NovelToon NovelToon

ABYAZ

Perpisahan Manis Dengan Cinta

Hallo semuanya 😚

Jumpa lagi dengan othor Vie-GV

Ini hanya sebuah cerita ambyar.

Bila tidak berkenan, tolong lewati saja.

Bila suka, silakan beri like, komentar dan Votenya. 🥰😘 Matur nuwun 🙏

...AWAL CERITA...

...Dengarlah kata hatimu...

...Jangan kau lupakan aku...

...Berharap kembali menghampiri aku...

...Membawa harapan manis yang hanya untukku...

...Aku hanya Abyaz...

...Aku hanya gadis biasa...

...Aku hanya mahasiswa Satra...

...Aku hanya anak Mama dan Papa...

...Kamu bilang akan segera pergi...

...Aku mohon lekaslah kembali...

...Aku ingin sebuah janji...

...Agar kamu bisa menepati...

...Mas Damar...

...Apa kamu akan melupakan aku?...

...Apa kamu akan melupakan tentang kita?...

...Jawab aku!...

...Untuk kali ini saja...

...Tolong berikan aku jawaban...

...Kamu pasti tersenyum saat membaca tulisan ini...

...Kamu pasti sudah membaca tulisan jelekku ini kan?...

...Jangan tersenyum di depan gadis lain...

...Karena aku tidak suka...

...Mas Damar...

...Aku akan menunggumu...

...Aku akan terus menunggumu...

...Aku tidak akan melupakanmu...

...Aku akan selalu mencintaimu...

...Dengan segenap hati yang ada...

...Dengan segenap rasa yang ada...

...Pasti kamu merasakan hal yang sama...

...Terima kasih untuk cinta yang kamu berikan untuk aku...

...Abyaz akan selalu mencintaimu...

...Dari aku, yang mencintaimu...

...Abyaz Ali Wardana...

Damar telah membaca tulisan itu, saat berada di atas ketinggian 3400 kaki.

"Abyaz, aku juga sangat mencintaimu."

Damar akan kembali ke negeri Paman Sam. Untuk melanjutkan pendidikannya.

Damar seorang pemuda yang manis dan berkharisma.

Tapi sesungguhnya cinta mereka akan di uji saat Long Distance Relationship atau yang dikenal dengan LDR.

Damar juga belum mendapat restu dari Papanya Abyaz. Hanya saja, ada hal yang selalu membuat Abyaz bisa membujuk Papanya.

Abyaz yang baru kuliah semester 4. Usianya baru menginjak ke 20 tahun. Sedangkan Damar, sudah berusia 24 tahun.

Mereka berdua masih sangat muda. Dan ini, baru awal dari kisah cinta mereka berdua.

Flashback On

Di Bandara Internasional, sosok tampan duduk menunggu jam keberangkatan.

Sosok yang memiliki senyuman manis. Berkulit putih bersih, rambut hitam kecoklatan tertata rapi. Tinggi badannya sekitar 178 centi meter. Pemuda yang berkharisma dan sangat menawan.

Memakai kaos putih, berpadukan celana panjang jeans hitam, lalu mengenakan jaket kulit warna coklat.

Menatap layar ponsel dan mengirim sebuah pesan. Tidak lama pesan itu sudah terbalas, dan senyuman tipis tersirat di wajah tampannya.

"Abyaz aku masih menuggumu." Batinya, dan masih menatap layar ponselnya.

Tatapan jauh memandang landasan pesawat terbang. Masih sekitar 30 menit lagi, sebelum keberangkatannya.

Masih dengan senyumannya, dan Abyaz mengatakan dirinya terjebak dalam kemacetan.

"Papa, Abyaz turun disini saja." Abyaz yang keluar dari mobil Papanya, lalu berlari begitu saja.

"Abyaz." Teriak Pras, yang tampak menggeleng, saat melihat anak gadisnya, sudah berlari hanya untuk menemui sang kekasih hati.

Abyaz, sekarang sudah dewasa. Tapi Papanya tetap saja ada disisi putrinya. Belum sanggup rasanya, untuk menyerahkan Abyaz kepada pemuda.

Banyak pemuda yang ingin meminang Abyaz, tapi sang Papa tetap kekeh, anaknya masih kuliah. Bahkan belum terlalu dewasa untuk melangkah ke pelaminan.

Abyaz yang memakai sepatu sporty, dan berlari dengan cepat. Melewati beberapa mobil yang terjebak kemacetan.

Arah masuk ke Bandara, pagi itu sangat merayap, entah ada apa. Abyaz ingin segera menemui sang pujaan hati dan ini untuk terakhir kalinya, sebelum sang pujaan hati pergi meninggalkan kota Jakarta, dan juga meninggalkan Abyaz.

"Uuhh." Abyaz yang seolah lelah berlari, tampak menunduk dan mengatur nafasnya.

Masih ada waktu 20 menit. Abyaz yang berdiri di terminal 2 Internasional. Dia menatap sekitar, dan mulai berjalan mencari kekasih hatinya.

