Kegemaran Nyeleneh

Mahesa menendang serpihan gentong ke arah Singa Mendeleng, dengan balutan energi tenaga dalam yang Mahesa sertakan, membuat tanah liat tersebut menjadi sangat kuat. Hingga membuat Singa Mendeleng harus menggunakan pedang pusaka di tangannya untuk bisa menghalau serpihan gentong tersebut dan membuatnya hancur menjadi debu.

"Hahaha! Aku akan merasa senang, jika kau melawan," dengan tawa penuh semangat, Singa Mendeleng kembali mengayunkan pedangnya ke arah Mahesa. Kali ini dia tidak main-main, pedang di tangannya sampai mengkilap bercahaya karena dialiri tenaga dalam yang sangat besar.

Mahesa tidak ingin terlalu berlama-lama di sana, takutnya menimbulkan kecurigaan yang malah semakin memancing mata orang-orang untuk berdatangan. Untung saja, mereka berada di pinggir desa, hingga sedikit yang bisa menyaksikan pertarungan tersebut.

Dengan menggunakan jurus rahasia pedang dua belas, Mahesa membalas serangan pada Singa Mendeleng dengan menggunakan pusaka langit. Setidaknya, kemampuan pedang pusaka yang Mahesa gunakan berada di atas pusaka milik Singa Mendeleng hingga dari situ Mahesa sudah bisa menekan Singa Mendeleng dengan lebih cepat.

"Hump! Sialan! Kau memang sangat cepat!" Singa Mendeleng tersentak kaget saat tiba-tiba saja pedang di tangan Mahesa sudah sampai di bahu kanannya. Terpaksa Singa Mendeleng menjatuhkan diri untuk menghindari luka yang lebih parah menggores di bahunya.

Tapi Mahesa tidak serta merta berpuas diri dengan memberikan luka kecil di pundak Singa Mendeleng. Pedang di tangannya terus memburu tubuh Singa Mendeleng yang bergulingan di atas tanah.

"Kena kau!" Singa Mendeleng berteriak keras seraya menyabetkan pedangnya ke arah kaki Mahesa.

Mahesa segera melompat, membumbung tinggi ke udara lalu kemudian hinggap di dahan pohon. Dia menunggu Singa Mendeleng kembali menyerangnya. Mata Mahesa menatap tajam, mengawasi setiap detail gerakan yang Singa Mendeleng lakukan. Dan saat orang itu melompat menyusul Mahesa ke dahan pohon, Mahesa juga melompat turun. Hingga keduanya bertemu dan beradu pukul di udara.

Wuusss! Pedang Singa Mendeleng melintas beberapa senti di dekat paha Mahesa. Sebaliknya, kaki Mahesa berhasil mendarat dengan keras di dada Singa Mendeleng.

Bugh! Bruuukk! Singa Mendeleng jatuh mendahului, tubuhnya terbanting keras menghantam bongkahan batu.

"Uhuukkk ..." darah segar keluar dari mulut Singa Mendeleng. Punggungnya pun cabik, terkoyak oleh batu yang tajam.

Craasshh! Craasshh!

Tanpa memberikan kesempatan untuk lawannya bangkit, Mahesa melepaskan beberapa tombak energi yang menembus dada dan perut Singa Mendeleng sekaligus mengantarkan pendekar tersebut menuju alam baka.

Mahesa belum menjejakkan kakinya di atas tanah saat Singa Mendeleng menghembuskan napas terakhirnya. Pendekatan lawas yang selalu berseberangan paham dengan Mahesa itu tewas pada hari itu. Akhirnya ... setelah beberapa kali bertarung, Mahesa menyelesaikan juga perlawanan orang itu.

Singa Mendeleng bukanlah orang jahat. Dia tidak pernah mencelakai penduduk, melakukan perampokan ataupun hal-hal lain yang bersifat merugikan lain. Dia bermusuhan dengan Mahesa hanya karena ingin disebut sebagai seorang pendekar. Maka dari itu, dia terobsesi untuk bisa mengalahkan Mahesa. Suasana hati Mahesa sedang kurang baik, ditambah lagi dengan kecemasannya terhadap keselamatan Puspita dan Putrinya membuat Mahesa tidak bisa mengontrol energi tenaga dalam hingga melepaskan pukulan yang berada di luar kemampuan lawan untuk menahan.

