ABYAZ
Hallo semuanya 😚
Jumpa lagi dengan othor Vie-GV
Ini hanya sebuah cerita ambyar.
Bila tidak berkenan, tolong lewati saja.
Bila suka, silakan beri like, komentar dan Votenya. 🥰😘 Matur nuwun 🙏
...AWAL CERITA...
...Dengarlah kata hatimu...
...Jangan kau lupakan aku...
...Berharap kembali menghampiri aku...
...Membawa harapan manis yang hanya untukku...
...Aku hanya Abyaz...
...Aku hanya gadis biasa...
...Aku hanya mahasiswa Satra...
...Aku hanya anak Mama dan Papa...
...Kamu bilang akan segera pergi...
...Aku mohon lekaslah kembali...
...Aku ingin sebuah janji...
...Agar kamu bisa menepati...
...Mas Damar...
...Apa kamu akan melupakan aku?...
...Apa kamu akan melupakan tentang kita?...
...Jawab aku!...
...Untuk kali ini saja...
...Tolong berikan aku jawaban...
...Kamu pasti tersenyum saat membaca tulisan ini...
...Kamu pasti sudah membaca tulisan jelekku ini kan?...
...Jangan tersenyum di depan gadis lain...
...Karena aku tidak suka...
...Mas Damar...
...Aku akan menunggumu...
...Aku akan terus menunggumu...
...Aku tidak akan melupakanmu...
...Aku akan selalu mencintaimu...
...Dengan segenap hati yang ada...
...Dengan segenap rasa yang ada...
...Pasti kamu merasakan hal yang sama...
...Terima kasih untuk cinta yang kamu berikan untuk aku...
...Abyaz akan selalu mencintaimu...
...Dari aku, yang mencintaimu...
...Abyaz Ali Wardana...
Damar telah membaca tulisan itu, saat berada di atas ketinggian 3400 kaki.
"Abyaz, aku juga sangat mencintaimu."
Damar akan kembali ke negeri Paman Sam. Untuk melanjutkan pendidikannya.
Damar seorang pemuda yang manis dan berkharisma.
Tapi sesungguhnya cinta mereka akan di uji saat Long Distance Relationship atau yang dikenal dengan LDR.
Damar juga belum mendapat restu dari Papanya Abyaz. Hanya saja, ada hal yang selalu membuat Abyaz bisa membujuk Papanya.
Abyaz yang baru kuliah semester 4. Usianya baru menginjak ke 20 tahun. Sedangkan Damar, sudah berusia 24 tahun.
Mereka berdua masih sangat muda. Dan ini, baru awal dari kisah cinta mereka berdua.
Flashback On
Di Bandara Internasional, sosok tampan duduk menunggu jam keberangkatan.
Sosok yang memiliki senyuman manis. Berkulit putih bersih, rambut hitam kecoklatan tertata rapi. Tinggi badannya sekitar 178 centi meter. Pemuda yang berkharisma dan sangat menawan.
Memakai kaos putih, berpadukan celana panjang jeans hitam, lalu mengenakan jaket kulit warna coklat.
Menatap layar ponsel dan mengirim sebuah pesan. Tidak lama pesan itu sudah terbalas, dan senyuman tipis tersirat di wajah tampannya.
"Abyaz aku masih menuggumu." Batinya, dan masih menatap layar ponselnya.
Tatapan jauh memandang landasan pesawat terbang. Masih sekitar 30 menit lagi, sebelum keberangkatannya.
Masih dengan senyumannya, dan Abyaz mengatakan dirinya terjebak dalam kemacetan.
"Papa, Abyaz turun disini saja." Abyaz yang keluar dari mobil Papanya, lalu berlari begitu saja.
"Abyaz." Teriak Pras, yang tampak menggeleng, saat melihat anak gadisnya, sudah berlari hanya untuk menemui sang kekasih hati.
Abyaz, sekarang sudah dewasa. Tapi Papanya tetap saja ada disisi putrinya. Belum sanggup rasanya, untuk menyerahkan Abyaz kepada pemuda.
Banyak pemuda yang ingin meminang Abyaz, tapi sang Papa tetap kekeh, anaknya masih kuliah. Bahkan belum terlalu dewasa untuk melangkah ke pelaminan.
Abyaz yang memakai sepatu sporty, dan berlari dengan cepat. Melewati beberapa mobil yang terjebak kemacetan.
Arah masuk ke Bandara, pagi itu sangat merayap, entah ada apa. Abyaz ingin segera menemui sang pujaan hati dan ini untuk terakhir kalinya, sebelum sang pujaan hati pergi meninggalkan kota Jakarta, dan juga meninggalkan Abyaz.
"Uuhh." Abyaz yang seolah lelah berlari, tampak menunduk dan mengatur nafasnya.
Masih ada waktu 20 menit. Abyaz yang berdiri di terminal 2 Internasional. Dia menatap sekitar, dan mulai berjalan mencari kekasih hatinya.