Abyaz yang berlari dan mencari di kursi tunggu. Dari satu barisan kursi, ke tempat lain. Sangat ramai, bahkan dia juga sempat menabrak orang. Tidak bisa melihat ke arah sang pujaan hati.

"Mas Damar dimana?" Abyaz gelisah, mulai menghubunginya.

"Hallo, Mas Damar di sebelah mana?"

"Coba lihat ke belakang." Ucapnya.

Abyaz membalikan badannya. Damar yang melambaikan ponselnya, senyuman manis tersirat di wajah tampannya.

Abyaz Ali Wardana, putri kedua dari pasangan Prasetya Wardana dan Britney Rhiannon.

Paras dan lekuk tubuhnya yang indah, gaya penampilannya yang selalu keren, cantik dan sangat manis.

Memiliki tinggi badan sekitar 168 centi meter, dengan berat badan yang ideal.

Abyaz gadis yang menjaga badannya, setiap terlihat cubby, dia akan berusaha menurunkan berat badannya.

Gadis blasteran Jawa, Betawi, Mandarin dan juga Pakistan. Tapi dia lebih identik berwajah Pakistan, seperti sang Mama. Ada satu yang begitu mirip dengan sang Papa.

Ketengilan dari sang Papa menurun ke Abyaz, hanya saja ketika di depan pemuda pujaan hatinya, dia cukup manis dan lemah lembut.

Perilaku, sifat dan sikap Abyaz, juga tidak mirip dengan Mama, hanya saja wajahnya 11,12 dengan sang Mama. Wajah Arabnya yang mendominasi.

Abyaz gadis yang baru menginjak usia 20 tahun. Abyaz cukup pintar, tapi dia juga termasuk gadis yang pemalas, dan nilai-nilai sekolahnya tidak maksimal.

Berbeda dengan Papanya yang begitu rajin, dan sangat berbeda dengan Mamanya yang begitu pandai.

Kakaknya yang bernama Alishba juga sangat pandai, bahkan dia begitu ulet dan perfeksionis.

"Kamu berlari?" Tanya Damar.

Damar memandangi wajahnya lebih lekat. Tangannya mengelap keringat Abyaz, lalu dengan senyuman manis, dia mengelus rambut Abyaz.

"Kenapa harus berlari. Aku akan menunggu kamu." Ucap Damar.

Abyaz yang malu-malu, masih tampak menunduk. Perlahan menatap Damar dan tersenyum manis.

"Ini buat Mas Damar." Ucapnya.

Kedua tangan Abyaz memegang sebuah amplop merah maroon, lalu memberikan itu kepada Damar.

Damar dengan senyuman manis, mengambilnya dan hendak membukanya.

"Tunggu!"

Damar menatapnya dan bibir Damar terlihat sangat unyu. "Kenapa? Aku sudah penasaran."

"Nanti aja, kalau sudah di pesawat."

Damar menggaguk, lalu memasukan amplop itu ke saku jaketnya.

"Itu jangan sampai hilang."

"Tidak akan." Balasnya dengan senyum.

"Aku semalaman nulisnya. Padahal aku kuliah ambil Sastra, tapi aku pandainya berhitung. Aku kuliah ingin jadi penulis, tapi sepertinya aku akan gagal."

Damar dengan senyuman manis, dan mengangkat dagu Abyaz.

"Kenapa menunduk?? Kamu nggak mau melihat aku?"

"Bukan. Tapi aku takut."

Damar masih saja dengan senyuman manisnya, dan bertanya "Kenapa takut? Apa aku sudah mirip zombie??"

Damar menggodanya dan Abyaz mulai tersenyum manis.

"Aku takut kangen." Ucapnya, lalu dia kembali menundukkan wajah cantiknya.

"Kita bisa chat, kalau mau ngaji bareng kita bisa vidcal, aku bisa VN kalau mau dengerin nyanyian aku, apa yang kamu takutkan??"

"Tetap aja takut. Mas Damar pasti akan lama disana. Aku nggak ada teman lagi." Ucap Abyaz.

Bibirnya semakin cemberut bulat. Tatapan matanya berganti ke arah samping.

Damar menghembuskan nafasnya dengan pelan, tampak menggaruk kening dan Abyaz sepertinya susah kalau ditinggal pergi.

"Terus, kenapa kamu kesini?"

"Aku cuma mau kasih amplop itu."

"Ya udah, kalau gitu pulang."

"Iya, aku juga mau ke Kampus."

"Iya, hari ini jadwal mata kuliah Apresiasi Drama."

"Mas Damar hafal semua jadwal kuliahku."

Abyaz ternyata benar-benar tidak mau menatap wajah Damar.

"Aku harus pergi." Damar yang melekatkan wajahnya.

Abyaz yang menolehkan wajah cantiknya kesana kemari. Damar seketika menjadi gemas.

"Aku juga pasti merindukanmu." Ucap Damar dan memeluk erat Abyaz.

Abyaz hanya diam, tanpa berucap dan tanpa berkata apapun. Bahkan kedua tangannya tidak menyentuh Damar. Dia sudah seperti patung yang berdiri tegap.