Singa Mendeleng, tamat. Mahesa segera berlari menghampiri kudanya dan melanjutkan perjalanan. Dia menggebrak kuda seperti orang kesetanan, hingga dalam waktu yang singkat telah jauh meninggalkan bekas pertempuran. Mahesa baru berhenti ketika telah melewati dua desa. Sudah sangat jauh.

"Tuan, silahkan masuk. Mari ..." dengan sopan, pelayan kedai menyambut dan menuntun kuda milik Mahesa.

"Aku tidak ingin masuk. Apa bisa antarkan makanan ke tempat peristirahatan ini?" tanya Mahesa pada pelayan tersebut seraya menyodorkan kepeng perak yang langsung membungkam mulut si pelayan.

Di dalam kedai, pasti banyak para pendekar dan bangsawan yang minta di layani. Belum lagi takutnya di antara mereka ada yang mengenali wajah Mahesa. 'Kan bisa repot. Sungguh, Mahesa tidak ingin mengotori tangannya dengan darah. Perjalanan kali ini, memang sedikit berbeda. Mengapa juga dia harus bertemu dengan Singa Mendeleng lalu bertarung dan akhirnya membunuhnya.

Setelah makan Mahesa akan segera melanjutkan perjalanan. Hatinya mendadak berdebar tidak karuan. Ingatannya selalu saja tertuju pada Suhita, putri perempuannya itu pasti sudah lama menunggu. Atau jangan-jangan dia sudah selesai meracik obat? Mahesa tersenyum sendiri mengingat hobi nyeleneh putrinya.

°°°

"Ibuuu, Ayah sudah kembali, Ayah sudah kembali. Lihatlah, Bu. Ayah benar-benar membawakan daging rusa untukku," Prameswari menyambut kedatangan Mahesa.

Mahesa segera melompat turun dari punggung kuda. Dia membopong putrinya dengan penuh kasih.

"Ayah bawa daging rusaknya banyak sekali. Bagaimana caraku untuk menghabiskannya?" Prameswari menatap pada bungkusan daging yang dibawa Ayahnya. Sebenarnya itu bukan daging rusa, melainkan daging kerbau yang Mahesa beli di pasar. Tapi anak kecil, mana tahu itu. Yang dia tahu hanyalah kebohongan dari cerita yang dikarang oleh Ibunya.

"Ah, itu sangat gampang, Putriku. Kau tinggal minta bantuan Ibumu, kalau dia sudah turun tangan, pasti semuanya akan beres," ucap Mahesa sambil tertawa.

Puspita tersenyum, menyambut kedatangan suaminya. Setelah mengemasi barang bawaan, dan mempersiapkan air untuk mandi Puspita segera mengambil alih Prameswari.

"Kanda, silahkan membersihkan diri lebih dulu. Sini, Nak. Biar Ayahmu mandi. Lihat pakaiannya sudah penuh dengan debu," ujar Puspita membawa putrinya ke ruang depan.

Dalam balutan senyum, Puspita menghela napas dengan dalam, saat melihat rona merah di leher sang suami. Tanda seperti itu selalu Puspita dapatkan setiap kali Mahesa pulang dari Dewi Api. Bukan hanya di sana, tapi di tempat lain juga pasti ada. Seolah Dewi Api menegaskan jika yang nanti malam Puspita dapatkan adalah 'bekas'. Puspita sudah tidak lagi merasa aneh. Sudah terbiasa. Dan mungkin itu memang resiko hidup sebagai istri kedua. Tapi Puspita sudah sangat senang, karena kenyataannya Mahesa tidak membeda-bedakan kasih sayang antara istri pertama dan kedua. Justru, Puspita merasakan jika Mahesa cenderung lebih mencintai dirinya. Sama halnya juga dengan dirinya. Apa pun yang terjadi, bahkan meski Mahesa bukan suaminya, cintanya tidak akan pernah lekang oleh waktu.