Abyaz yang berlari dan mencari di kursi tunggu. Dari satu barisan kursi, ke tempat lain. Sangat ramai, bahkan dia juga sempat menabrak orang. Tidak bisa melihat ke arah sang pujaan hati.
"Mas Damar dimana?" Abyaz gelisah, mulai menghubunginya.
"Hallo, Mas Damar di sebelah mana?"
"Coba lihat ke belakang." Ucapnya.
Abyaz membalikan badannya. Damar yang melambaikan ponselnya, senyuman manis tersirat di wajah tampannya.
Abyaz Ali Wardana, putri kedua dari pasangan Prasetya Wardana dan Britney Rhiannon.
Paras dan lekuk tubuhnya yang indah, gaya penampilannya yang selalu keren, cantik dan sangat manis.
Memiliki tinggi badan sekitar 168 centi meter, dengan berat badan yang ideal.
Abyaz gadis yang menjaga badannya, setiap terlihat cubby, dia akan berusaha menurunkan berat badannya.
Gadis blasteran Jawa, Betawi, Mandarin dan juga Pakistan. Tapi dia lebih identik berwajah Pakistan, seperti sang Mama. Ada satu yang begitu mirip dengan sang Papa.
Ketengilan dari sang Papa menurun ke Abyaz, hanya saja ketika di depan pemuda pujaan hatinya, dia cukup manis dan lemah lembut.
Perilaku, sifat dan sikap Abyaz, juga tidak mirip dengan Mama, hanya saja wajahnya 11,12 dengan sang Mama. Wajah Arabnya yang mendominasi.
Abyaz gadis yang baru menginjak usia 20 tahun. Abyaz cukup pintar, tapi dia juga termasuk gadis yang pemalas, dan nilai-nilai sekolahnya tidak maksimal.
Berbeda dengan Papanya yang begitu rajin, dan sangat berbeda dengan Mamanya yang begitu pandai.
Kakaknya yang bernama Alishba juga sangat pandai, bahkan dia begitu ulet dan perfeksionis.
"Kamu berlari?" Tanya Damar.
Damar memandangi wajahnya lebih lekat. Tangannya mengelap keringat Abyaz, lalu dengan senyuman manis, dia mengelus rambut Abyaz.
"Kenapa harus berlari. Aku akan menunggu kamu." Ucap Damar.
Abyaz yang malu-malu, masih tampak menunduk. Perlahan menatap Damar dan tersenyum manis.
"Ini buat Mas Damar." Ucapnya.
Kedua tangan Abyaz memegang sebuah amplop merah maroon, lalu memberikan itu kepada Damar.
Damar dengan senyuman manis, mengambilnya dan hendak membukanya.
"Tunggu!"
Damar menatapnya dan bibir Damar terlihat sangat unyu. "Kenapa? Aku sudah penasaran."
"Nanti aja, kalau sudah di pesawat."
Damar menggaguk, lalu memasukan amplop itu ke saku jaketnya.
"Itu jangan sampai hilang."
"Tidak akan." Balasnya dengan senyum.
"Aku semalaman nulisnya. Padahal aku kuliah ambil Sastra, tapi aku pandainya berhitung. Aku kuliah ingin jadi penulis, tapi sepertinya aku akan gagal."
Damar dengan senyuman manis, dan mengangkat dagu Abyaz.
"Kenapa menunduk?? Kamu nggak mau melihat aku?"
"Bukan. Tapi aku takut."
Damar masih saja dengan senyuman manisnya, dan bertanya "Kenapa takut? Apa aku sudah mirip zombie??"
Damar menggodanya dan Abyaz mulai tersenyum manis.
"Aku takut kangen." Ucapnya, lalu dia kembali menundukkan wajah cantiknya.
"Kita bisa chat, kalau mau ngaji bareng kita bisa vidcal, aku bisa VN kalau mau dengerin nyanyian aku, apa yang kamu takutkan??"
"Tetap aja takut. Mas Damar pasti akan lama disana. Aku nggak ada teman lagi." Ucap Abyaz.
Bibirnya semakin cemberut bulat. Tatapan matanya berganti ke arah samping.
Damar menghembuskan nafasnya dengan pelan, tampak menggaruk kening dan Abyaz sepertinya susah kalau ditinggal pergi.
"Terus, kenapa kamu kesini?"
"Aku cuma mau kasih amplop itu."
"Ya udah, kalau gitu pulang."
"Iya, aku juga mau ke Kampus."
"Iya, hari ini jadwal mata kuliah Apresiasi Drama."
"Mas Damar hafal semua jadwal kuliahku."
Abyaz ternyata benar-benar tidak mau menatap wajah Damar.
"Aku harus pergi." Damar yang melekatkan wajahnya.
