Abyaz Ali Wardana, gadis cantik penuh pesona. Sorot matanya dan senyuman manisnya membuat orang terlela.
"Abyaz..."
"Hai, Abyaz.."
Gadis yang berusia 20 tahun itu memang menarik, dan banyak yang menggoda dia.
"Tumben dia diam aja."
"Kita bahkan dicuekin."
Berjalan dengan segala pesona yang ada pada dirinya, dan dia hari ini cukup jadi gadis yang pendiam, walaupun sudah banyak yang menyapanya, terutama teman-teman dekatnya.
Abyaz yang sudah berada di ruang teater, dia tampak melamun. Hal yang dia lamunkan bukan karena kenakalan Viral, melainkan Damar sang pujaan hati.
Meletakan tasnya di panggung teater, dan duduk di pinggiran panggung itu, ada dua mahasiswa dari kelas satra yang hendak latihan. Untuk membaca puisi yang bertema cinta.
Suara nyaring dari mahasiswa satra semester 2 itu, tampak membuat suasana hati Abyaz semakin bergejolak.
"Kenapa Mas Damar bisa mencium aku?"
Abyaz yang masih memikirkan ciuman pertamanya dan memegang bibir imutnya itu.
Senyuman manis dan seolah mengingat pagi manisnya, di Bandara Internasional. Bukan kesedihan yang dia dapatkan, saat perpisahannya dengan Damar. Melainkan sesuatu yang sangat manis, telah tersimpan dalam hati dan perasaannya.
"Mas Damar, kapan kita bertemu lagi?"
Sosok tampan dan mengenakan jaket putih mendekati Abyaz yang masih saja melamun.
"Kak, Kakak." Panggilnya dan Abyaz masih saja melamun dengan senyuman, dia baru merasakan romance yang manis. Abyaz tidak menghiraukan, siapa yang sudah ada di dekatnya.
Pemuda yang tampan itu, mulai duduk di sebelahnya dan merangkulnya. Abyaz yang masih dalam dirinya, dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.
Pemuda itu menatap ke wajahnya, melambaikan tangannya, berusaha menyadarkan Abyaz dari lamunannya itu.
"Kak Abyaz..."
"Ems, Nakula."
"Heeh, kenapa melamun?" Tanya Nakula dan tangannya masih merangkul ke Abyaz.
"Jauhkan tanganmu!"
"Kenapa?"
"Bukannya, kita pacaran?!" Senyuman Nakula juga sangat menggoda dan tangan kirinya masih berada di bahu Abyaz.
"Nakula, lepas."
Nakula tersenyum dan berkata "Kakak kenapa? Kakak sudah punya pacar??"
Abyaz dengan senyuman, bertanya "Apa tidak terlihat?"
Nakula berbisik "Iya sedikit terlihat, tapi ada yang aneh. Senyuman Kakak mengerikan, jangan sampai orang menganggap Kakak sudah gila."
"Apa maksudmu??" Tanya Abyaz dengan ekspresinya melotot.
"Kakak dari tadi senyum-senyum sendiri."
"Lihat mahasiswa yang sudah datang, dari tadi mereka melihat Kakak."
Saat tersadar Abyaz merasa malu, ternyata sudah ada beberapa mahasiswa yang duduk di kursi penonton, dan bahkan mereka melihat Abyaz yang tampak senyum-senyum. Lampu panggung itu, juga sudah mulai menyala, tapi Abyaz dari tadi sibuk dalam pikirannya.
"Huft, kenapa kamu baru kasih tahu aku." Suara Abyaz terdengar geram, dengan cepat menyambar tas selempangnya.
Nakula yang melihat itu tampak tersenyum dan menggeleng.
"Sepertinya Pakde Pras, akan punya menantu." Ucapnya dan mengambil kacamata gayanya, dan masuk ke dalam ruang ganti.
Nakula akan ikut dalam acara pagi ini, sebuah drama kolosal dan beberapa puisi cinta, akan dihadirkan dengan tema yang bertajuk cinta.
"Abyaz apa yang kamu pikirkan??"
"Uuuhhh"
Abyaz menunduk dan melirik ke arah mahasiswa yang sedikit menertawakan dirinya.
"Baguslah, Kak Abyaz udah punya pacar. Jadi aku tidak perlu lagi pura-pura jadi pacarnya."
"Gara-gara dia, nilai jualku berkurang." Nakula sambil menatap sebuah cermin dan dirinya selalu merasa kalau dia pemuda yang tampan.
Abyaz segera ke kelasnya, yang tidak jauh dari ruang teater.
"Memalukan."
Abyaz cukup terkenal di kampus itu, walaupun masih terkenal Viral.
Di tempat yang cukup jauh dari Abyaz. Seorang murid kelas XI yang sangat tampan dengan segala pesonanya.
Senyuman manisnya begitu memikat pada murid SMA Swasta Internasional. Alis mata yang tebal, senyuman pelit tapi sekali menampak senyuman manisnya, membuat riuh para gadis belia yang melihatnya.
"Al... Minum buat kamu."
