Menulis Catatan Racun

"Kau tahu, inilah mengapa sejak lama aku inginkan anak-anakku belajar bela diri. Dunia ini begitu kejam, tidak sesederhana seperti yang dipikirkan. Harusnya kau lebih paham, bukannya terus membela dan memanjakannya," Mahesa mondar-mandir di kamarnya. Sudah berapa kali dia mengulang kalimat yang cenderung memojokkan Puspita atas kejadian yang terjadi kemarin.

Puspita Dewi tidak menampik jika dia memang sangat memanjakan putrinya. Hampir tidak ada permintaan Suhita yang tidak dikabulkan. Puspita memberikan segala perhatian dan kasih sayang pada Suhita dengan sebesar-besarnya. Dia pernah merasakan bagaimana sakitnya terlahir tanpa kasih sayang seorang ibu. Sekarang, setelah menjadi ibu tentunya Puspita tidak ingin anaknya mengumpat, menangis dan bersedih seperti saat dia kecil dulu.

"Dinda, sebenarnya kau dengar aku apa tidak? Mengapa diam saja?!" Mahesa bicara dengan begitu dekat dari telinga Puspita, membuat istrinya sampai terkejut.

"I-iya ... aku mengerti, kanda. Maaf, ini semua adalah salahku. Mohon maafkan aku," Puspita bicara dengan terbata.

"Tidak perlu meminta maaf, semuanya tidak penting. Sekarang, aku tidak mau tahu. Kau harus bisa yakinkan putrimu untuk mau berlatih olah kanuragan, setidaknya untuk dia bisa lindungi diri sendiri."

"Ba-baik. Dinda akan berusaha," Puspita semakin menundukkan wajahnya dengan dalam. Dia tidak berani membalas tatapan mata suaminya yang sedang marah.

Tanpa bicara lagi, Mahesa melangkah keluar kamar. Meninggalkan Puspita yang masih bingung harus berbuat apa. Tidak ada suara derap kaki kuda, juga tidak terdengar suara orang bicara. Puspita tidak bisa menebak kemana perginya sang suami. Atau mungkin sedang duduk di tepi kolam belakang.

Puspita menghela napas panjang. Bagaimana dia harus ajak Hita bicara, bukan satu dua kali saja bahkan sudah bertahun-tahun Puspita membujuk agar putrinya mau belajar bela diri, tapi sampai detik ini anak itu masih saja keras kepala. Otaknya hanya terisi oleh obat dan obat saja, tidak ada yang lain.

"Bagaimana ini ... aku tidak mungkin memaksa Hita. Percuma saja dia belajar kalau terpaksa, justru hanya akan perburuk kesehatannya. Tapi, kalau aku tidak bisa membujuk Hita, pastinya Kanda Elang akan semakin marah padaku. Apa yang harus aku lakukan?!" Puspita menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ya, Puspita bukan tidak setuju pada pendapat Mahesa. Dia tahu semuanya benar, sebagai seorang ibu tentu Puspita tidak inginkan anaknya tertimpa bahaya. Tapi yang jadi masalah ialah dia belum temukan cara untuk merayu anaknya. Untuk mengajak Puspita agar mau melatih tenaga dalam. Atau ... ah, Puspita terpikirkan satu ide. Dengan masih ragu-ragu, Puspita mengambil alat tulis.

Begitu lama waktu yang dibutuhkan untuk Puspita mengambil keputusan menggoreskan tinta di kertas yang telah dia siapkan. Buku catatan yang cukup tebal itu rencananya akan Puspita isi dengan segala catatan yang dia ketahui semasa menjadi seorang pendekar. Termasuk segala jenis keterangan yang menyangkut teknik ilmu racun.

Minimal, Suhita dibekali dengan kepandaian menekan lawan dengan racun bila mana nyawanya terancam. Selain mengobati, Suhita Prameswari harus piawai ciptakan racun berbahaya, di mana racun itu hanya dia yang bisa menyembuhkannya.

