Abyaz masih menatapnya dengan tengil. Damar menatapnya dengan senyuman manis dan begitu unyu.
"Kenapa pilih aku?"
Abyaz mempertegas lagi, dan berkata "Dari sekian gadis yang ada di kota ini, kenapa harus aku?"
"Kota ini, para gadisnya halus-halus kalau bicara. Cuma kamu aja yang terlihat garang."
"Sialan!"
Abyaz mengambil gelasnya kembali dan memalingkan wajahnya. Tapi Abyaz cukup tersenyum manis saat ada yang mengatakan dirinya garang.
"Damar."
"Mas!"
"Oke, Mas Setya. Tapi, aku susah bilang. Nyebut nama kamu aja, aku susah banget."
Damar malah menampilkan wajah yang menggemaskan dengan menyangga dagu dengan kedua tangannya.
"Kenapa?"
"Nama Damar orang yang aku cinta, tapi dia sudah tiada."
Damar lalu kembali duduk bersandar, rasanya harapan untuk dia meminta bantuan Abyaz akan gagal dan tidak akan berhasil.
Pastinya Damar akan menikah dengan gadis pilihan keluarga Ibunya.
Memasang wajah polos dan sepertinya memang tidak akan ada harapan manis untuknya.
"Kamu pasti sangat mencintai dia."
Abyaz dengan tersenyum berkata "Iya, aku sangat mencintainya."
"Pasti dia sangat bahagia, ada wanita yang mencintainya begitu besar."
"Iya, dia sangat bahagia."
Abyaz lalu kembali berkata "Aku mau bantu kamu. Tapi aku tidak bisa ke Jakarta."
"Sudah, tidak perlu memaksakan diri."
Damar lalu mengangkat cangkir putih dan meminum kopi hitam pekat tanpa gula.
"Kamu tadi belum menuang gulanya."
"Tidak masalah, hidupku lebih pahit dari kopi ini."
Abyaz memandanginya dan bertanya "Apa salahnya menuruti orang tua. Aku saja ingin sekali membahagiakan Papa dan Mama."
"Kamu tidak akan mengerti."
"Kamu tidak cerita, gimana aku bisa mengerti."
"Tadi aku sudah cerita, aku dari kecil hidupku sangat diatur, umur 15 setelah lulus SMP, aku kabur dari rumah, aku mencari Ayahku. Ibuku dan Ayah cerai waktu aku berusia 9 tahun. Aku ingin seperti anak lainnya, bisa bermain di luar dan bergaul dengan lainnya, tapi keluarga Ibuku sangat mengatur, aku tidak bisa hidup seperti itu. Kalau aku sudah kembali ke rumah itu, aku tidak akan bisa keluar lagi."
"Kamu sudah dewasa, apa mereka tetap akan mengatur kamu?"
Damar hanya mengangguk dan Abyaz mengerti apa yang dia rasakan.
"Berarti, keluargamu memang sangat kaya."
"Entah, aku tidak tahu."
"Semenjak aku ikut Ayahku, aku tinggal bersama keluarga Ayahku."
"Tante Erma itu adik Ayahku."
"Rumahnya sebelahan dengan rumah Ayah. Semenjak Ayah meninggal, aku tinggal sendirian."
"Aku cerita sama Tanteku, dia juga tidak bisa kasih solusi."
"Aku cari kamu ke toko, tapi ada Mbak Yuli, aku tanya aja soal kamu. Aku pilih kamu, soalnya kamu garang."
"Kalau aku bawa ke pesta itu, dan gadisnya pendiam. Yang ada, aku bisa-bisa tetap dijodohkan."
"Aku garang kalau sama orang kayak kamu. Kalau sama orang tua, aku juga tidak berani bersikap begitu."
Damar Setya Ardana memang sosok yang susah ditebak. Tapi dia memang begitu adanya, dari kecil dia sangat tertutup dan tidak pandai bergaul. Ingin rasanya seperti anak lainnya, tapi dia tidak bisa. Setelah bertemu Ayahnya dan tinggal bersama Ayahnya, ada rasa yang merubah dirinya. Bermain, dan bergaul dengan temen lelaki, dan sampai saat ini. Belum pernah mengenal gadis. Rasanya, dia sangat kaku kalau bertemu gadis.
"Kamu tahu aku soal dekorasi?"
Abyaz yang ingin mencairkan suasana.
"Dari Mbak Yuli juga, aku dikasih IG. Tapi ternyata bukan IG pribadi."
"Itu IG pribadiku. Tapi memang bisnis."
Abyaz dengan tengil menggigit sedotan dan Damar tersenyum melihatnya.
"Kamu mau makan?"
"Tidak. Aku mau makan siang di rumah. Mama sudah masak."
"Pasti senang, ada Ibu yang perhatian."
"Ibu kamu juga pasti perhatian. Buktinya, beliau ingin kamu segera menikah."
"Itu bukan perhatian, tapi pemaksaan."
"Kenapa tidak menurut saja."
Tapi melihat ekpresi Damar. Abyaz teringat orang tuanya.
