa telah menyelinap di balik batu besar. Dia meninggalkan orang yang diduga merupakan kaki tangan Ki Wijen yang sengaja hendak meracuninya. Jika bukan karena niat buruk, pastinya tidak mungkin dia hendak meracuni Mahesa dengan begitu saja.

Mahesa terus mengikuti arah langkah pria tersebut dari jarak yang aman. Pastinya, setelah bosan mencari orang itu akan kembali pada rombongan. Saat itu, Mahesa akan mengetahui di mana keberadaan persembunyian mereka.

"Ah?! Sial!" mata Mahesa terbelalak lebar saat mendapati seorang wanita yang juga sedang berjalan di dalam labirin. Tidak lain, wanita itu adalah istrinya, Dewi Api.

Dan celakanya, Dewi Api sedang bersama dengan seorang pria yang berpenampilan sama dengan pria yang Mahesa ikuti. Pria pasti menawarkan teh yang serupa, dan nampak jika dia sudah memberikan kendi berisi teh beracun pada Dewi Api. Secepatnya, Mahesa meluncur mendekat ke arah istrinya.

Terlambat sudah. Air di dalam kendi telah lebih dulu mengalir ke dalam perut Dewi Api. Setibanya di sana, Mahesa hanya bisa menepuk jidat.

"Ah, bagaimana bisa?!" Dewi Api menunjuk pada suaminya yang telah berdiri di dekatnya.

Mahesa hanya membalas dengan senyum, dia justru mengalihkan pandangannya pada pria yang memberikan air minum. Di tatapnya dengan tajam pria itu, seakan hendak mencongkel isi kepala hanya dengan tatapan mata.

Tidak berselang lama, kaki pria tersebut telah terangkat satu jengkal dari atas tanah. Bukan karena menggunakan ilmu meringankan tubuh, melainkan leher sang pria yang telah berada dalam cengkraman tangan Mahesa.

"Kepa*rat! Teh ini beracun!" Dewi Api memegangi lehernya yang terasa sakit. Tanpa basa-basi, kendi di tangannya langsung dihantamkan pada pria yang sedang Mahesa cekik.

Braaak! Kendi air minum itu hancur berkeping-keping setelah menghantam kepala si pria dengan sangat keras. Sontak tubuh pria itu jatuh ke tanah. Darah mengucur dari kepalanya yang terluka.

"Suamiku, bagaimana ini?! Sakit!" Dewi Api memegangi lehernya.

"Hanya sakit sedikit. Bukankah tadi sebelum masuk gua laba-laba kau telah meminum pil anti racun? Tenang saja, sebentar lagi juga sakitnya akan hilang. Racun itu tidak bekerja di dalam tubuhmu," jawab Mahesa santai.

Dewi Api menghela napas lega. Memang, rasa sakit seperti itu bukanlah hal yang berarti. Setiap pertarungan, akan merasakan rasa sakit yang lebih parah. Akan tetapi, yang menjadi ketakutan Dewi Api ialah racun yang sudah terlanjur dia telan. Jadi, sedikit rasa sakit yang dirasa, membuat hatinya berdebar tak karuan. Dia pernah rasakan betapa menyiksanya sakit akibat terkena racun. Terus terang, hal itu masih menyisakan trauma tersendiri.

"Kita berada di dalam labirin. Mereka pasti orang-orang Ki Wijen yang bermaksud mencelakai kita," ucap Mahesa sambil memeriksa denyut nadi istrinya, dan syukurlah. Dewi Api baik-baik saja. Itu menandakan Suhita Prameswari telah berhasil menguasai kemampuan pengobatan racun tumbuh-tumbuhan dengan sempurna.

"Suamiku, biar aku bereskan orang-orang itu. Kepa*rat! Teh yang mereka bawa, semuanya beracun!" Dewi Api melangkah menyambut empat orang yang datang mendekat. Pertama-tama dia menendang kepala orang yang tadi meracuninya. Pria yang baru setengah sadar itu harus kembali tersungkur ke bumi. Kali ini, posisi kepalanya berubah menghadap ke belakang. Orang itu tewas seketika.