Ya, benar. Teknik Racun Waktu. Kemampuan racun nomor satu di dunia. Selain Selasih Wungu, tidak ada orang yang miliki kemampuan ilmu itu. Terpaksa, Puspita tuangkan semuanya di atas kertas. Dia rasa ini adalah satu-satunya cara untuk bisa berikan perlindungan terhadap anaknya, bukan untuk membuat Suhita menjadi jahat seperti dirinya dulu, Puspita hanya ingin jadikan anaknya seperti yang Mahesa mau. Yakni bisa melindungi diri sendiri.

Sebenarnya, Puspita tidak ingin kembali bongkar ilmu sesat itu. Biarlah ilmu racun berbahaya tersebut hilang dan terkubur bersama dirinya. Tapi, takdir menginginkan hal yang lain. Dia mungkin tidak bisa paksa anaknya untuk berlatih tenaga dalam untuk bisa jaga keselamatan. Akan tetapi, mungkin dengan ini Suhita akan bisa tangani mereka yang punya niat jahat.

Puspita harus rahasiakan semua ini dari suaminya. Dia yakin, Mahesa akan marah dan tidak akan pernah mengizinkan anak mereka belajar ilmu sesat yang jelas-jelas dilarang serta melanggar hukum kerajaan. Pandai-pandailah Puspita untuk urusan ini. Dan Suhita juga pasti setuju, bukankah selain pelajari teknik racunnya dia juga akan pelajari sistem pengobatan yang tidak seorang pun tabib miliki rahasia itu. Yah, semuanya ialah demi untuk kebaikan bersama.

Kalau pun sampai ketahuan oleh Mahesa, Puspita pasti akan menanggung segala resikonya. Dia percaya kalau Suhita akan mampu pelajari catatan itu tidak lebih dari enam purnama saja. Maka dari itu, Puspita menulis buku catatan rahasia itu di atas kertas spesial yang hanya berusia enam purnama. Jika melampaui waktu tersebut, maka tinta berikut kertasnya akan rusak dengan sendirinya.

Dengan cekatan, Puspita mencuri waktu di sela-sela pekerjaan rumahnya untuk bisa menuangkan segala kemampuan racunnya di dalam goresan tinta. Puspita memang mengebut proyek besar itu, tapi dia juga tidak bodoh dengan membahayakan misinya. Segala kegiatan itu harus luput dari kecurigaan sang suami.

Malam itu, Puspita telah selesai menulis penjabaran Racun Waktu pada teori pembuatan racun bubuk tahap kedua. Dia menyimpan berkasnya dengan rapih. Biasanya, jam segitu Mahesa telah selesai mengajari Suhita membaca. Dengan bergegas, Puspita menyiapkan wedang jahe untuk suami dan anaknya.

Selama ayahnya di rumah, maka Suhita akan diajari oleh ayahnya. Paling tidak mereka akan memiliki waktu bersama yang cukup panjang. Karena dalam satu purnama, waktu Mahesa bersama dengan mereka tidak lebih dari satu pekan saja kadang-kadang tidak sampai. Mahesa punya kewajiban yang lebih besar di Padepokan Api Suci. Di tempat istri pertamanya. Ada perjanjian yang mengikat mengenai hal itu.

Sudahlah, Puspita juga tidak mempermasalahkan hal itu. Baginya, bisa membesarkan anaknya dengan baik saja sudah suatu keberuntungan. Anaknya hanya ada Suhita seorang, karena anak laki-lakinya Danur Cakra Prabaskara tinggal bersama kakeknya. Jarang sekali bertemu, bahkan hanya beberapa kali saja. Selain itu juga, Raditya telah menekankan untuk sebisa mungkin merelakan Danur Cakra tinggal di sana. Dengan kata kasar, Raditya dan Rengganis mengambil hak asuh Danur Cakra.

Tok! Tok! Tok!

