BAB 10

🌹HAPPY READING🌹

Nana duduk melamun sambil mengaduk-aduk makanan yang ada di depannya. Saat ini dia sedang menikmati makan siang bersama sahabatnya di Kantin Kantor. Ucapan Arya tadi pagi terus terngiang di telinganya. Benarkah dia serendah itu? Benarkah dia sangat pantas untuk dikatakan seperti jalang? Pikiran Nana bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Yura yang melihat Naina seperti itu heran.

"Lo kenapa, Na?"

Nana hanya menggeleng menjawab pertanyaan Yura.

"Makanan itu dibeli pakai uang. Nggak gratis, dan cari uang itu susah. Jangan Lo aduk-aduk kayak gitu. Kasihan makanannya!" ucap Yura menasehati Nana.

Nana menatap makanannya. Benar saja, makanannya sudah seperti adonan kue karena diaduk-aduk. Hilang sudah selera makan Nana. Ditengah kegiatan mereka, seorang pegawai dengan bedak tebal dan lipstick merah secerah matahari lewat di sebelah meja Nana, dan dengan sengaja menumpahkan jus yang ada di tangannya sehingga mengenai rok Nana.

"Ups, sorry Nggak Sengaja!" ucap Sarah dengan tanpa bersalahnya.

"Lo kalau jalan mata tu dipake!" ucap Yura tegas membela Nana.

"Kan gue udah bilang kalau nggak sengaja, kenapa Lo yang ngegas, sih?" jawab Sarah sewot.

"Lo lihat nih, roknya Nana jadi basah gara-gara Lo. Dasar buta!" jawab Yura.

"Udahlah Yu, gue nggak apa-apa. Nanti juga bakal kering kok," ucap Nana menenangkan Yura.

"Tuh, orangnya aja nggak marah. Kenapa Lo yang sewot."

"Yang Lo siram ini sahabat gue, bang sat!" ucap Yura.

"Yu, udah gue nggak apa-apa kok," ucap Nana memegang tangan Yura.

"Tuh Lo denger! Nana nggak apa-apa. Lagian dia juga udah biasa kali di rendahin sama orang sekantor. Iya nggak sekretaris penggoda?" tanya Sarah memandang rendah Nana.

Nana hanya tersenyum, dia tidak ingin mencari keributan untuk saat ini. Nana berdiri dari duduknya dan menatap dalam mata Sarah. "Terimakasih pujiannya, Sarah. Semoga Lo nggak lebih baik dari gue. Permisi!" ucap Nana menarik tangan Yura pergi meninggalkan Kantin.

.....

"Lo tu kenapa sih, Na? kenapa malah diam aja digituin sama Sarah. Dia itu sengaja tumpahin jusnya ke rok Lo. Jangan diem aja, Na. Nanti mereka malah keenakan terus-terusan ngerjain Lo," omel Yura kepada Nana.

Saat ini mereka sedang berada di toilet lantai satu untuk membersihkan noda jus yang ada di rok Nana. "Ya udahlah, Yu. Orang kayak gitu nggak usah diladeni," ucap Nana sambil membersihkan roknya.

"Ya nggak bisa, Na. Lagian gue heran, kenapa Lo itu sabar banget, sih? Kalau ada lomba kesabaran di dunia ini, gue yakin Lo pemenangnya," ucap Yura.

"Penolakan Pak Arya lebih menyakitkan dari ini, Yu. Dan gue bisa hadapinya, kan. Ini belum apa-apa buat gue," jawab Nana santai.

"Ck, cinta emang buta," ucap Yura kesal kepada Nana.

Sepuluh menit berlalu, dan Nana sudah selesai membersihkan roknya. Walau tidak terlalu bersih, setidaknya noda jus itu bisa tersamarkan dari rok Nana.

"Ya sudah, Yu. Bentar lagi jam istirahat selesai. Kita balik , yuk," ajak Nana kepada Yura.

Yura mengangguk mengiyakan ajakan Nana. Nana menggandeng tangan Yura keluar dari toilet dan berjalan menuju ruangan mereka masing-masing.

.....

Sedangkan diruangan nya, Arya kedatangan tamu seorang bidadari kecil yang sangat cantik.

"Uncle," panggil bidadari kecil tersebut yang masuk bersama Ibunya.

Arya yang tadi fokus dengan layar komputernya mengalihkan pandangan mendengar suara mungil memanggilnya.

"Wah, bidadari Uncle datang. Sini sayang," ucap Arya menghampiri Freya dan memeluk gadis itu.

"Ar, Kakak titip Freya, ya," ucap Dinda yang berdiri di belakang Freya.

"Emang Kakak mau kemana?" tanya Arya heran.