"Dinda, maaf. Aku ..." Mahesa hendak bicara. Tapi Puspita segera menghentikannya dengan menghadiahi kecvpan hangat di pipi sang suami. Puspita sudah bisa menduga jika Mahesa akan memohon maaf. Lalu kesalahan apa lagi yang harus dimaafkan? Mahesa hanya melakukan kewajibannya sebagai seorang suami. Berlaku adil adalah satu hal yang harus dilakukan.

"Kanda, kau harus lihat ini," Puspita menunjukkan kotak kayu pada Mahesa. Isinya ialah ramuan obat yang sudah ditumbuk. Semua itu adalah hasil karya Putri kecilnya.

Obat untuk pertolongan pertama pada luka dan satu lagi yakni untuk anak sakit panas. Sungguh suatu pencapaian yang luar biasa. Mahesa seolah mendapatkan hadiah yang sangat istimewa menemukan itu. Suhita Prameswari selain cerdas juga sangat berbakat. Obat itu dibuat dengan bahan yang sangat sempurna. Takarannya sudah pas. Hebat.

"Luar biasa, Dinda. Anak kita berhasil membuatnya dengan sangat sempurna," ucap Mahesa memuji dengan segenap ekspresi.

Kegemaran Suhita Prameswari memang terhitung nyeleneh, dia adalah anak dari seorang pendekar ternama, pendekar besar dengan kemampuan tenaga dalam tiada tanding. Tapi kegemarannya justru tidak pada ilmu bela diri, melainkan ilmu pengobatan. Buktinya, diusia yang masih dini dia telah pandai meracik obat layaknya tabib profesional.

Puspita turut bergembira. Dia senang mendengar hal itu. Meskipun Ibunya bukan siapa-siapa dan tidak bisa apa-apa, tapi nyatanya Prameswari begitu berbakat. Dia menurut pada kemampuan Ayahnya dalam mengobati. "Kanda, suatu saat nanti Putri kita akan menjadi tabib handal yang akan berguna bagi masyarakat luas."

"Iya, Dinda. Tentu sebagai orangtua, kita harus mendorongnya untuk tekun belajar. Menanamkan nilai budi pekerti yang luhur agar Hita tidak lupa diri. Aku ingin Anak kita melangkah di jalan kebajikan. Huuhhh, tapi sayang ..."

"Sudahlah, Kanda. Dinda yakin, pada saatnya nanti Hita pasti akan tahu betapa pentingnya ilmu beladiri," Puspita menggenggam tangan Mahesa dengan erat. Meyakinkan suaminya untuk tidak memikirkan hal itu. Bukankah Mahesa sendiri baru belajar olah kanuragan pada usia delapan tahun? Mahesa hanya terlalu cemas. Dia mengukur segala hal hanya dengan sudut pandangnya,  tentu saja Anak kecil menatap dengan cara yang berbeda.

"Yah, kau benar. Aku yang salah. Bahkan mereka terlalu dini untuk mengenal dunia persilatan," Mahesa menepuk jidatnya. Entah mengapa sampai dia berpikir sependek itu.

Bukan tugas Prameswari untuk bisa menjaga diri. Tapi Mahesa sebagai orang tua, sebagai seorang Ayah yang bertanggung jawab atas itu. Juga mengenai keselamatan istrinya. Puspita yang sekarang tidak lagi memiliki kemampuan olah kanuragan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Mahesa untuk menjaga sang istri dari segala bentuk bahaya.

Menjadi seorang suami bukan berarti hanya mendapatkan hak untuk dilayani, tapi juga memiliki kewajiban besar berupa tanggung jawab. Atas segala resiko hidup istri dan anaknya. Sandang, pangan, papan serta ketenangan, keamanan dan kepercayaan. Jika masih mengandalkan istri untuk penuhi kebutuhan dirinya sendiri, maka secara logika untuk apa wanita tersebut menikah dan memiliki seorang suami? Apa guna suami? Jika hanya untuk urusan ranjang saja, maka bin*tang pun bisa melakukannya. Apa lebihnya manusia?