"Kanda, apa kalian sudah selesai?" tanya Puspita dari balik pintu.

Tidak ada jawaban. Akhirnya Puspita langsung mendorong daun pintu. Tidak ada seorang pun di dalam. Baik itu Suhita atau juga Mahesa. Mereka telah selesai belajarnya.

Hanya memastikan saja, Puspita mendatangi kamar Suhita dan menemukan gadis kecilnya telah tertidur. Sepertinya dia begitu kelelahan. Sampai-sampai tidak bereaksi apa pun saat Puspita membelai dan mengecvp keningnya.

"Kanda, maaf. Aku bawakan wedang jahe hangat untuk Kanda," Puspita tersenyum manis menghampiri suaminya yang duduk di taman seorang diri.

"Terima kasih," Mahesa menyambut cangkir berisi wedang jahe yang Puspita berikan dan langsung meneguknya.

"Apa yang sedang Kanda pikirkan?" tanya Puspita seraya merapihkan rambut Mahesa.

"Bagaimana, apa kau sudah bicara lagi dengan Suhita. Aku tadi sudah coba bicara, kau bisa terka sendiri apa jawabannya. Tapi bukankah dia lebih dekat denganmu, bicaralah dan kau harus bisa meyakinkan dia," tegas Mahesa.

Puspita menarik napas panjang. Dia hanya tersenyum, tapi belum bisa menjawab. Puspita hanya menyandarkan kepalanya di bahu Mahesa. Dia tahu kalau hati Mahesa sedang gundah dan banyak pikiran. Dia harus bisa menjaganya agar tidak sampai kebablasan. Puspita paham betul bagaimana kepribadian suaminya.

"Kanda, malam ini begitu indah. Lihat, rembulan bersinar sangat terang tersenyum pada kita, lalu apa alasan kita untuk gundah?" Puspita menunjuk pada cuaca malam yang sangat indah.

Mahesa tersenyum, istrinya itu memang pandai memancing-mancing. Menghapus kepenatan di hatinya. Dan memang, Mahesa harus akui jika Puspita adalah satu-satunya orang yang paling mengerti dirinya. Bisa diandalkan, dan mampu menjadi tempat berlindung dalam kepedihan dan tempat berteduh dalam keletihan.

"Selama kita bersama, belum pernah 'kan melakukan di tempat terbuka seperti ini, diterangi cahaya rembulan," Mahesa tersenyum penuh arti pada istrinya. Tangannya sudah bergerak lebih dulu sebelum Puspita sempat bereaksi.

"Iiihhh, dasar!" Puspita mencubit lembut pipi suaminya dan membiarkan tangan Mahesa bergerak mengacak-acak pakaian yang dia kenakan. Lagi pula, semuanya memang milik Mahesa.