"Seandainya aku bisa begitu."
"Kenapa?" Tanya Damar.
Abyaz mendekatkan kursinya dan duduk sangat dekat di sebelah kanan Damar.
"Aku semenjak sakit karena cintaku. Aku susah sekali mengenal pria. Aku hanya takut, nantinya akan mengecewakan Papa sama Mama."
Damar memandanginya Abyaz dengan santai "Berarti kamu sayang juga sama orang tua kamu."
"Pastilah, setiap anak pasti sayang sama orang tuanya. Hanya saja, terkadang sulit menyapaikan rasa sayangnya."
"Iya kamu benar, aku sependapat dengan itu."
"Orang tuaku, juga khawatir."
"Aku pernah tidak sengaja mendengar obrolan mereka tentang aku. Aku jadi gelisah."
"Seandainya aku bisa melupakan cintaku dan aku menikah, pasti Papa dan Mama tidak akan merasa sedih."
"Tapi aku tidak bisa, pastinya tidak ada yang menerima aku tanpa cinta. Aku susah melupakan cintaku, berbagai cara sudah aku lalui. Tetap saja, hatiku hanya ada dia. Mas Damar Putra Mahatma."
"Mahatma?"
"Iya, kenapa?"
"Seperti pernah mendengar itu."
Abyaz kembali berkata "Entah sampai kapan?! Aku tidak tahu. Yang jelas, aku juga ingin menikah demi orang tuaku. Aku tidak mau melihat mereka sedih ketika memikirkan hidupku."
"Tapi kamu masih muda."
"Emh, usiaku sudah 24 tahun. Mungkin masih ada waktu untukku memikirkan tentang pernikahan."
Memikirkan tentang pernikahan, pernah sekali Pras dan Britney mengobrol, tapi mereka tidak tahu kalau Abyaz sudah pulang. Pras dan Britney sebagai orang tua, juga ingin melihat kebahagiaan putrinya.
Mereka sudah berjuang untuk kesembuhan batin Abyaz. Memang tidak mudah, tapi mereka juga ingin melihat Abyaz menikah. Mereka nantinya akan semakin tua, dan pastinya seiring berjalannya waktu, mereka akan tiada.
Lalu siapa yang akan menjaga Abyaz. Kakak dan Adiknya? Tetap saja, yang namanya nanti sudah berkeluarga sendiri-sendiri, tetap akan berbeda. Apalagi kalau sudah usia dan susah mencari jodoh. Terkadang Pras ingin menjodohkan Abyaz dengan anak kenalannya, tapi Britney melarang suaminya, mengingat akan perasaan Abyaz.
Tapi Abyaz juga bisa berfikir, apa yang dikatakan orang tuanya memang benar, hidup terus berjalan. Walaupun dia bisa hidup mandiri, tetap saja nantinya akan butuh seseorang yang bisa memahami dia dan berbagi rasa suka duka.
"Aku juga ingin menikah." Ucap Abyaz dengan perasaan sendu, saat menceritakan sedikit masa lalunya dan harapan kedua orang tuanya.
Damar mengambilkan tisue dan hendak mengusap air mata Abyaz. Tapi Abyaz lebih dulu mengusap air mata dan ingusnya.
"Gadis garang, bisa nangis juga."
"Aku manusia biasa."
"Iya, manusia yang aneh."
"Kamu juga aneh."
Damar memandanginya, lalu berkata "Pulanglah, nanti malam aku akan ke rumahmu."
"Untuk apa?" Tanya Abyaz yang masih sesenggukan dan mengusap ingusnya.
"Kamu bikin orang takut. Lihatlah, mereka pasti mengira aku udah bikin kamu nangis."
"Apa masalahnya??"
Damar memegang kepalanya dan berkata "Aku akan bayar ini, aku ada urusan lain, jadi aku harus pergi. Nanti malam, aku akan ke rumahmu."
Damar akhirnya pergi begitu saja, Abyaz merasa aneh dan semakin kesal.
"Aku lagi curhat malah ditinggal. Pria macam apa itu. Tadi dia curhat, aku mau dengerin. Giliran aku cerita malah dia pergi gitu aja."
Damar yang kasir lalu berjalan keluar dan dari kaca sebelah Abyaz.
Damar memasang senyuman dan melambaikan tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
피롷
like an echo in the forest
haruga doraogetji
amu ildo eopdan deusi
yeah life goes on
like an arrow in the blue sky
tto haru deo naragaji
on my pillow on my table
yeah life goes on
like this again
jdi ngamen aku thor😂😂😂
2021-02-03
0
awa misha
aku suka banget certa othor ini .. alurnya rapi sekali n jga tdak membingungkan soal silsilah keluarga ..padahal.tokoh di dlamnya banyak sekali .. syukkakkkk baru up nya rajinnn ... sehat truss thoorrr
2021-01-31
0
Ibunya Esbelfik
hidup harus berlanjut Abyaz..walao didunia novel sekalipun👍👍👍👍👍👍
2021-01-30
0