Abyaz yang menolehkan wajah cantiknya kesana kemari. Damar seketika menjadi gemas.
"Aku juga pasti merindukanmu." Ucap Damar dan memeluk erat Abyaz.
Abyaz hanya diam, tanpa berucap dan tanpa berkata apapun. Bahkan kedua tangannya tidak menyentuh Damar. Dia sudah seperti patung yang berdiri tegap.
"Damar!!" Suara yang membuat Damar terkaget.
Pras yang tiba-tiba muncul, entah dari mana. Sudah memanggil nama pemuda itu dan perlahan Damar melepaskan pelukannya.
"Pagi Om Pras." Sapa Damar dengan tersenyum.
Abyaz tersenyum dan dalam hatinya "Bukannya tadi macet parah. Kenapa Papa bisa cepat sampai disini? Aku heran sama Papa. Pasti kalau lagi begini, Papa tiba-tiba nongol."
Pras yang berdiri jauh dari mereka tampak berdehem dan Abyaz mengerti.
Abyaz perlahan menjauh dari Damar dan mendekat ke Papanya.
"Papa."
Damar tersenyum dan berkata "Om Pras, maafin Damar. Damar yang tidak tahu tata krama."
"Lain kali, jangan ada hal yang begini lagi. Apalagi ini, ditempat umum." Tegurnya yang masih saja tengil, tapi tidak tampak senyuman khasnya. Yang ada hanya tatapan mata yang dingin.
"Iya Om Pras, Damar khilaf." Ucapnya.
"Papa, kayak nggak pernah muda aja. Pasti sama Mama, Papa juga begitu."
Pras berkata "Papa sama Mama kamu langsung menikah. Nggak ada namanya pacaran, main peluk-pelukan di tempat umum."
"Iya, tahu. Tapi Papa pernah muda. Pasti Papa juga gitu sama mantan pacar Papa."
Damar memalingkan wajahnya dan tersenyum.
Pras cukup geregetan dan berkata "Ya, terserah kamu mau bilang apa soal Papa. Kalian sudah melakukan salam perpisahan."
"Damar hati-hati disana. Kuliah yang rajin."
"Abyaz ayo pergi, kamu harus ke kampus."
Damar yang melihat adegan Papa dan anaknya begitu menggemaskan. Damar hanya tersenyum saja.
"Papa, 2 menit aja ya." Pinta Abyaz.
Pras yang tidak bisa menolak ketika anak gadisnya yang memasang wajah seolah memohon. Pras jadi tidak berdaya.
"Oke, Papa tunggu di depan."
"Thank you Papa." Ucap Abyaz dan Pras pergi meninggalkan mereka berdua.
Abyaz dengan cepat mendekati Damar.
"Mas Damar, aku akan menunggu kamu."
Damar mengangguk dan berkata "Iya, kamu harus sabar nungguin aku. Soal Papa kamu, aku masih susah berdamai. Hati Papa kamu sampai sekarang belum luluh."
"Aku akan yakinin Papa. Tapi Mas Damar harus janji sama aku."
"Apa?" Damar menatapnya dengan penasaran.
"Susah ngomongnya."
Damar kembali memeluk Abyaz dan berkata "Aku ngerti, aku akan selalu menjaga perasaan kamu."
Damar mulai melepaskan tangannya, dan perlahan pergi untuk boarding pass.
Abyaz tersenyum manis, mulai melambaikan tangannya, dengan harapan Damar akan kembali.
"Mas Damar, berbalik. Aku mohon, ayo menoleh ke arahku."
Tidak lama, Damar menoleh ke arah Abyaz dan melambaikan tangannya.
"Yes." Ucapnya dengan senang.
Kalian yang sudah hafal karakter wajah Mas Pras, kira-kira apanya yang mirip dengan Mas Pras?
Wajahnya sedikit mirip, tapi yang lebih cenderung Mamanya. Wajah Pakistan lebih mendominasi. 🤭
Kilauan matanya itu mirip siapa ya?
Tapi itu saat pakai softlens. Aslinya coklat seperti Britney.
Kalian bisa melihatnya, silakan cek di ig othor ya @vie_gv05.
Buat kalian yang ingin mengikuti jalan ceritanya, jangan lupa untuk memasukan ke list favorite. 🤗🤗
Nantikan kelanjutan cerita ini ya 😍🤗
Mau cari Visual Damar dulu 😎
Othor belum nemuin yang cocok 😌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Inggri
😊
2021-06-03
0
Anny cell
wah..wah...wah othor emang kren..aku langsung tancap gas nyambung ama cerita yag selanjutnya lho thor...makin mantap aj karyany....mkasih thor buat ceritanya yg Ajip gila..🤗🤗🤗🤗🤗
2021-05-04
2
Novi Rohmah
cantik tapi lebih suka mmhnya Krn seumuran kali ya😁
bibirnya kaya mas Pras😉
2021-04-24
1