Ah, tidak. Mahesa harus bekali anak perempuannya dengan kemampuan beladiri. Setidaknya, untuk bisa melindungi diri sendiri saat dalam bahaya. Untuk caranya, biar akan dipikirkan nanti. Semuanya, merupakan sebuah keharusan.

Terpopuler

Comments

Thomas Andreas

Thomas Andreas

baca ulang lg

2022-04-02

1

fiki_zulfikar channel

fiki_zulfikar channel

juuuuuuut

2021-08-19

2

Asep Dki

Asep Dki

sabar mahesa...😁😁😁

2021-03-31

2

lihat semua
Episodes
1 Keluarga Kecil
2 Kawan Lama
3 Kegemaran Nyeleneh
4 Suhita Hilang
5 Kejadian Sebenarnya
6 Klan Mata Hantu
7 Klan Mata Hantu ll
8 Klan Mata Hantu lll
9 Cabang Klan
10 Sedikit Petunjuk
11 Gua Laba-laba
12 Tujuh Laba-laba
13 Teh Beracun
14 Menaklukkan Labirin
15 Berkas Penting
16 Rumah Yang Kosong
17 Dari Celah Lubang
18 Darah dibayar Darah
19 Menulis Catatan Racun
20 Wanita Pengasuh
21 Merampok perampok
22 Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23 Kehadiran Dua Pengasuh
24 Tabib Yang Dicari
25 Orang Di Dasar Jurang
26 Tabib Titisan Dewa
27 Menunggu Ayah Pulang
28 Penyusup
29 Dua Kitab Beda Warna
30 Keinginan Yang Dinanti
31 Sepucuk Surat
32 Belati Berbisa
33 Dua Mata Koin
34 Yang Diharapkan
35 Bukit Naga Hijau
36 Di Dalam Gua
37 Sekarang Berbeda
38 Penyakit Aneh
39 Asap Pengubur Nyata
40 Gua Badai Salju
41 Gua Badai Salju ll
42 Keluar Dari Bukit Hujan
43 Pertemuan Tak Terduga
44 Di Penginapan
45 Pembantaian Keji
46 Pertarungan Di Tepi Hutan
47 Mengintai
48 Bekerja Sama
49 Kitab Langit dan Bumi
50 Kitab Langit dan Bumi ll
51 Cara Penyelamatan
52 Mahluk Alam Astral
53 Jalan Keinginan
54 Membuka Seluruh Level Kekuatan
55 Perjalanan Menuju Giling Wesi
56 Mengobati Penyakit Aneh
57 Penyakit Yang Sebenarnya
58 Kelompok Jubah Hitam
59 Menyamar Sebagai Anggota
60 Markas Kelompok Jubah Hitam
61 Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62 Ruang Penjara
63 Enam Pendekar
64 Kekalahan Enam Pendekar
65 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68 Menyudahi
69 Eee ... Ketemu Lagi
70 Bocah Nakal
71 Pertandingan Semifinal
72 Jurus Racun Bayangan
73 PENGUMUMAN
74 Menara Kematian
75 Kekompakan Saudara
76 Mundur Untuk Menang
77 Menembus Partai Final
78 Murid Berbakat
79 Malam Menjelang Final
80 Malaikat Pelindung
81 Pertandingan Final
82 Pertandingan Final ll
83 Janji Seorang Abdi
84 Pertandingan Terakhir
85 Pertandingan Terakhir ll
86 Juara Sejati
87 Senyuman Tipis
88 Racun Duri Teratai
89 Malam Perpisahan
90 Peti Jenazah
91 Ratu Racun
92 Di Kedai Tepi Jalan
93 Perjalanan Berkuda
94 Penjaga Pintu Gua
95 Gua Siluman
96 Pengkhianatan Nilam Sari
97 Terbang Bersama
98 Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99 Keberadaan Teratai Berduri
100 Dua Pendekar Pedang Kembar
101 Rencana Busuk
102 Dalam Perjalanan Pulang
103 Pembunuh Bayaran
104 Cugung Badas
105 Kuda Misterius
106 Surat Perjanjian
107 Keputusan 'Bijak'
108 Tiba Di Giling Wesi
109 Khasiat Daun Teratai Berduri
110 Jalan Kesembuhan
111 Pria Di Atap Penginapan
112 Tamu Istimewa
113 Bayangan Mencurigakan