"Damar!!" Suara yang membuat Damar terkaget.

Pras yang tiba-tiba muncul, entah dari mana. Sudah memanggil nama pemuda itu dan perlahan Damar melepaskan pelukannya.

"Pagi Om Pras." Sapa Damar dengan tersenyum.

Abyaz tersenyum dan dalam hatinya "Bukannya tadi macet parah. Kenapa Papa bisa cepat sampai disini? Aku heran sama Papa. Pasti kalau lagi begini, Papa tiba-tiba nongol."

Pras yang berdiri jauh dari mereka tampak berdehem dan Abyaz mengerti.

Abyaz perlahan menjauh dari Damar dan mendekat ke Papanya.

"Papa."

Damar tersenyum dan berkata "Om Pras, maafin Damar. Damar yang tidak tahu tata krama."

"Lain kali, jangan ada hal yang begini lagi. Apalagi ini, ditempat umum." Tegurnya yang masih saja tengil, tapi tidak tampak senyuman khasnya. Yang ada hanya tatapan mata yang dingin.

"Iya Om Pras, Damar khilaf." Ucapnya.

"Papa, kayak nggak pernah muda aja. Pasti sama Mama, Papa juga begitu."

Pras berkata "Papa sama Mama kamu langsung menikah. Nggak ada namanya pacaran, main peluk-pelukan di tempat umum."

"Iya, tahu. Tapi Papa pernah muda. Pasti Papa juga gitu sama mantan pacar Papa."

Damar memalingkan wajahnya dan tersenyum.

Pras cukup geregetan dan berkata "Ya, terserah kamu mau bilang apa soal Papa. Kalian sudah melakukan salam perpisahan."

"Damar hati-hati disana. Kuliah yang rajin."

"Abyaz ayo pergi, kamu harus ke kampus."

Damar yang melihat adegan Papa dan anaknya begitu menggemaskan. Damar hanya tersenyum saja.

"Papa, 2 menit aja ya." Pinta Abyaz.

Pras yang tidak bisa menolak ketika anak gadisnya yang memasang wajah seolah memohon. Pras jadi tidak berdaya.

"Oke, Papa tunggu di depan."

"Thank you Papa." Ucap Abyaz dan Pras pergi meninggalkan mereka berdua.

Abyaz dengan cepat mendekati Damar.

"Mas Damar, aku akan menunggu kamu."

Damar mengangguk dan berkata "Iya, kamu harus sabar nungguin aku. Soal Papa kamu, aku masih susah berdamai. Hati Papa kamu sampai sekarang belum luluh."

"Aku akan yakinin Papa. Tapi Mas Damar harus janji sama aku."

"Apa?" Damar menatapnya dengan penasaran.

"Susah ngomongnya."

Damar kembali memeluk Abyaz dan berkata "Aku ngerti, aku akan selalu menjaga perasaan kamu."

Damar mulai melepaskan tangannya, dan perlahan pergi untuk boarding pass.

Abyaz tersenyum manis, mulai melambaikan tangannya, dengan harapan Damar akan kembali.

"Mas Damar, berbalik. Aku mohon, ayo menoleh ke arahku."

Tidak lama, Damar menoleh ke arah Abyaz dan melambaikan tangannya.

"Yes." Ucapnya dengan senang.

Kalian yang sudah hafal karakter wajah Mas Pras, kira-kira apanya yang mirip dengan Mas Pras?

Wajahnya sedikit mirip, tapi yang lebih cenderung Mamanya. Wajah Pakistan lebih mendominasi. 🤭

Kilauan matanya itu mirip siapa ya?

Tapi itu saat pakai softlens. Aslinya coklat seperti Britney.

Kalian bisa melihatnya, silakan cek di ig othor ya @vie_gv05.

Buat kalian yang ingin mengikuti jalan ceritanya, jangan lupa untuk memasukan ke list favorite. 🤗🤗

Nantikan kelanjutan cerita ini ya 😍🤗

Mau cari Visual Damar dulu 😎

Othor belum nemuin yang cocok 😌

AWAL CERITA & VISUAL

Perpisahan menyisakan sebuah rasa, Damar yang tidak kuat menahan diri, saat Abyaz berani menatap ke arah dirinya. Senyuman manis Abyaz, begitu menggoda perasaannya.

Damar yang berlari dan kembali mendekati Abyaz, sepertinya ada hal yang terlupa.

Damar meraih tubuh Abyaz, dan dia memberikan kecupan di bibir imutnya Abyaz.

Abyaz tidak menyangka, akan hal ini. Ciuman pertamanya dari Damar, begitu manis. Sungguh manis, keduanya baru merasakan ciuman pertama mereka.

Suatu hal yang manis, sampai membuat perasaan mereka semakin tak ingin terlepas satu sama lainnya.

Abyaz yang mematung dan matanya sempat terpejam. Bahkan kedua tangan Abyaz tampak meremas sweater rajut yang dia kenakan.