Terpopuler

Comments

Wedus Gembel

Wedus Gembel

Puspita tidak ada obat untuk mengembalikan kemampuannya tah

2022-05-06

1

Thomas Andreas

Thomas Andreas

lanjuutt

2022-04-02

1

@elang_raihan.Nr☕+🚬🐅🗡🐫🍌

@elang_raihan.Nr☕+🚬🐅🗡🐫🍌

Waduh tubuh menulis puisi untuk membawa dalam ... 😂☕

2021-02-09

3

lihat semua
Episodes
1 Keluarga Kecil
2 Kawan Lama
3 Kegemaran Nyeleneh
4 Suhita Hilang
5 Kejadian Sebenarnya
6 Klan Mata Hantu
7 Klan Mata Hantu ll
8 Klan Mata Hantu lll
9 Cabang Klan
10 Sedikit Petunjuk
11 Gua Laba-laba
12 Tujuh Laba-laba
13 Teh Beracun
14 Menaklukkan Labirin
15 Berkas Penting
16 Rumah Yang Kosong
17 Dari Celah Lubang
18 Darah dibayar Darah
19 Menulis Catatan Racun
20 Wanita Pengasuh
21 Merampok perampok
22 Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23 Kehadiran Dua Pengasuh
24 Tabib Yang Dicari
25 Orang Di Dasar Jurang
26 Tabib Titisan Dewa
27 Menunggu Ayah Pulang
28 Penyusup
29 Dua Kitab Beda Warna
30 Keinginan Yang Dinanti
31 Sepucuk Surat
32 Belati Berbisa
33 Dua Mata Koin
34 Yang Diharapkan
35 Bukit Naga Hijau
36 Di Dalam Gua
37 Sekarang Berbeda
38 Penyakit Aneh
39 Asap Pengubur Nyata
40 Gua Badai Salju
41 Gua Badai Salju ll
42 Keluar Dari Bukit Hujan
43 Pertemuan Tak Terduga
44 Di Penginapan
45 Pembantaian Keji
46 Pertarungan Di Tepi Hutan
47 Mengintai
48 Bekerja Sama
49 Kitab Langit dan Bumi
50 Kitab Langit dan Bumi ll
51 Cara Penyelamatan
52 Mahluk Alam Astral
53 Jalan Keinginan
54 Membuka Seluruh Level Kekuatan
55 Perjalanan Menuju Giling Wesi
56 Mengobati Penyakit Aneh
57 Penyakit Yang Sebenarnya
58 Kelompok Jubah Hitam
59 Menyamar Sebagai Anggota
60 Markas Kelompok Jubah Hitam
61 Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62 Ruang Penjara
63 Enam Pendekar
64 Kekalahan Enam Pendekar
65 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67 Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68 Menyudahi
69 Eee ... Ketemu Lagi
70 Bocah Nakal
71 Pertandingan Semifinal
72 Jurus Racun Bayangan
73 PENGUMUMAN
74 Menara Kematian
75 Kekompakan Saudara
76 Mundur Untuk Menang
77 Menembus Partai Final
78 Murid Berbakat
79 Malam Menjelang Final
80 Malaikat Pelindung
81 Pertandingan Final
82 Pertandingan Final ll
83 Janji Seorang Abdi
84 Pertandingan Terakhir
85 Pertandingan Terakhir ll
86 Juara Sejati
87 Senyuman Tipis
88 Racun Duri Teratai
89 Malam Perpisahan
90 Peti Jenazah
91 Ratu Racun
92 Di Kedai Tepi Jalan
93 Perjalanan Berkuda
94 Penjaga Pintu Gua
95 Gua Siluman
96 Pengkhianatan Nilam Sari
97 Terbang Bersama
98 Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99 Keberadaan Teratai Berduri
100 Dua Pendekar Pedang Kembar
101 Rencana Busuk
102 Dalam Perjalanan Pulang
103 Pembunuh Bayaran
104 Cugung Badas
105 Kuda Misterius
106 Surat Perjanjian
107 Keputusan 'Bijak'
108 Tiba Di Giling Wesi
109 Khasiat Daun Teratai Berduri
110 Jalan Kesembuhan
111 Pria Di Atap Penginapan
112 Tamu Istimewa
113 Bayangan Mencurigakan
114 Serangan Mendadak
115 Hasil Yang Didapat