"Kakak ada acara ngumpul sama teman-teman Kakak. Nanti kalau bawa Freya takut dia bosan. Kakak titip disini, ya," ucap Dinda memohon kepada Arya.

Arya mengangguk. "Tidak masalah. Lagian Freya bisa menemaniku kerja disini. Iya kan, Sayang?" tanya Arya menatap Freya yang ada di gendongannya.

Freya mengangguk semangat mengiyakan perkataan Arya. Dia lebih senang bersama Arya daripada ikut bersama Mamanya.

"Freya disini jangan nakal, ya. Mama pergi dulu. Jangan ganggu Uncle kerja, ya," ucap Dinda sebelum pergi meninggalkan ruangan Arya.

"Iya, Ma. Fleya nggak akan nakal," jawab Freya patuh.

Dinda tersenyum. "Kakak pergi dulu, Ar," ucap Dinda pamit.

"Iya, Kak. Hati-hati," jawab Arya.

"Freya mau main disini atau di luar?" tanya Arya setelah Dinda pergi.

"Fleya mau main disini, Uncle," jawab Freya.

"Ya sudah, mainan Freya ada di dalam sana," ucap Arya menunjuk pintu kamar pribadinya. "Nanti kalau ada apa-apa Freya panggil Uncle, ya," lanjut Arya.

"Iya, Uncle," jawab Freya. Arya menurunkan Freya dari gendongannya. Anak itu langsung berlari ke kamar pribadi yang ada diruangan Arya untuk bermain. Arya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah keponakannya yang sangat menggemaskan.

Tiga puluh menit.

Satu jam.

Satu jam setengah.

Dua jam.

Freya keluar dari kamar pribadi Arya dengan wajah kesalnya.

"Uncle," panggil Freya.

"Iya, Sayang," jawab Arya tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer.

"Fleya bosan," rengek Freya kepada Arya.

Arya mengentikan kegiatannya dan mendekat kepada Freya. Arya bersimpuh menyamakan tinggi badannya dengan Freya. "Sekarang Freya mau ngapain?" tanya Arya lembut mengusap pipi Freya.

"Fleya mau main dilual. Boleh ya, Uncle?" ucap Freya dengan jurus puppy eyes nya.

Arya sangat gemas melihat keponakannya ini. Bagaimana mungkin dia tidak mengizinkan jika wajah Freya sudah seperti ini.

"Boleh. Tapi jangan jauh-jauh dari ruangan Uncle, ya," ucap Arya mengizinkan Freya.

"Oke, Uncle," jawab Freya. Dengan segera Freya berlari keluar dari ruangan Arya. Dengan menjinjitkan kakinya, Freya akhirnya bisa membuka pintu ruangan Arya.

Freya celingak-celinguk melihat kantor Arya. Karena tidak memperhatikan jalan, dia menabrak seorang wanita cantik.

Brak

Freya terjatuh dan pantatnya mencium lantai dengan sangat baik. "Huaa, sakit!" teriak Freya menangis mengusap pantatnya.

"Astaga, kamu tidak apa-apa cantik?" tanya Nana membantu Freya untuk berdiri.

"Pantat Fleya sakit," jawab Freya mendongak melihat siapa yang membantunya. Tangis Freya berhenti dan wajahnya melongo melihat Nana.

"Wah, Aunty cantik sekali. Apa Aunty balbi?" tanya Freya polos menatap Nana.

Nana gemas melihat anak didepannya ini. "Nama Aunty Nana, bukan balbi, Sayang," ucap Nana.

"Bukan balbi, Aunty. Tapi balbi," ucap Freya memperjelas kepada Nana.

"Iya, balbi," ucap Nana mengerjai Freya.

"Iih, balbi, Aunty. B-a-l-b-i," ucap Freya mengeja dengan bahasa cadelnya.

Nana tertawa senang melihat tingkah Freya. "Iya, Sayang. Barbie," ucap Nana.

"Nama kamu siapa?" tanya Nana lagi.

Belum sempat Freya menjawab, suara bariton itu mengalihkan pandangan mereka

"FREYA!"

......................

Terimakasih selalu setia mengikuti cerita receh yang author tulis.

Tunjukan sayang kalian dengan like, vote dan komentarnya yaa. Agar author lebih semangat lagi.

Jangan lupa follow akun Instagram author juga yaa @nonam_arwa

Jangan lupa baca karya ku yang lain, ya "Derajat Rumah Tanggaku" Author sayang kalian 🌹🌹😘

Terpopuler

Comments

Fitriana Nanaz

Fitriana Nanaz

waduh siarya mau pasang tanduk tuh!!!

2021-07-26

0

Dinda Kharisma

Dinda Kharisma

kena lagi dah

2021-07-14

0

Moonlight

Moonlight

salah lg ni pasti

2021-06-12

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!