114 Serangan Mendadak
115 Hasil Yang Didapat
116 Bantuan Tidak Terduga
117 Jarum Kehidupan
118 Bukan Lawan Yang Sepadan
119 Tawanan
120 Rintik Air Hujan
121 Tamu Istimewa
122 Kedatangan Tamu Istimewa
123 Pasukan Mayat Hidup
124 Pasukan Mayat Hidup ll
125 Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126 Tiga Saudara
127 Pertukaran Yang Adil
128 Kerjasama
129 Keberhasilan Misi
130 Pertarungan Terakhir (End)
131 Sepuluh Tahun Kemudian
132 Sosok Misterius
133 Saudara Kembar
134 Candi Karusian
135 Prahara di Candi Karusian
136 Penculik
137 Seorang Buronan
138 Siluman Penculik
139 Sumber Racun
140 Mencari Mata Air Beracun
141 Padepokan Lembah Wilis
142 Pendekar Naga Kresna
143 Siluman Penebar Racun
144 Kekalahan Tabib Dewa
145 Melanjutkan Perjalanan
146 Gua Misterius
147 Ruang Rahasia
148 Dewi Kundalini
149 Penggugah Hati
150 Energi Asing
151 Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152 Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153 Perselisihan
154 Melarikan Diri
155 Jejak Kemuning
156 Hukuman bagi Penjahat Korup
157 Dipaksa Menikah
158 Duduk Nikah, Tegak Cerai
159 Diah Pitaloka
160 Keamanan Tabib Dewa
161 Pagi yang Mencekam
162 Singa yang Terjaga
163 Tanpa Alasan?
164 Lumut Kehidupan
165 Ada Daging, Buaya Mendekat
166 Bukan Sumberdaya
167 Janji Masa Kecil
168 Menjelang Dini Hari
169 Rahasia Kemuning
170 Penyusup
171 Penyusup ll
172 Burcangijo
173 Laporan Tiliksandi
174 Sosok Di Balik Layar
175 Jawaban Sikap Suhita
176 Penginapan Luar Kota
177 Siluman Piton Berbisa
178 Sangkar Piton Berbisa
179 Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180 Celah Luka
181 Alam Evolusi
182 Bidadari Surga
183 Gingseng Seribu Nyawa
184 Mutiara Hati
185 Petaka Setelah Hujan
186 Desa Batu
187 Serangan di Desa Batu
188 Putri Foniks
189 Biara Cahaya
190 Pasukan Sayap Kelelawar
191 Kontak Batin
192 Ilmu Sirep
193 Malam Yang Terlewatkan
194 Malam Yang Terlewatkan ll
195 Burung Pengintai
196 Penginapan Muvvah
197 Ahli Nujum
198 Jari Penghancur
199 Praduga
200 Pertarungan, dimulai
201 Jala Sutra
202 Bantuan Pasukan Regu Kedua
203 Awal Perselisihan
204 Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205 Cerita Kencana Sari
206 Rumah Bordil
207 Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208 Kediaman Kemuning
209 Tamu Istimewa
210 Kujang Kembar
211 Pertarungan Sengit
212 Kekalahan Kujang Kembar
213 Pembunuh Bayaran
214 Siluman Kabut
215 Raja Iblis dari Lereng Utara
216 Sungai Kecil di Padang Tandus
217 Akibat Perut Sakit
218 Malaikat Penolong Tepat Waktu
219 Keberadaan Dewi Api
220 Kuil Sinar Mulya
221 Jurus Pedang Rahasia
222 Obat Mujarab
223 Kedai Makan
224 Efek Negatif Aura Siluman
225 Racun Penyelamat
226 Keputusan Sulit
227 Tetes Darah Perawan
228 Kejadian di Warung Makan
229 Boneka Sihir
230 Fragmen Tanah
231 Fragmen Tanah ll
232 Ibuku Seorang Siluman
233 Pulau Seribu Pandan
234 Di Perjalanan
235 Karpet Emas
236 Alam Dedemit
237 Hari Ulang Tahun
238 Dendam Lama
239 Ajang Balas Dendam
240 Kemenangan dalam Duka
Episodes

