BAB 4

🌹HAPPY READING🌹

Nana berjalan dengan senyum mengembang disepanjang lorong. Di sekelilingnya terdapat orang yang tertawa riang, asik dengan dunianya sendiri. Ada yang bermain dengan boneka kesayangan nya, ada yang asik dengan dunia khayalan menciptakan kebahagiaan mereka sendiri.

Terkadang Nana berfikir ingin seperti mereka, selalu bahagia dan tertawa tanpa beban. Tidak seperti dirinya yang tertawa karena menutupi luka. Tapi Nana bersyukur dengan keadaannya. Banyak orang-orang yang memiliki cobaan hidup lebih berat darinya, tapi mereka masih bisa tertawa. Itu lah yang sekarang sedang Nana usahakan, Bahagia.

Setelah berjalan menyusuri koridor, kaki Nana berhenti didepan sebuah pintu yang tertutup rapat.

Ceklek.

Pintu terbuka. Pemandangan pertama yang selalu menyayat hati Nana, Ayahnya yang tidur dengan kaki terikat rantai di ujung kasur. Ya, beginilah keadaan Ayahnya. Terikat setiap hari di Rumah Sakit Jiwa.

"Assalamu'alaikum, Ayah," ucap Nana lembut dengan senyum mengembang kepada Akmal, Ayah Nana.

Akmal hanya diam tanpa ekspresi. Dia terus memandangi langit kamar dengan pandangan kosong. Akmal mengalami depresi berat sejak Nana kecil. Nana tumbuh besar hanya bersama seorang Pembantu Rumah Tangga yang selalu setia menemaninya, Bi Mirna. Tidak ada saudara dan kerabat lainnya. Pernah Nana meminta Bi Mirna untuk pergi mencari pekerjaan yang lebih layak, tapi Bi Mirna menolak dengan alasan dia sudah nyaman dan menganggap Nana seperti anaknya sendiri.

Akmal mengalami depresi berat karena kepergian istri yang sangat dicintainya, dan memilih pergi dengan lelaki yang lebih mapan dari Akmal. Nana bukan dari keluarga kaya raya, tapi mereka hidup dengan berkecukupan. Sejak saat itu, Akmal sering ngamuk tidak jelas, kadang tertawa sendiri, marah-marah tidak jelas. Dan terkadang Nana kecil akan menjadi sasarannya. Oleh karena itu, Bi Mirna yang kasihan dengan Nana memasukkan Akmal ke rumah sakit Jiwa. Dua puluh tahun sudah Akmal di Rumah Sakit Jiwa, tapi tidak ada perkembangan dengan kejiwaannya. Sekarang dia lebih banyak bermenung, dan terkadang menangis sendiri.

Nana duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Akmal.

"Ayah, bagaimana kabarnya sekarang?" tanya Naina lembut.

Akmal hanya diam, pandangannya terus kosong ke langi-langit kamar.

"Ayah tahu, tadi Nana colek dagunya Arya, lho. Pak Bos yang selalu Nana ceritain sama Ayah. Walaupun Nana dimarahin, tapi Nana senang. Karena Nana merasa kehadiran Arya dapat membantu Nana, Ayah. Ayah jangan marah karena kecentilan Nana, ya. Ayah, Ayah harus sembuh. Apa Ayah nggak capek disini terus, udah dua puluh tahun Lo, Ayah. Ayah sembuh ya, kita pulang ke rumah. Nana kangen Ayah," ucap Nana dengan suara bergetar menahan tangisnya.

Nana berdiri dan ikut naik ke atas kasur. Nana merebahkan kepalanya di pangkuan Akmal. Nana mengambil tangan Akmal dan meletakkan di atas kepalanya. Seakan mengerti, Akmal mengusap lembut kepala anaknya. "Ayah tahu, sampai sekarang Bi Mirna selalu temani Nana di rumah. Kami berdua rindu dengan Ayah. Ayah sembuh, ya. Biar kita bisa pulang," ucap Nana dengan air mata yang sudah tidak bisa dia tahan. Hati Nana sakit. Bahkan Nana tidak pernah mengucapkan kata 'Mama' dari mulutnya sejak Mamanya memilih pergi. Dia tidak ingin menambah luka Ayahnya.

"Cantik," satu kata yang keluar dari mulut Akmal ketika mengalihkan pandangannya kepada Nana.

Nana tersenyum. "Nana cantik karena Ayah Nana ganteng," ucap Nana mencolek dagu Ayahnya dari bawah. Karena keasikan bercerita, Nana tertidur dengan paha Akmal sebagai bantalnya.

.....

Arya menghempaskan tubuhnya ke kasur king size miliknya. Menghela nafas lelah karena pekerjaannya yang begitu banyak. Arya kembali memikirkan perkataan yang tadi dia lontarkan kepada Nana.

"Apa tadi gue kasar banget, ya? Tapi memang seperti itu yang gue lihat. Gue harus gimana lagi biar Nana berhenti deketin gue," monolog Arya memikirkan cara supaya Nana berhenti mengejarnya.

Tangan Arya bergerak mengambil selembar foto yang selalu dia simpan di saku jasnya. "Kamu kapan kembali? Aku disini selalu menunggu. Berharap cinta yang sejak kecil ada terbalas ketika kita dewasa," ucap Arya memandangi foto gadis cantik tersebut.

"Aku kangen, Cha," ucap Arya lirih. Acha, sahabat masa kecil yang berhasil merebut hati seorang Arya.

......................

Terimakasih selalu setia mengikuti cerita receh yang author tulis.

Tunjukan sayang kalian dengan like, vote dan komentarnya yaa. Agar author lebih semangat lagi.

Jangan lupa follow akun Instagram author juga yaa @nonam_arwa

Terpopuler

Comments

Berlian Bakkarang

Berlian Bakkarang

kangen sama mas ibra ya thor hehe

2023-01-02

0

Maryana Fiqa

Maryana Fiqa

sedih banget kehidupan Nana bikin nyesak aja awal baca😭😭😭😭😭😭

2022-10-08

0

Syifa Altafunnisa

Syifa Altafunnisa

mulai Baper kayaknya nie🤔😢 lanjut

2021-09-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!