Alvaro hanya melewati gadis belia yang sedang memenggang botol air mineral. Alvaro tampak cuek setiap bertemu gadis, dan tidak banyak kata. Bahkan sangat dingin.
Dia menerima botol mineral dari team basket. Gayanya yang bikin gadis-gadis heboh. Saat dia berkeringat, lalu meneguk air dari botol, rasanya ada kesegaran mata yang membuat para gadis belia klepek-klepek.
"Al memang keren!!" Sambil menyangga dagu.
"Aku mau juga jadi botol minumnya."
"Aaa... Aku mau jadi handuknya." Sambil gemas memukul-mukul pahannya sendiri.
Gadis-gadis belia itu juga murid SMA Swasta itu dan di kenal dengan SMA LLC Global.
"OMG, dia terbuat dari apa?"
"Dia memang seperti frizer. Tapi gaya dia KEREN BANGET!!" Histeris.
Itulah pendapat para gadis belia yang melihat Alvaro.
Alvaro yang selesai istirahat saat di babak pertama, lalu dia kembali lagi masuk arena pertandingan basket itu.
"Goodluck." Ucapnya dan setelah dia selesai menyuarakan dirinya, bersama anggota satu team. Hanya sedikit sekali senyuman itu, padahal senyumannya semanis wajah tampannya itu. Sangat ditunggu-tunggu para gadis yang menyoraknya dengan histeris.
Alvaro Putra Prasetya, anak tampan yang berusia 17 tahun. Dia anak ke 3 dan bisa dibilang anak yang paling kecil. Memiliki dua kakak perempuan, dan dia sangat mirip dengan Mamanya. Dia juga cenderung lebih menempel ke sang Mama dari pada Papanya. Karena sang Papa hanya sibuk dengan Kakaknya yang nomor dua. Apalagi usia Alvaro tidak terlalu jauh dari usia Kakaknya yang nomor dua. Kala Mamanya hamil Alvaro, sang Papa hanya sibuk bekerja dan mengurus kedua anak perempuannya dan Kakaknya yang nomor dua itu. Apa-apa Papa dan itu membuat Papanya cenderung lebih memperhatikan kakaknya dibanding dia.
Papanya juga tidak menyiapkan namanya untuk calon bayinya. Saat dia lahir dan Papanya ditanya suster yang akan memberi tag pada bayi itu. Tanpa pikir panjang, Papanya mengatakan kalau nama bayinya adalah Alvaro Putra Prasetya.
Alvaro adalah pesebak bola yang cukup digemari oleh Papanya.
Putra bulenya Pras sangat tampan. Akhirnya Pras memiliki putra tampan. Golongan darahnya dan tanggal lahir Alvaro, sama seperti Papanya. Hanya saja dia tidak murah senyum seperti sang Papa, dia cenderung cuek. Entah, Britney ngidam apa waktu hamil dia. Dia bahkan sangat mirip aktor hollywood.
Alvaro tersenyum, dan berkata "Kita menang lagi."
Teman satu team langsung merangkul Alvaro dan berkata "Gimana kalau kita adakan pesta?"
"Aku tidak bisa, aku ada janji sama Papa."
Alvaro lalu meninggalkan lapangan indoor itu, dengan rasa senang. Hanya sedikit senyuman manis. Tapi itu sudah membuat riuh para murid perempuan SMA LLC Global.
"Papa." Ucapnya.
Tidak ada jadwal sekolah, setelah ujian semesteran. Hanya ada kegiatan ektra dan pertandingan dalam bidang seni dan olahraga.
"Al, sepertinya Papa dalam masalah."
"Kenapa?"
"Lihatlah di mobil."
Pras menerima banyak hadiah, surat, coklat dan juga ada bola basket untuk Alvaro dari penggemar putranya.
"Kenapa Papa terima??"
"Papa tidak bisa menolaknya. Dari pada Papa diserbu fans kamu, Papa minta mereka untuk meletakan saja disitu."
Alvaro lalu meletakan tas ranselnya dan menggeleng.
"Papa tidak pandai menolak gadis" Desisnya lalu memasang seatbelt.
"Bukannya tidak bisa, makanya kamu harus bisa mengurus mereka semua."
Alvaro menatap Papanya dan berkata "Ini kesalahan Papa."
"Kesalahan Papa???" Pras menoleh ke wajah putranya.
"Papa sangat tampan. Jadinya aku terlalu tampan."
"Kamu tidak suka?? Harusnya kamu bersyukur." Ucap Pras yang sudah mengendarai mobilnya.
"Al bersyukur, karena Mama yang mengandung Al. Bukan karena Al punya Papa tampan. Papa juga suka tebar pesona. Al jadi nggak suka."
"Papa nggak tebar pesona, Papa cuma murah senyum, ramah sama orang."
"Terserah Papa."
Alvaro kemudian bersandar dan menutup wajahnya dengan jaketnya. Pras hanya menggeleng saja, atas perkataan anak tampannya itu.
"Papa juga heran, kenapa bisa kamu jadi begitu tampan, malah bule."
"Apa Al tertukar??"
"Kamu merasa begitu?" Tanya Pras yang begitu menggodanya.