Setelah Damar melepaskan ciumannya, Abyaz mulai membuka matanya.

"Abyaz, aku akan kembali. Kamu harus menunggu aku."

Abyaz yang tampak mematung hanya mengangguk saja.

Damar kembali ke arah masuk bording pass, dan sesekali menoleh ke arah Abyaz dengan senyuman manisnya.

"Apa ini nyata? Aku mimpi?"

Abyaz yang menepuk-nepuk kedua pipinya sendiri, Damar kembali menoleh ke arah Abyaz dan melambaikan tangan kanannya, lalu Abyaz juga melambaikan dengan senyuman manisnya.

"Emm, Mas Damar." Salting.

"Pasti aku akan merindukan kamu." Ucap Abyaz dengan gemas.

Kedua pipinya yang tampak merona, dan tidak menyadari kalau sang Papa dari tadi sudah menatapnya.

"Sudah ciuman perpisahannya??!"

Abyaz yang merasa ada hal yang salah, perlahan dia menoleh ke sebelah kanan, tampak senyuman sedikit menyengir.

"Papa."

"Enak?"

"Aaaaa, Papa." Abyaz yang merengek sambil menggigit kuku cantiknya dan merasa bersalah.

"Ayo pergi."

Abyaz yang mengerti saat sorot mata Papanya begitu dingin dan seolah akan memarahinya.

Pras yang berjalan cepat dengan raut wajah yang tidak senang, Abyaz yang tertinggal jauh, lalu berlari dan dengan cemas, merangkul ke lengan kiri Papanya.

"Papa, marah sama Abyaz?"

Abyaz mengerti, ketika sang Papa hanya diam dan tidak mau berkata apapun. Lalu Abyaz juga memilih untuk diam, dan masih memegang lengan sang Papa.

Tidak lama pesawat itu sudah terbang.

Damar yang menatap birunya langit, dengan gumpalan awan putih, yang seolah mendekat ke arah dirinya.

"Abyaz, kamu sangat manis." Batinnya, dan perlahan dia mengingat surat yang Abyaz berikan kepadanya.

"Kamu benar-benar sangat manis."

Dua lembar kertas yang Abyaz selipkan pada amplop merah maroon itu. Yang pertama ada tulisan dengan kata-kata manisnya dan yang kedua adalah rentetan pesan untuk Damar.

"Aku akan kembali untukmu. Aku juga sangat mencintaimu." Damar dengan tersenyum, dan menyimpan lagi kertas itu ke dalam amplop, dan memasukan ke dalam jaketnya.

Flashback Off

Sudah tiba di kampus swasta ternama di kota Jakarta sebut saja dengan nama Kampus Brecce Internasional. Jaraknya cukup jauh dari rumah Abyaz dan cukup jauh dari Bandara Internasional.

Setibanya di kampus itu.

Kampus yang terlihat sangat mewah, dengan bangunan gedung yang lux, dan semua sarana prasarana di dalam kampus itu semua serba canggih dan modern.

"Pagi Om Pras." Sapa seseorang yang sangat dikenal Pras.

"Satunya sudah pergi. Yang ini datang, semakin buat pikiranku nggak tenang." Batin Pras.

"Abyaz..." Tatapan seolah ada rasa mengejek dan dengan senyuman palsu tapi sangat memikat, melambaikan tangan kirinya.

Viral Wayah Yuda, yang sering dipanggil nama Viral adalah anak pertama Limar dan Aldo.

Viral sendiri diambil dari bahasa sansekerta yang artinya nilai atau berharga dan Wayah diambil dari kata cucu menurut bahasa Jawa, sedangkan Yuda adalah nama Kakeknya. Limar ingin mengenang Ayahnya di dalam nama putranya.

Viral, dia seorang putra tampan dan usianya seumuran dengan Abyaz. Hanya saja selisih 3 bulan, dan Abyaz yang lahirnya lebih dulu. Tapi, dia sangat aktif, dari kecil hingga besar. Selalu saja membuat Abyaz kesal.

Pertemuan pertama dengan Abyaz setelah dia pindahan dari Jogja.

Ternyata Papanya Abyaz juga pindahan rumah. Akhirnya mereka jadi bertetangga. Apalagi kedua orang tua mereka saling mengenal.

Limar Mahatma sang Bunda, dia adalah Presdir Mahatma Corporation. Jadi wajar kalau sikap dan sifat Viral itu turunan dari Limar Mahatma.

"Om Pras, santai aja Om, ada Viral."

Ucapnya dengan tampangnya yang ngeselin. Tapi dia sangat cool dan badboy.

"ABYAZ... Ayo sama Mas Viral."

"Ogah,.." Jawab Abyaz yang terdengar ketus.

Abyaz tersenyum, mendekati sang Papa dan berkata "Papa, Abyaz kuliah dulu."

Pras tersenyum saat Abyaz mencium tangan kanannya. Lalu Abyaz pergi dan Viral dengan tampangnya sok manis, perlahan mendekati Papanya Abyaz.

"Om Pras nggak perlu cemas. Disini semua takut sama Viral. Nggak ada yang berani godain Abyaz."