"Seraaang !!!" serentak empat orang yang datang menghunus pedang dan mengepung Dewi Api.

Dewi Api melompat menyambut serangan pedang salah seorang lawannya. Tusukan pedang itu melintas hanya beberapa senti di atas bahu Dewi Api. Tapi itu sengaja dilakukan karena Dewi Api bermaksud menangkap lengan lawannya.

Tep! Kraak! Dengan sangat cepat Dewi Api memelintir tangan orang itu hingga patah. Pedang yang semula terarah kepadanya, beralih Dewi Api tempelkan pada leher lawannya. Sebelum habis teriakan karena lengannya yang patah, pria itu harus membiarkan begitu saja pedang yang masih dia genggam menggorok leher dirinya sendiri.

Sangat mengerikan. Dewi Api menyembelih lawan seperti memotong seekor belalang. Kemudian, pedang yang berlumuran darah itu dia lemparkan pada salah seorang lawan yang lain.

Craasshh! Dengan mudah, pedang itu menembus dada korbannya hingga menyisakan hanya gagangnya saja. Sementara, seluruh bilah pedang menusuk ke dalam dada hingga tembus ke punggung.

Tinggal tersisa dua orang lagi. Sungguh, mereka sangat terkesima. Dua orang rekannya dihabisi dalam waktu yang kurang dari satu menit. Seorang yang berada di depan Dewi Api terkesiap, saat menemukan Dewi Api menatapnya dengan tajam. Pria itu belum mengalihkan pandangannya dari mata Dewi Api, saat tiba-tiba Dewi Api telah berada pada jarak yang sangat dekat. Tangan pendekar itu terjulur, melepaskan pukulan tapak yang tepat mengenai dada.

BAAMM! Tubuh pria itu terdorong ke belakang sangat jauh. Sebelum menyentuh tanah, api menyala membakar seluruh tubuhnya. Tanpa sempat kelojotan lagi, orang itu kehilangan cara untuk mengambil napas. Mati.

Klentaangg! Terdengar suara besi yang berada dengan batu.

"Ampuuunn ... mohon ampuni nyawaku, pendekar. Ampuunn ..." seorang pria yang tersisa melemparkan pedangnya jauh-jauh hingga membentur batu dinding labirin. Dia berlutut dengan gemetaran, memohon belas kasihan.

"Kau lihat, semua temanmu celaka. Apa menurutmu kau pantas untuk tetap hidup?" tanya Dewi Api berjalan mendekat.

Dewi Api mengerahkan aura membunuh dengan sangat pekat. Hingga suasana di sekitar mereka berubah menjadi sangat panas, seperti berada di depan tungku api neraka.

"Ampuni saya, Nona. Ampuunn ... saya akan tunjukkan jalan keluar dari labirin ini. Saya janji," mohon pria itu.

"Siapa yang mau keluar?! Pertemukan aku dengan pimpinan kalian!" bentak Dewi Api dengan nada tinggi.

"Baik, asal Nona ampuni saya, maka saya pasti akan tunjukkan keberadaan pimpinan,"  dengan memberikan diri, orang itu menatap wajah Dewi Api sebentar.

Dewi Api mengangguk. Dia kemudian meminta orang itu untuk berdiri dan melihat pada sebongkah batu besar yang berada sangat jauh. Saat pria tawanan itu memperhatikan ke arah batu yang dimaksud, Dewi Api memetikkan jarinya. Seketika batu itu hancur berkeping-keping. Dan begitulah kira-kira yang akan terjadi jika orang itu bermain-main dengan Dewi Api. Asalkan Dewi Api mau, maka terlalu mudah untuk menghabisi nyawanya.

Berada di bawah tekanan, pria itu mengantar sepasang pendekar untuk menemui pimpinannya yang bekerja di bawah perintah Ki Wijen.

Sungguh berpengaruhnya Ki Wijen, hingga dia miliki pengikut yang begitu banyak. Siapa sebenarnya pria tua itu? Nampaknya dia sedang melakukan pergerakan bawah tanah untuk membangun satu kekuatan besar.