116 Bantuan Tidak Terduga
117 Jarum Kehidupan
118 Bukan Lawan Yang Sepadan
119 Tawanan
120 Rintik Air Hujan
121 Tamu Istimewa
122 Kedatangan Tamu Istimewa
123 Pasukan Mayat Hidup
124 Pasukan Mayat Hidup ll
125 Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126 Tiga Saudara
127 Pertukaran Yang Adil
128 Kerjasama
129 Keberhasilan Misi
130 Pertarungan Terakhir (End)
131 Sepuluh Tahun Kemudian
132 Sosok Misterius
133 Saudara Kembar
134 Candi Karusian
135 Prahara di Candi Karusian
136 Penculik
137 Seorang Buronan
138 Siluman Penculik
139 Sumber Racun
140 Mencari Mata Air Beracun
141 Padepokan Lembah Wilis
142 Pendekar Naga Kresna
143 Siluman Penebar Racun
144 Kekalahan Tabib Dewa
145 Melanjutkan Perjalanan
146 Gua Misterius
147 Ruang Rahasia
148 Dewi Kundalini
149 Penggugah Hati
150 Energi Asing
151 Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152 Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153 Perselisihan
154 Melarikan Diri
155 Jejak Kemuning
156 Hukuman bagi Penjahat Korup
157 Dipaksa Menikah
158 Duduk Nikah, Tegak Cerai
159 Diah Pitaloka
160 Keamanan Tabib Dewa
161 Pagi yang Mencekam
162 Singa yang Terjaga
163 Tanpa Alasan?
164 Lumut Kehidupan
165 Ada Daging, Buaya Mendekat
166 Bukan Sumberdaya
167 Janji Masa Kecil
168 Menjelang Dini Hari
169 Rahasia Kemuning
170 Penyusup
171 Penyusup ll
172 Burcangijo
173 Laporan Tiliksandi
174 Sosok Di Balik Layar
175 Jawaban Sikap Suhita
176 Penginapan Luar Kota
177 Siluman Piton Berbisa
178 Sangkar Piton Berbisa
179 Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180 Celah Luka
181 Alam Evolusi
182 Bidadari Surga
183 Gingseng Seribu Nyawa
184 Mutiara Hati
185 Petaka Setelah Hujan
186 Desa Batu
187 Serangan di Desa Batu
188 Putri Foniks
189 Biara Cahaya
190 Pasukan Sayap Kelelawar
191 Kontak Batin
192 Ilmu Sirep
193 Malam Yang Terlewatkan
194 Malam Yang Terlewatkan ll
195 Burung Pengintai
196 Penginapan Muvvah
197 Ahli Nujum
198 Jari Penghancur
199 Praduga
200 Pertarungan, dimulai
201 Jala Sutra
202 Bantuan Pasukan Regu Kedua
203 Awal Perselisihan
204 Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205 Cerita Kencana Sari
206 Rumah Bordil
207 Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208 Kediaman Kemuning
209 Tamu Istimewa
210 Kujang Kembar
211 Pertarungan Sengit
212 Kekalahan Kujang Kembar
213 Pembunuh Bayaran
214 Siluman Kabut
215 Raja Iblis dari Lereng Utara
216 Sungai Kecil di Padang Tandus
217 Akibat Perut Sakit
218 Malaikat Penolong Tepat Waktu
219 Keberadaan Dewi Api
220 Kuil Sinar Mulya
221 Jurus Pedang Rahasia
222 Obat Mujarab
223 Kedai Makan
224 Efek Negatif Aura Siluman
225 Racun Penyelamat
226 Keputusan Sulit
227 Tetes Darah Perawan
228 Kejadian di Warung Makan
229 Boneka Sihir
230 Fragmen Tanah
231 Fragmen Tanah ll
232 Ibuku Seorang Siluman
233 Pulau Seribu Pandan
234 Di Perjalanan
235 Karpet Emas
236 Alam Dedemit
237 Hari Ulang Tahun
238 Dendam Lama
239 Ajang Balas Dendam
240 Kemenangan dalam Duka
Episodes