Pras bersandar mobil, tampak bersedekap, dan menaikan sedikit alis kanannya, lalu menatap Viral.

"Iya, Om mengerti."

"Tapi yang Om cemaskan itu, kamu." Ucap Pras.

"Aku?? Emangnya, apa yang salah sama aku, Om?!"

Pras merangkul Viral dan dia berkata "Abyaz sudah gadis. Jadi jangan lagi kamu mengerjai Abyaz. Itu tidak baik."

Pras sudah berjalan ke pintu mobilnya dan membuka pintu mobil itu, lalu berkata "Viral, kamu minggir. Om mau lewat."

Viral mengangguk dan menjauh, tampak kedua tangannya yang seolah. Ok fine, terlihat seperti merentangkan kedua tangannya dengan telapak menghadap ke atas.

Viral kemudian berlari mengejar Abyaz. Ketika Abyaz sedang mengikat rambut, dan baru saja ikat rambut itu terpasang. Viral menarik ikat rambut itu dengan cepat.

Abyaz juga langsung membalikan badannya, dan rambutnya tampak terurai. Yah, seperti drama korea.

"Nggak lucu."

Viral dengan senyuman khasnya, lalu berkata "Memang nggak lucu. Siapa juga yang mau jagain kamu. Jangan bermimpi Abyaz."

Lalu menjatuhkan renda karet itu. Tampak ikat rambut warna ungu. Lagi-lagi Viral berbuat usil padanya. Tetapi Abyaz akan lebih usil padanya.

"Viral, mentang-mentang kamu anak sultan. Bisa ngerjain aku seenak jidat kamu. Awas aja nanti. Aku timpuk kamu pakai bakwan."

Viral yang membuat Abyaz yang tadinya anak Papa, kemana-mana sama Papa dan tukang ngaduan sama Papa. Tapi, semenjak ada Viral si anak nakal itu. Abyaz jadi gadis yang usil dan tidak takut lagi. Dia juga bisa membalas kenakalan Viral.

"Kenapa juga dia selalu satu sekolah. Dari SD kelas 1, terus sampai sekarang ngintilin aku. Harusnya anak sultan itu, kuliah di luar negeri, bukan disini."

"Heh, kamu nyeramahin aku??"

Abyaz yang diam dan tidak menoleh ke Viral.

"Abyaz...."

"Oe.."

"Kamu nggak mau lihat aku?"

Kedua tangan Viral memegang lengan Abyaz.

"Lepasin aku."

"Jangan sentuh aku." Abyaz yang berani melotot ke Viral dengan tajam.

Viral tampak mundur dan angkat tangan.

"Sorry..." Ucapnya.

Abyaz kembali berjalan, sambil mengikat rambut panjangnya.

Abyaz si mata belok, rambut panjang warna coklat dan sangat cantik. Pesona Abyaz memang berbeda, bukan karena visualnya saja, tapi aura Abyaz memang sangat memikat para kaum adam, yang ada di kampus itu.

"Viral" Teriak seorang gadis.

Viral yang masih melihat ke arah Abyaz "Tumben dia nggak balas aku. Dia sakit??"

Viral tidak menghiraukan suara gadis yang memanggilnya, dan dia masih menatap heran Abyaz yang berjalan cepat ke arah gedung teater.

...VISUAL...

ABYAZ ALI WARDANA adalah anak kedua dari Prasetya Wardana dan Britney Rhiannon

RHIANNON ALISHBA NUHA adalah kakak Abyaz. Kakak yang perfeksionis, usianya sudah 27 dan segera menikah. Entah kenapa, wajahnya seperti sepupu Britney, dari kecilnya sifatnya cenderung sama. Bahkan sampai sekarang.

Ini dia foto bersama calon suaminya.

ALVARO PUTRA PRASETYA adalah adik dari Abyaz. Usianya 17 tahun. Sangat manis dan cenderung berwajah seperti Mamanya, dia juga kapten basket di sekolahnya.

VIRAL WAYAH YUDA adalah putra pertama Limar Mahatma dan Aldo

Si kembar NAKULA & SADEWA adalah adik sepupu Abyaz, anak dari Pandu & Rahma. Karena usianya lebih tua. Jadi mereka seperti Kakak buat Abyaz. Usia mereka sudah 21 tahun dan satu kampus dengan Abyaz. Tapi keduanya berbeda jurusan, bahkan sifat dan hobby cowok kembar ini sangat berbeda.

Kakak sepupu Abyaz yang tampan maksimal. GIEL ALGHANI adalah anak Evan dan Ghea. Usianya 26 tahun, sangat muda dan jadi rebutan para staffnya.

VAVA, dia tantenya Abyaz, sangat awet muda. Dia memiki anak kembar, dua anak perempuan yang baru berusia 13 tahun.

LINGGA MAHATMA, adalah suami tantenya Abyaz. Dia juga adiknya Limar Mahatma.

Dan yang terakhir, taraa.....

Sang pujaan hati Abyaz.

DAMAR PUTRA MAHATMA.