Terpopuler

Comments

Thomas Andreas

Thomas Andreas

dewi api emang luar biasa

2022-04-02

1

Asep Dki

Asep Dki

jmhn berani melawan ama 2 pendekar ini.. mati pilihannya...wkwkwk

2021-04-01

3

DiDi

DiDi

siluman laba laba abis itu teh beracun ngikutin cerita sun go kong nih

2021-02-08

5

lihat semua
Episodes
1 Keluarga Kecil
2 Kawan Lama
3 Kegemaran Nyeleneh
4 Suhita Hilang
5 Kejadian Sebenarnya
6 Klan Mata Hantu
7 Klan Mata Hantu ll
8 Klan Mata Hantu lll
9 Cabang Klan
10 Sedikit Petunjuk
11 Gua Laba-laba
12 Tujuh Laba-laba
13 Teh Beracun
14 Menaklukkan Labirin
15 Berkas Penting
16 Rumah Yang Kosong
17 Dari Celah Lubang
18 Darah dibayar Darah
19 Menulis Catatan Racun
20 Wanita Pengasuh
21 Merampok perampok
22 Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23 Kehadiran Dua Pengasuh
24 Tabib Yang Dicari
25 Orang Di Dasar Jurang
26 Tabib Titisan Dewa
27 Menunggu Ayah Pulang
28 Penyusup
29 Dua Kitab Beda Warna
30 Keinginan Yang Dinanti
31 Sepucuk Surat
32 Belati Berbisa
33 Dua Mata Koin
34 Yang Diharapkan
35 Bukit Naga Hijau
36 Di Dalam Gua
37 Sekarang Berbeda
38 Penyakit Aneh
39 Asap Pengubur Nyata
40 Gua Badai Salju
41 Gua Badai Salju ll
42 Keluar Dari Bukit Hujan
43 Pertemuan Tak Terduga
44 Di Penginapan
45 Pembantaian Keji
46 Pertarungan Di Tepi Hutan
47 Mengintai
48 Bekerja Sama
49 Kitab Langit dan Bumi
50 Kitab Langit dan Bumi ll
51 Cara Penyelamatan
52 Mahluk Alam Astral
53 Jalan Keinginan
54 Membuka Seluruh Level Kekuatan
55 Perjalanan Menuju Giling Wesi
56 Mengobati Penyakit Aneh
57 Penyakit Yang Sebenarnya
58 Kelompok Jubah Hitam
59 Menyamar Sebagai Anggota
60 Markas Kelompok Jubah Hitam
61 Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62 Ruang Penjara
63 Enam Pendekar
64 Kekalahan Enam Pendekar
65 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68 Menyudahi
69 Eee ... Ketemu Lagi
70 Bocah Nakal
71 Pertandingan Semifinal
72 Jurus Racun Bayangan
73 PENGUMUMAN
74 Menara Kematian
75 Kekompakan Saudara
76 Mundur Untuk Menang
77 Menembus Partai Final
78 Murid Berbakat
79 Malam Menjelang Final
80 Malaikat Pelindung
81 Pertandingan Final
82 Pertandingan Final ll
83 Janji Seorang Abdi
84 Pertandingan Terakhir
85 Pertandingan Terakhir ll
86 Juara Sejati
87 Senyuman Tipis
88 Racun Duri Teratai
89 Malam Perpisahan
90 Peti Jenazah
91 Ratu Racun
92 Di Kedai Tepi Jalan
93 Perjalanan Berkuda
94 Penjaga Pintu Gua
95 Gua Siluman
96 Pengkhianatan Nilam Sari
97 Terbang Bersama
98 Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99 Keberadaan Teratai Berduri
100 Dua Pendekar Pedang Kembar
101 Rencana Busuk
102 Dalam Perjalanan Pulang
103 Pembunuh Bayaran
104 Cugung Badas
105 Kuda Misterius
106 Surat Perjanjian
107 Keputusan 'Bijak'
108 Tiba Di Giling Wesi
109 Khasiat Daun Teratai Berduri
110 Jalan Kesembuhan
111 Pria Di Atap Penginapan
112 Tamu Istimewa
113 Bayangan Mencurigakan
114 Serangan Mendadak
115 Hasil Yang Didapat
116 Bantuan Tidak Terduga