Updated 240 Episodes

1
Keluarga Kecil
2
Kawan Lama
3
Kegemaran Nyeleneh
4
Suhita Hilang
5
Kejadian Sebenarnya
6
Klan Mata Hantu
7
Klan Mata Hantu ll
8
Klan Mata Hantu lll
9
Cabang Klan
10
Sedikit Petunjuk
11
Gua Laba-laba
12
Tujuh Laba-laba
13
Teh Beracun
14
Menaklukkan Labirin
15
Berkas Penting
16
Rumah Yang Kosong
17
Dari Celah Lubang
18
Darah dibayar Darah
19
Menulis Catatan Racun
20
Wanita Pengasuh
21
Merampok perampok
22
Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23
Kehadiran Dua Pengasuh
24
Tabib Yang Dicari
25
Orang Di Dasar Jurang
26
Tabib Titisan Dewa
27
Menunggu Ayah Pulang
28
Penyusup
29
Dua Kitab Beda Warna
30
Keinginan Yang Dinanti
31
Sepucuk Surat
32
Belati Berbisa
33
Dua Mata Koin
34
Yang Diharapkan
35
Bukit Naga Hijau
36
Di Dalam Gua
37
Sekarang Berbeda
38
Penyakit Aneh
39
Asap Pengubur Nyata
40
Gua Badai Salju
41
Gua Badai Salju ll
42
Keluar Dari Bukit Hujan
43
Pertemuan Tak Terduga
44
Di Penginapan
45
Pembantaian Keji
46
Pertarungan Di Tepi Hutan
47
Mengintai
48
Bekerja Sama
49
Kitab Langit dan Bumi
50
Kitab Langit dan Bumi ll
51
Cara Penyelamatan
52
Mahluk Alam Astral
53
Jalan Keinginan
54
Membuka Seluruh Level Kekuatan
55
Perjalanan Menuju Giling Wesi
56
Mengobati Penyakit Aneh
57
Penyakit Yang Sebenarnya
58
Kelompok Jubah Hitam
59
Menyamar Sebagai Anggota
60
Markas Kelompok Jubah Hitam
61
Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62
Ruang Penjara
63
Enam Pendekar
64
Kekalahan Enam Pendekar
65
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68
Menyudahi
69
Eee ... Ketemu Lagi
70
Bocah Nakal
71
Pertandingan Semifinal
72
Jurus Racun Bayangan
73
PENGUMUMAN
74
Menara Kematian
75
Kekompakan Saudara
76
Mundur Untuk Menang
77
Menembus Partai Final
78
Murid Berbakat
79
Malam Menjelang Final
80
Malaikat Pelindung
81
Pertandingan Final
82
Pertandingan Final ll
83
Janji Seorang Abdi
84
Pertandingan Terakhir
85
Pertandingan Terakhir ll
86
Juara Sejati
87
Senyuman Tipis
88
Racun Duri Teratai
89
Malam Perpisahan
90
Peti Jenazah
91
Ratu Racun
92
Di Kedai Tepi Jalan
93
Perjalanan Berkuda
94
Penjaga Pintu Gua
95
Gua Siluman
96
Pengkhianatan Nilam Sari
97
Terbang Bersama
98
Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99
Keberadaan Teratai Berduri
100
Dua Pendekar Pedang Kembar
101
Rencana Busuk
102
Dalam Perjalanan Pulang
103
Pembunuh Bayaran
104
Cugung Badas
105
Kuda Misterius
106
Surat Perjanjian
107
Keputusan 'Bijak'
108
Tiba Di Giling Wesi
109
Khasiat Daun Teratai Berduri
110
Jalan Kesembuhan
111
Pria Di Atap Penginapan
112
Tamu Istimewa
113
Bayangan Mencurigakan
114
Serangan Mendadak
115
Hasil Yang Didapat
116
Bantuan Tidak Terduga
117
Jarum Kehidupan
118
Bukan Lawan Yang Sepadan
119
Tawanan
120
Rintik Air Hujan
121
Tamu Istimewa
122
Kedatangan Tamu Istimewa
123
Pasukan Mayat Hidup
124
Pasukan Mayat Hidup ll