Penasaran, ikuti terus kelanjutan ceritanya. 🤗🤗

Masih Bersama Prasetya Wardana

Abyaz Ali Wardana, gadis cantik penuh pesona. Sorot matanya dan senyuman manisnya membuat orang terlela.

"Abyaz..."

"Hai, Abyaz.."

Gadis yang berusia 20 tahun itu memang menarik, dan banyak yang menggoda dia.

"Tumben dia diam aja."

"Kita bahkan dicuekin."

Berjalan dengan segala pesona yang ada pada dirinya, dan dia hari ini cukup jadi gadis yang pendiam, walaupun sudah banyak yang menyapanya, terutama teman-teman dekatnya.

Abyaz yang sudah berada di ruang teater, dia tampak melamun. Hal yang dia lamunkan bukan karena kenakalan Viral, melainkan Damar sang pujaan hati.

Meletakan tasnya di panggung teater, dan duduk di pinggiran panggung itu, ada dua mahasiswa dari kelas satra yang hendak latihan. Untuk membaca puisi yang bertema cinta.

Suara nyaring dari mahasiswa satra semester 2 itu, tampak membuat suasana hati Abyaz semakin bergejolak.

"Kenapa Mas Damar bisa mencium aku?"

Abyaz yang masih memikirkan ciuman pertamanya dan memegang bibir imutnya itu.

Senyuman manis dan seolah mengingat pagi manisnya, di Bandara Internasional. Bukan kesedihan yang dia dapatkan, saat perpisahannya dengan Damar. Melainkan sesuatu yang sangat manis, telah tersimpan dalam hati dan perasaannya.

"Mas Damar, kapan kita bertemu lagi?"

Sosok tampan dan mengenakan jaket putih mendekati Abyaz yang masih saja melamun.

"Kak, Kakak." Panggilnya dan Abyaz masih saja melamun dengan senyuman, dia baru merasakan romance yang manis. Abyaz tidak menghiraukan, siapa yang sudah ada di dekatnya.

Pemuda yang tampan itu, mulai duduk di sebelahnya dan merangkulnya. Abyaz yang masih dalam dirinya, dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.

Pemuda itu menatap ke wajahnya, melambaikan tangannya, berusaha menyadarkan Abyaz dari lamunannya itu.

"Kak Abyaz..."

"Ems, Nakula."

"Heeh, kenapa melamun?" Tanya Nakula dan tangannya masih merangkul ke Abyaz.

"Jauhkan tanganmu!"

"Kenapa?"

"Bukannya, kita pacaran?!" Senyuman Nakula juga sangat menggoda dan tangan kirinya masih berada di bahu Abyaz.

"Nakula, lepas."

Nakula tersenyum dan berkata "Kakak kenapa? Kakak sudah punya pacar??"

Abyaz dengan senyuman, bertanya "Apa tidak terlihat?"

Nakula berbisik "Iya sedikit terlihat, tapi ada yang aneh. Senyuman Kakak mengerikan, jangan sampai orang menganggap Kakak sudah gila."

"Apa maksudmu??" Tanya Abyaz dengan ekspresinya melotot.

"Kakak dari tadi senyum-senyum sendiri."

"Lihat mahasiswa yang sudah datang, dari tadi mereka melihat Kakak."

Saat tersadar Abyaz merasa malu, ternyata sudah ada beberapa mahasiswa yang duduk di kursi penonton, dan bahkan mereka melihat Abyaz yang tampak senyum-senyum. Lampu panggung itu, juga sudah mulai menyala, tapi Abyaz dari tadi sibuk dalam pikirannya.

"Huft, kenapa kamu baru kasih tahu aku." Suara Abyaz terdengar geram, dengan cepat menyambar tas selempangnya.

Nakula yang melihat itu tampak tersenyum dan menggeleng.

"Sepertinya Pakde Pras, akan punya menantu." Ucapnya dan mengambil kacamata gayanya, dan masuk ke dalam ruang ganti.

Nakula akan ikut dalam acara pagi ini, sebuah drama kolosal dan beberapa puisi cinta, akan dihadirkan dengan tema yang bertajuk cinta.

"Abyaz apa yang kamu pikirkan??"

"Uuuhhh"

Abyaz menunduk dan melirik ke arah mahasiswa yang sedikit menertawakan dirinya.

"Baguslah, Kak Abyaz udah punya pacar. Jadi aku tidak perlu lagi pura-pura jadi pacarnya."

"Gara-gara dia, nilai jualku berkurang." Nakula sambil menatap sebuah cermin dan dirinya selalu merasa kalau dia pemuda yang tampan.

Abyaz segera ke kelasnya, yang tidak jauh dari ruang teater.

"Memalukan."

Abyaz cukup terkenal di kampus itu, walaupun masih terkenal Viral.

Di tempat yang cukup jauh dari Abyaz. Seorang murid kelas XI yang sangat tampan dengan segala pesonanya.