117 Jarum Kehidupan
118 Bukan Lawan Yang Sepadan
119 Tawanan
120 Rintik Air Hujan
121 Tamu Istimewa
122 Kedatangan Tamu Istimewa
123 Pasukan Mayat Hidup
124 Pasukan Mayat Hidup ll
125 Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126 Tiga Saudara
127 Pertukaran Yang Adil
128 Kerjasama
129 Keberhasilan Misi
130 Pertarungan Terakhir (End)
131 Sepuluh Tahun Kemudian
132 Sosok Misterius
133 Saudara Kembar
134 Candi Karusian
135 Prahara di Candi Karusian
136 Penculik
137 Seorang Buronan
138 Siluman Penculik
139 Sumber Racun
140 Mencari Mata Air Beracun
141 Padepokan Lembah Wilis
142 Pendekar Naga Kresna
143 Siluman Penebar Racun
144 Kekalahan Tabib Dewa
145 Melanjutkan Perjalanan
146 Gua Misterius
147 Ruang Rahasia
148 Dewi Kundalini
149 Penggugah Hati
150 Energi Asing
151 Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152 Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153 Perselisihan
154 Melarikan Diri
155 Jejak Kemuning
156 Hukuman bagi Penjahat Korup
157 Dipaksa Menikah
158 Duduk Nikah, Tegak Cerai
159 Diah Pitaloka
160 Keamanan Tabib Dewa
161 Pagi yang Mencekam
162 Singa yang Terjaga
163 Tanpa Alasan?
164 Lumut Kehidupan
165 Ada Daging, Buaya Mendekat
166 Bukan Sumberdaya
167 Janji Masa Kecil
168 Menjelang Dini Hari
169 Rahasia Kemuning
170 Penyusup
171 Penyusup ll
172 Burcangijo
173 Laporan Tiliksandi
174 Sosok Di Balik Layar
175 Jawaban Sikap Suhita
176 Penginapan Luar Kota
177 Siluman Piton Berbisa
178 Sangkar Piton Berbisa
179 Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180 Celah Luka
181 Alam Evolusi
182 Bidadari Surga
183 Gingseng Seribu Nyawa
184 Mutiara Hati
185 Petaka Setelah Hujan
186 Desa Batu
187 Serangan di Desa Batu
188 Putri Foniks
189 Biara Cahaya
190 Pasukan Sayap Kelelawar
191 Kontak Batin
192 Ilmu Sirep
193 Malam Yang Terlewatkan
194 Malam Yang Terlewatkan ll
195 Burung Pengintai
196 Penginapan Muvvah
197 Ahli Nujum
198 Jari Penghancur
199 Praduga
200 Pertarungan, dimulai
201 Jala Sutra
202 Bantuan Pasukan Regu Kedua
203 Awal Perselisihan
204 Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205 Cerita Kencana Sari
206 Rumah Bordil
207 Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208 Kediaman Kemuning
209 Tamu Istimewa
210 Kujang Kembar
211 Pertarungan Sengit
212 Kekalahan Kujang Kembar
213 Pembunuh Bayaran
214 Siluman Kabut
215 Raja Iblis dari Lereng Utara
216 Sungai Kecil di Padang Tandus
217 Akibat Perut Sakit
218 Malaikat Penolong Tepat Waktu
219 Keberadaan Dewi Api
220 Kuil Sinar Mulya
221 Jurus Pedang Rahasia
222 Obat Mujarab
223 Kedai Makan
224 Efek Negatif Aura Siluman
225 Racun Penyelamat
226 Keputusan Sulit
227 Tetes Darah Perawan
228 Kejadian di Warung Makan
229 Boneka Sihir
230 Fragmen Tanah
231 Fragmen Tanah ll
232 Ibuku Seorang Siluman
233 Pulau Seribu Pandan
234 Di Perjalanan
235 Karpet Emas
236 Alam Dedemit
237 Hari Ulang Tahun
238 Dendam Lama
239 Ajang Balas Dendam
240 Kemenangan dalam Duka
Episodes