Alvaro menyingkirkan jaket putihnya dan berkata "Alvaro anak Papa sama Mama."
Pras berkata "Memang kamu anak Papa sama Mama."
Alvaro kembali menutup wajahnya dan berkata "Papa, Al laper."
"Itu, banyak snack dari penggemar kamu."
"Al mau makan nasi."
Pras mengusap rambut putranya dan berkata "Oke, kita ke restoran."
Semenjak Alvaro lahir dan Abyaz semakin hari tidak mau jauh darinya. Pras terpaksa keluar dari RM.
Sungguh keputusan yang membuat dia sempat dilema. Tapi tidak masalah, dan istrinya masih di RM bahkan sudah menjadi direktur RM, dan Evan juga yang mendukung Pras.
Pras mengelola restoran, atas saran dari Ghea, dulu saat Ghea membuka restoran, Pras juga yang membantunya, lalu Pras ingin membuka usaha yang fleksible waktu, hanya mengawasi karyawannya. Akhirnya Pras membuka restoran di daerah Depok dan ada kafe khusus kopi.
"Al... Al."
Pras tersenyum ternyata anak tampannya tidur.
"Al... Bangun."
"Al ngantuk Pa."
"Tadi katanya mau makan."
Pras lalu keluar dari mobilnya dan Alvaro menarik jaketnya ke bawah. Matanya yang tadinya redup, beralih menatap restoran milik Papanya.
Alvaro menenteng tas ranselnya dan menyelempangkan jaket di pundak kanannya.
"Siang Mas Alvaro." Sapa seorang pelayan yang bertugas seperti manager dan dia penanggung jawab atas apa saja kendala restoran.
"Siang Mbak."
Hanya itu saja dan Alvaro tidak ada manis-manisnya. Pandangannya cukup lurus ke depan. Satu keluarga yang dikenal tidak ramah, adalah Alvaro.
Alishba juga cuek, tapi dia masih peduli dengan para karyawan restoran.
"Kakak udah lama?"
Alvaro selalu tahu di mana tempat untuk keluarganya.
Restoran Pras sangat adem, model gazebo dengan suasana tradisional, dikelilingi pohon dan terdapat kolam ikan nila yang menambah kesan alami.
"Kakak baru datang."
"Papa mana?"
"Pergi ke dapur."
Alvaro duduk di depan kakaknya dan Alishba masih melihat menu-menu makanan yang sepertinya ada yang baru.
"Kamu kucel gitu habis ngapain?"
"Basket."
Alishba tersenyum saat mengambil ponselnya, yang sudah memanggil dirinya.
"Mas Emran, aku di saung belakang."
Hanya itu ucapnya dan meletakan kembali ponselnya di atas meja.
"Mas Emran mau datang??"
"Iya, udah di depan."
Rhiannon Alishba Nuha, dia sangat perfeksionis dan sangat pemilih. Karakter wajahnya sedikit judes, dan merasa tertua. Suaranya yang terdengar ringan. Tapi kalau mengomel tidak ada habisnya. Hanya Britney yang bisa mengendalikan Alishba ketika memarahi adik-adiknya. Pras hanya diam setiap Alishba marah, karena Alishba selalu mengatakan, Papanya pasti membela Abyaz dan bukan dirinya. Jadi Papanya memilih diam tanpa berkata.
Alishba sudah bekerja di salah satu bank swasta. Karena itu keinginan dia sendiri dan calon suaminya, yang bernama Emran Nugraha, dia seorang dokter spesialis anak.
Alishba tidak suka pria yang suka tebar senyum seperti sang Papa. Dia memilih pria yang punya kecerdasaan dan ini akan ke jenjang pelaminan, tapi dia juga masih cuek.
"Mas Emran, duduk sini."
Emran duduk di sebelah Alishba dan memandangi Alvaro.
"Al, kamu kenapa?"
"Mas Emran, Lihat aku!"
Emran menatapanya dan Alvaro bertanya "Apa ada yang salah dengan wajahku??"
Emran tersenyum, dan berkata "Ems, kamu sangat tampan."
"Tuh kan! Ini semua, pasti gara-gara Papa."
Alishba dan Emran tersenyum. Itu sudah sering Alvaro katakan. Mereka cukup hafal dan pastinya mereka akan lebih menggoda Alvaro.
"Mas Emran, nanti kita lihat gaunnya."
Emran memandangi Alishba dengan senyumannya dan berkata "Iya, pasti akan sesuai keinginan kamu."
Alishba juga sangat teliti, dia bahkan tidak pacaran. Emran baru mengenalnya dan sudah langsung melamarnya.
Itu juga cukup lama menjawabnya. Untung saja, Emran pria yang berintelektual. Jadi Alishba mau menerima dr. Emran Nugraha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Ashvia💞
cantik dan tampannya kebangetan...itung2 cuci mata lah yg liat😊
2021-09-08
0
Novi Rohmah
cowok ganteng bertebaran obat mata nih 😁
2021-04-24
0
Sriwulandari
cocok ganteng dan cantik
2021-02-09
0