Senyuman manisnya begitu memikat pada murid SMA Swasta Internasional. Alis mata yang tebal, senyuman pelit tapi sekali menampak senyuman manisnya, membuat riuh para gadis belia yang melihatnya.

"Al... Minum buat kamu."

Alvaro hanya melewati gadis belia yang sedang memenggang botol air mineral. Alvaro tampak cuek setiap bertemu gadis, dan tidak banyak kata. Bahkan sangat dingin.

Dia menerima botol mineral dari team basket. Gayanya yang bikin gadis-gadis heboh. Saat dia berkeringat, lalu meneguk air dari botol, rasanya ada kesegaran mata yang membuat para gadis belia klepek-klepek.

"Al memang keren!!" Sambil menyangga dagu.

"Aku mau juga jadi botol minumnya."

"Aaa... Aku mau jadi handuknya." Sambil gemas memukul-mukul pahannya sendiri.

Gadis-gadis belia itu juga murid SMA Swasta itu dan di kenal dengan SMA LLC Global.

"OMG, dia terbuat dari apa?"

"Dia memang seperti frizer. Tapi gaya dia KEREN BANGET!!" Histeris.

Itulah pendapat para gadis belia yang melihat Alvaro.

Alvaro yang selesai istirahat saat di babak pertama, lalu dia kembali lagi masuk arena pertandingan basket itu.

"Goodluck." Ucapnya dan setelah dia selesai menyuarakan dirinya, bersama anggota satu team. Hanya sedikit sekali senyuman itu, padahal senyumannya semanis wajah tampannya itu. Sangat ditunggu-tunggu para gadis yang menyoraknya dengan histeris.

Alvaro Putra Prasetya, anak tampan yang berusia 17 tahun. Dia anak ke 3 dan bisa dibilang anak yang paling kecil. Memiliki dua kakak perempuan, dan dia sangat mirip dengan Mamanya. Dia juga cenderung lebih menempel ke sang Mama dari pada Papanya. Karena sang Papa hanya sibuk dengan Kakaknya yang nomor dua. Apalagi usia Alvaro tidak terlalu jauh dari usia Kakaknya yang nomor dua. Kala Mamanya hamil Alvaro, sang Papa hanya sibuk bekerja dan mengurus kedua anak perempuannya dan Kakaknya yang nomor dua itu. Apa-apa Papa dan itu membuat Papanya cenderung lebih memperhatikan kakaknya dibanding dia.

Papanya juga tidak menyiapkan namanya untuk calon bayinya. Saat dia lahir dan Papanya ditanya suster yang akan memberi tag pada bayi itu. Tanpa pikir panjang, Papanya mengatakan kalau nama bayinya adalah Alvaro Putra Prasetya.

Alvaro adalah pesebak bola yang cukup digemari oleh Papanya.

Putra bulenya Pras sangat tampan. Akhirnya Pras memiliki putra tampan. Golongan darahnya dan tanggal lahir Alvaro, sama seperti Papanya. Hanya saja dia tidak murah senyum seperti sang Papa, dia cenderung cuek. Entah, Britney ngidam apa waktu hamil dia. Dia bahkan sangat mirip aktor hollywood.

Alvaro tersenyum, dan berkata "Kita menang lagi."

Teman satu team langsung merangkul Alvaro dan berkata "Gimana kalau kita adakan pesta?"

"Aku tidak bisa, aku ada janji sama Papa."

Alvaro lalu meninggalkan lapangan indoor itu, dengan rasa senang. Hanya sedikit senyuman manis. Tapi itu sudah membuat riuh para murid perempuan SMA LLC Global.

"Papa." Ucapnya.

Tidak ada jadwal sekolah, setelah ujian semesteran. Hanya ada kegiatan ektra dan pertandingan dalam bidang seni dan olahraga.

"Al, sepertinya Papa dalam masalah."

"Kenapa?"

"Lihatlah di mobil."

Pras menerima banyak hadiah, surat, coklat dan juga ada bola basket untuk Alvaro dari penggemar putranya.

"Kenapa Papa terima??"

"Papa tidak bisa menolaknya. Dari pada Papa diserbu fans kamu, Papa minta mereka untuk meletakan saja disitu."

Alvaro lalu meletakan tas ranselnya dan menggeleng.

"Papa tidak pandai menolak gadis" Desisnya lalu memasang seatbelt.

"Bukannya tidak bisa, makanya kamu harus bisa mengurus mereka semua."

Alvaro menatap Papanya dan berkata "Ini kesalahan Papa."

"Kesalahan Papa???" Pras menoleh ke wajah putranya.

"Papa sangat tampan. Jadinya aku terlalu tampan."

"Kamu tidak suka?? Harusnya kamu bersyukur." Ucap Pras yang sudah mengendarai mobilnya.

"Al bersyukur, karena Mama yang mengandung Al. Bukan karena Al punya Papa tampan. Papa juga suka tebar pesona. Al jadi nggak suka."

"Papa nggak tebar pesona, Papa cuma murah senyum, ramah sama orang."

"Terserah Papa."