Updated 240 Episodes

1
Keluarga Kecil
2
Kawan Lama
3
Kegemaran Nyeleneh
4
Suhita Hilang
5
Kejadian Sebenarnya
6
Klan Mata Hantu
7
Klan Mata Hantu ll
8
Klan Mata Hantu lll
9
Cabang Klan
10
Sedikit Petunjuk
11
Gua Laba-laba
12
Tujuh Laba-laba
13
Teh Beracun
14
Menaklukkan Labirin
15
Berkas Penting
16
Rumah Yang Kosong
17
Dari Celah Lubang
18
Darah dibayar Darah
19
Menulis Catatan Racun
20
Wanita Pengasuh
21
Merampok perampok
22
Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23
Kehadiran Dua Pengasuh
24
Tabib Yang Dicari
25
Orang Di Dasar Jurang
26
Tabib Titisan Dewa
27
Menunggu Ayah Pulang
28
Penyusup
29
Dua Kitab Beda Warna
30
Keinginan Yang Dinanti
31
Sepucuk Surat
32
Belati Berbisa
33
Dua Mata Koin
34
Yang Diharapkan
35
Bukit Naga Hijau
36
Di Dalam Gua
37
Sekarang Berbeda
38
Penyakit Aneh
39
Asap Pengubur Nyata
40
Gua Badai Salju
41
Gua Badai Salju ll
42
Keluar Dari Bukit Hujan
43
Pertemuan Tak Terduga
44
Di Penginapan
45
Pembantaian Keji
46
Pertarungan Di Tepi Hutan
47
Mengintai
48
Bekerja Sama
49
Kitab Langit dan Bumi
50
Kitab Langit dan Bumi ll
51
Cara Penyelamatan
52
Mahluk Alam Astral
53
Jalan Keinginan
54
Membuka Seluruh Level Kekuatan
55
Perjalanan Menuju Giling Wesi
56
Mengobati Penyakit Aneh
57
Penyakit Yang Sebenarnya
58
Kelompok Jubah Hitam
59
Menyamar Sebagai Anggota
60
Markas Kelompok Jubah Hitam
61
Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62
Ruang Penjara
63
Enam Pendekar
64
Kekalahan Enam Pendekar
65
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68
Menyudahi
69
Eee ... Ketemu Lagi
70
Bocah Nakal
71
Pertandingan Semifinal
72
Jurus Racun Bayangan
73
PENGUMUMAN
74
Menara Kematian
75
Kekompakan Saudara
76
Mundur Untuk Menang
77
Menembus Partai Final
78
Murid Berbakat
79
Malam Menjelang Final
80
Malaikat Pelindung
81
Pertandingan Final
82
Pertandingan Final ll
83
Janji Seorang Abdi
84
Pertandingan Terakhir
85
Pertandingan Terakhir ll
86
Juara Sejati
87
Senyuman Tipis
88
Racun Duri Teratai
89
Malam Perpisahan
90
Peti Jenazah
91
Ratu Racun
92
Di Kedai Tepi Jalan
93
Perjalanan Berkuda
94
Penjaga Pintu Gua
95
Gua Siluman
96
Pengkhianatan Nilam Sari
97
Terbang Bersama
98
Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99
Keberadaan Teratai Berduri
100
Dua Pendekar Pedang Kembar
101
Rencana Busuk
102
Dalam Perjalanan Pulang
103
Pembunuh Bayaran
104
Cugung Badas
105
Kuda Misterius
106
Surat Perjanjian
107
Keputusan 'Bijak'
108
Tiba Di Giling Wesi
109
Khasiat Daun Teratai Berduri
110
Jalan Kesembuhan
111
Pria Di Atap Penginapan
112
Tamu Istimewa
113
Bayangan Mencurigakan
114
Serangan Mendadak
115
Hasil Yang Didapat
116
Bantuan Tidak Terduga
117
Jarum Kehidupan
118
Bukan Lawan Yang Sepadan
119
Tawanan
120
Rintik Air Hujan
121
Tamu Istimewa
122
Kedatangan Tamu Istimewa
123
Pasukan Mayat Hidup
124
Pasukan Mayat Hidup ll