Updated 240 Episodes

1
Keluarga Kecil
2
Kawan Lama
3
Kegemaran Nyeleneh
4
Suhita Hilang
5
Kejadian Sebenarnya
6
Klan Mata Hantu
7
Klan Mata Hantu ll
8
Klan Mata Hantu lll
9
Cabang Klan
10
Sedikit Petunjuk
11
Gua Laba-laba
12
Tujuh Laba-laba
13
Teh Beracun
14
Menaklukkan Labirin
15
Berkas Penting
16
Rumah Yang Kosong
17
Dari Celah Lubang
18
Darah dibayar Darah
19
Menulis Catatan Racun
20
Wanita Pengasuh
21
Merampok perampok
22
Merampungkan Catatan Ilmu Racun
23
Kehadiran Dua Pengasuh
24
Tabib Yang Dicari
25
Orang Di Dasar Jurang
26
Tabib Titisan Dewa
27
Menunggu Ayah Pulang
28
Penyusup
29
Dua Kitab Beda Warna
30
Keinginan Yang Dinanti
31
Sepucuk Surat
32
Belati Berbisa
33
Dua Mata Koin
34
Yang Diharapkan
35
Bukit Naga Hijau
36
Di Dalam Gua
37
Sekarang Berbeda
38
Penyakit Aneh
39
Asap Pengubur Nyata
40
Gua Badai Salju
41
Gua Badai Salju ll
42
Keluar Dari Bukit Hujan
43
Pertemuan Tak Terduga
44
Di Penginapan
45
Pembantaian Keji
46
Pertarungan Di Tepi Hutan
47
Mengintai
48
Bekerja Sama
49
Kitab Langit dan Bumi
50
Kitab Langit dan Bumi ll
51
Cara Penyelamatan
52
Mahluk Alam Astral
53
Jalan Keinginan
54
Membuka Seluruh Level Kekuatan
55
Perjalanan Menuju Giling Wesi
56
Mengobati Penyakit Aneh
57
Penyakit Yang Sebenarnya
58
Kelompok Jubah Hitam
59
Menyamar Sebagai Anggota
60
Markas Kelompok Jubah Hitam
61
Markas Kelompok Jubah Hitam ll
62
Ruang Penjara
63
Enam Pendekar
64
Kekalahan Enam Pendekar
65
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam
66
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam ll
67
Hancurnya Kelompok Jubah Hitam lll
68
Menyudahi
69
Eee ... Ketemu Lagi
70
Bocah Nakal
71
Pertandingan Semifinal
72
Jurus Racun Bayangan
73
PENGUMUMAN
74
Menara Kematian
75
Kekompakan Saudara
76
Mundur Untuk Menang
77
Menembus Partai Final
78
Murid Berbakat
79
Malam Menjelang Final
80
Malaikat Pelindung
81
Pertandingan Final
82
Pertandingan Final ll
83
Janji Seorang Abdi
84
Pertandingan Terakhir
85
Pertandingan Terakhir ll
86
Juara Sejati
87
Senyuman Tipis
88
Racun Duri Teratai
89
Malam Perpisahan
90
Peti Jenazah
91
Ratu Racun
92
Di Kedai Tepi Jalan
93
Perjalanan Berkuda
94
Penjaga Pintu Gua
95
Gua Siluman
96
Pengkhianatan Nilam Sari
97
Terbang Bersama
98
Menuju Wisma Pendekar Tongkat Emas
99
Keberadaan Teratai Berduri
100
Dua Pendekar Pedang Kembar
101
Rencana Busuk
102
Dalam Perjalanan Pulang
103
Pembunuh Bayaran
104
Cugung Badas
105
Kuda Misterius
106
Surat Perjanjian
107
Keputusan 'Bijak'
108
Tiba Di Giling Wesi
109
Khasiat Daun Teratai Berduri
110
Jalan Kesembuhan
111
Pria Di Atap Penginapan
112
Tamu Istimewa
113
Bayangan Mencurigakan
114
Serangan Mendadak
115
Hasil Yang Didapat
116
Bantuan Tidak Terduga
117
Jarum Kehidupan
118
Bukan Lawan Yang Sepadan
119
Tawanan
120
Rintik Air Hujan
121