Alvaro kemudian bersandar dan menutup wajahnya dengan jaketnya. Pras hanya menggeleng saja, atas perkataan anak tampannya itu.

"Papa juga heran, kenapa bisa kamu jadi begitu tampan, malah bule."

"Apa Al tertukar??"

"Kamu merasa begitu?" Tanya Pras yang begitu menggodanya.

Alvaro menyingkirkan jaket putihnya dan berkata "Alvaro anak Papa sama Mama."

Pras berkata "Memang kamu anak Papa sama Mama."

Alvaro kembali menutup wajahnya dan berkata "Papa, Al laper."

"Itu, banyak snack dari penggemar kamu."

"Al mau makan nasi."

Pras mengusap rambut putranya dan berkata "Oke, kita ke restoran."

Semenjak Alvaro lahir dan Abyaz semakin hari tidak mau jauh darinya. Pras terpaksa keluar dari RM.

Sungguh keputusan yang membuat dia sempat dilema. Tapi tidak masalah, dan istrinya masih di RM bahkan sudah menjadi direktur RM, dan Evan juga yang mendukung Pras.

Pras mengelola restoran, atas saran dari Ghea, dulu saat Ghea membuka restoran, Pras juga yang membantunya, lalu Pras ingin membuka usaha yang fleksible waktu, hanya mengawasi karyawannya. Akhirnya Pras membuka restoran di daerah Depok dan ada kafe khusus kopi.

"Al... Al."

Pras tersenyum ternyata anak tampannya tidur.

"Al... Bangun."

"Al ngantuk Pa."

"Tadi katanya mau makan."

Pras lalu keluar dari mobilnya dan Alvaro menarik jaketnya ke bawah. Matanya yang tadinya redup, beralih menatap restoran milik Papanya.

Alvaro menenteng tas ranselnya dan menyelempangkan jaket di pundak kanannya.

"Siang Mas Alvaro." Sapa seorang pelayan yang bertugas seperti manager dan dia penanggung jawab atas apa saja kendala restoran.

"Siang Mbak."

Hanya itu saja dan Alvaro tidak ada manis-manisnya. Pandangannya cukup lurus ke depan. Satu keluarga yang dikenal tidak ramah, adalah Alvaro.

Alishba juga cuek, tapi dia masih peduli dengan para karyawan restoran.

"Kakak udah lama?"

Alvaro selalu tahu di mana tempat untuk keluarganya.

Restoran Pras sangat adem, model gazebo dengan suasana tradisional, dikelilingi pohon dan terdapat kolam ikan nila yang menambah kesan alami.

"Kakak baru datang."

"Papa mana?"

"Pergi ke dapur."

Alvaro duduk di depan kakaknya dan Alishba masih melihat menu-menu makanan yang sepertinya ada yang baru.

"Kamu kucel gitu habis ngapain?"

"Basket."

Alishba tersenyum saat mengambil ponselnya, yang sudah memanggil dirinya.

"Mas Emran, aku di saung belakang."

Hanya itu ucapnya dan meletakan kembali ponselnya di atas meja.

"Mas Emran mau datang??"

"Iya, udah di depan."

Rhiannon Alishba Nuha, dia sangat perfeksionis dan sangat pemilih. Karakter wajahnya sedikit judes, dan merasa tertua. Suaranya yang terdengar ringan. Tapi kalau mengomel tidak ada habisnya. Hanya Britney yang bisa mengendalikan Alishba ketika memarahi adik-adiknya. Pras hanya diam setiap Alishba marah, karena Alishba selalu mengatakan, Papanya pasti membela Abyaz dan bukan dirinya. Jadi Papanya memilih diam tanpa berkata.

Alishba sudah bekerja di salah satu bank swasta. Karena itu keinginan dia sendiri dan calon suaminya, yang bernama Emran Nugraha, dia seorang dokter spesialis anak.

Alishba tidak suka pria yang suka tebar senyum seperti sang Papa. Dia memilih pria yang punya kecerdasaan dan ini akan ke jenjang pelaminan, tapi dia juga masih cuek.

"Mas Emran, duduk sini."

Emran duduk di sebelah Alishba dan memandangi Alvaro.

"Al, kamu kenapa?"

"Mas Emran, Lihat aku!"

Emran menatapanya dan Alvaro bertanya "Apa ada yang salah dengan wajahku??"

Emran tersenyum, dan berkata "Ems, kamu sangat tampan."

"Tuh kan! Ini semua, pasti gara-gara Papa."

Alishba dan Emran tersenyum. Itu sudah sering Alvaro katakan. Mereka cukup hafal dan pastinya mereka akan lebih menggoda Alvaro.

"Mas Emran, nanti kita lihat gaunnya."

Emran memandangi Alishba dengan senyumannya dan berkata "Iya, pasti akan sesuai keinginan kamu."

Alishba juga sangat teliti, dia bahkan tidak pacaran. Emran baru mengenalnya dan sudah langsung melamarnya.

Itu juga cukup lama menjawabnya. Untung saja, Emran pria yang berintelektual. Jadi Alishba mau menerima dr. Emran Nugraha.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!