125
Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126
Tiga Saudara
127
Pertukaran Yang Adil
128
Kerjasama
129
Keberhasilan Misi
130
Pertarungan Terakhir (End)
131
Sepuluh Tahun Kemudian
132
Sosok Misterius
133
Saudara Kembar
134
Candi Karusian
135
Prahara di Candi Karusian
136
Penculik
137
Seorang Buronan
138
Siluman Penculik
139
Sumber Racun
140
Mencari Mata Air Beracun
141
Padepokan Lembah Wilis
142
Pendekar Naga Kresna
143
Siluman Penebar Racun
144
Kekalahan Tabib Dewa
145
Melanjutkan Perjalanan
146
Gua Misterius
147
Ruang Rahasia
148
Dewi Kundalini
149
Penggugah Hati
150
Energi Asing
151
Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152
Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153
Perselisihan
154
Melarikan Diri
155
Jejak Kemuning
156
Hukuman bagi Penjahat Korup
157
Dipaksa Menikah
158
Duduk Nikah, Tegak Cerai
159
Diah Pitaloka
160
Keamanan Tabib Dewa
161
Pagi yang Mencekam
162
Singa yang Terjaga
163
Tanpa Alasan?
164
Lumut Kehidupan
165
Ada Daging, Buaya Mendekat
166
Bukan Sumberdaya
167
Janji Masa Kecil
168
Menjelang Dini Hari
169
Rahasia Kemuning
170
Penyusup
171
Penyusup ll
172
Burcangijo
173
Laporan Tiliksandi
174
Sosok Di Balik Layar
175
Jawaban Sikap Suhita
176
Penginapan Luar Kota
177
Siluman Piton Berbisa
178
Sangkar Piton Berbisa
179
Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180
Celah Luka
181
Alam Evolusi
182
Bidadari Surga
183
Gingseng Seribu Nyawa
184
Mutiara Hati
185
Petaka Setelah Hujan
186
Desa Batu
187
Serangan di Desa Batu
188
Putri Foniks
189
Biara Cahaya
190
Pasukan Sayap Kelelawar
191
Kontak Batin
192
Ilmu Sirep
193
Malam Yang Terlewatkan
194
Malam Yang Terlewatkan ll
195
Burung Pengintai
196
Penginapan Muvvah
197
Ahli Nujum
198
Jari Penghancur
199
Praduga
200
Pertarungan, dimulai
201
Jala Sutra
202
Bantuan Pasukan Regu Kedua
203
Awal Perselisihan
204
Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205
Cerita Kencana Sari
206
Rumah Bordil
207
Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208
Kediaman Kemuning
209
Tamu Istimewa
210
Kujang Kembar
211
Pertarungan Sengit
212
Kekalahan Kujang Kembar
213
Pembunuh Bayaran
214
Siluman Kabut
215
Raja Iblis dari Lereng Utara
216
Sungai Kecil di Padang Tandus
217
Akibat Perut Sakit
218
Malaikat Penolong Tepat Waktu
219
Keberadaan Dewi Api
220
Kuil Sinar Mulya
221
Jurus Pedang Rahasia
222
Obat Mujarab
223
Kedai Makan
224
Efek Negatif Aura Siluman
225
Racun Penyelamat
226
Keputusan Sulit
227
Tetes Darah Perawan
228
Kejadian di Warung Makan
229
Boneka Sihir
230
Fragmen Tanah
231
Fragmen Tanah ll
232
Ibuku Seorang Siluman
233
Pulau Seribu Pandan
234
Di Perjalanan
235
Karpet Emas
236
Alam Dedemit
237
Hari Ulang Tahun
238
Dendam Lama
239
Ajang Balas Dendam
240
Kemenangan dalam Duka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!