Tamu Istimewa
122
Kedatangan Tamu Istimewa
123
Pasukan Mayat Hidup
124
Pasukan Mayat Hidup ll
125
Musnahnya Pasukan Mayat Hidup
126
Tiga Saudara
127
Pertukaran Yang Adil
128
Kerjasama
129
Keberhasilan Misi
130
Pertarungan Terakhir (End)
131
Sepuluh Tahun Kemudian
132
Sosok Misterius
133
Saudara Kembar
134
Candi Karusian
135
Prahara di Candi Karusian
136
Penculik
137
Seorang Buronan
138
Siluman Penculik
139
Sumber Racun
140
Mencari Mata Air Beracun
141
Padepokan Lembah Wilis
142
Pendekar Naga Kresna
143
Siluman Penebar Racun
144
Kekalahan Tabib Dewa
145
Melanjutkan Perjalanan
146
Gua Misterius
147
Ruang Rahasia
148
Dewi Kundalini
149
Penggugah Hati
150
Energi Asing
151
Lidah Cumi dan Teknik Buaya
152
Pengaruh Buruk Buronan Kerajaan
153
Perselisihan
154
Melarikan Diri
155
Jejak Kemuning
156
Hukuman bagi Penjahat Korup
157
Dipaksa Menikah
158
Duduk Nikah, Tegak Cerai
159
Diah Pitaloka
160
Keamanan Tabib Dewa
161
Pagi yang Mencekam
162
Singa yang Terjaga
163
Tanpa Alasan?
164
Lumut Kehidupan
165
Ada Daging, Buaya Mendekat
166
Bukan Sumberdaya
167
Janji Masa Kecil
168
Menjelang Dini Hari
169
Rahasia Kemuning
170
Penyusup
171
Penyusup ll
172
Burcangijo
173
Laporan Tiliksandi
174
Sosok Di Balik Layar
175
Jawaban Sikap Suhita
176
Penginapan Luar Kota
177
Siluman Piton Berbisa
178
Sangkar Piton Berbisa
179
Kemampuan Ilusi Piton Berbisa
180
Celah Luka
181
Alam Evolusi
182
Bidadari Surga
183
Gingseng Seribu Nyawa
184
Mutiara Hati
185
Petaka Setelah Hujan
186
Desa Batu
187
Serangan di Desa Batu
188
Putri Foniks
189
Biara Cahaya
190
Pasukan Sayap Kelelawar
191
Kontak Batin
192
Ilmu Sirep
193
Malam Yang Terlewatkan
194
Malam Yang Terlewatkan ll
195
Burung Pengintai
196
Penginapan Muvvah
197
Ahli Nujum
198
Jari Penghancur
199
Praduga
200
Pertarungan, dimulai
201
Jala Sutra
202
Bantuan Pasukan Regu Kedua
203
Awal Perselisihan
204
Raja Genderuwo dan Suatu Rencana
205
Cerita Kencana Sari
206
Rumah Bordil
207
Memberantas Sindikat Perdagangan Manusia
208
Kediaman Kemuning
209
Tamu Istimewa
210
Kujang Kembar
211
Pertarungan Sengit
212
Kekalahan Kujang Kembar
213
Pembunuh Bayaran
214
Siluman Kabut
215
Raja Iblis dari Lereng Utara
216
Sungai Kecil di Padang Tandus
217
Akibat Perut Sakit
218
Malaikat Penolong Tepat Waktu
219
Keberadaan Dewi Api
220
Kuil Sinar Mulya
221
Jurus Pedang Rahasia
222
Obat Mujarab
223
Kedai Makan
224
Efek Negatif Aura Siluman
225
Racun Penyelamat
226
Keputusan Sulit
227
Tetes Darah Perawan
228
Kejadian di Warung Makan
229
Boneka Sihir
230
Fragmen Tanah
231
Fragmen Tanah ll
232
Ibuku Seorang Siluman
233
Pulau Seribu Pandan
234
Di Perjalanan
235
Karpet Emas
236
Alam Dedemit
237
Hari Ulang Tahun
238
Dendam Lama
239
Ajang Balas Dendam
240
Kemenangan dalam Duka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!