125
Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126
Tiga Saudara
127
Pertukaran Yang Adil
128
Kerjasama
129
Keberhasilan Misi
130
Pertarungan Terakhir (End)
131
Sepuluh Tahun Kemudian
132
Sosok Misterius
133
Saudara Kembar
134
Candi Karusian
135
Prahara di Candi Karusian
136
Penculik
137
Seorang Buronan
138
Siluman Penculik
139
Sumber Racun
140
Mencari Mata Air Beracun
141
Padepokan Lembah Wilis
142
Pendekar Naga Kresna
143
Siluman Penebar Racun
144
Kekalahan Tabib Dewa
145
Melanjutkan Perjalanan
146
Gua Misterius
147
Ruang Rahasia
148
Dewi Kundalini
149
Penggugah Hati
150
Energi Asing
151
Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152
Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153
Perselisihan
154
Melarikan Diri
155
Jejak Kemuning
156
Hukuman bagi Penjahat Korup
157
Dipaksa Menikah
158
Duduk Nikah, Tegak Cerai
159
Diah Pitaloka
160
Keamanan Tabib Dewa
161
Pagi yang Mencekam
162
Singa yang Terjaga
163
Tanpa Alasan?
164
Lumut Kehidupan
165
Ada Daging, Buaya Mendekat
166
Bukan Sumberdaya
167
Janji Masa Kecil
168
Menjelang Dini Hari
169
Rahasia Kemuning
170
Penyusup
171
Penyusup ll
172
Burcangijo
173
Laporan Tiliksandi
174
Sosok Di Balik Layar
175
Jawaban Sikap Suhita
176
Penginapan Luar Kota
177
Siluman Piton Berbisa
178
Sangkar Piton Berbisa
179
Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180
Celah Luka
181
Alam Evolusi
182
Bidadari Surga
183
Gingseng Seribu Nyawa
184
Mutiara Hati
185
Petaka Setelah Hujan
186
Desa Batu
187
Serangan di Desa Batu
188
Putri Foniks
189
Biara Cahaya
190
Pasukan Sayap Kelelawar
191
Kontak Batin
192
Ilmu Sirep
193
Malam Yang Terlewatkan
194
Malam Yang Terlewatkan ll
195
Burung Pengintai
196
Penginapan Muvvah
197
Ahli Nujum
198
Jari Penghancur
199
Praduga
200
Pertarungan, dimulai
201
Jala Sutra
202
Bantuan Pasukan Regu Kedua
203
Awal Perselisihan
204
Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205
Cerita Kencana Sari
206
Rumah Bordil
207
Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208
Kediaman Kemuning
209
Tamu Istimewa
210
Kujang Kembar
211
Pertarungan Sengit
212
Kekalahan Kujang Kembar
213
Pembunuh Bayaran
214
Siluman Kabut
215
Raja Iblis dari Lereng Utara
216
Sungai Kecil di Padang Tandus
217
Akibat Perut Sakit
218
Malaikat Penolong Tepat Waktu
219
Keberadaan Dewi Api
220
Kuil Sinar Mulya
221
Jurus Pedang Rahasia
222
Obat Mujarab
223
Kedai Makan
224
Efek Negatif Aura Siluman
225
Racun Penyelamat
226
Keputusan Sulit
227
Tetes Darah Perawan
228
Kejadian di Warung Makan
229
Boneka Sihir
230
Fragmen Tanah
231
Fragmen Tanah ll
232
Ibuku Seorang Siluman
233
Pulau Seribu Pandan
234
Di Perjalanan
235
Karpet Emas
236
Alam Dedemit
237
Hari Ulang Tahun
238
Dendam Lama
239
Ajang Balas Dendam
240
Kemenangan dalam Duka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!