...Cinta Bukan Hanya Air Mata...
...Senyuman tipis menyentuh rasa...
...Segenap hati berlapang dada...
...Memeluk cinta tidak bersama raga...
...Bahwa cinta yang ada bukan derita...
...Sorot mata berkilau dengan indahnya...
...Memandang jauh berteman cahaya...
...Walau hati masih merasa terluka...
...Tapi cinta ini bukan derita untuknya...
...Mengukir janji pada hati yang tersisa...
...Perlahan pergi meninggalkan kota kelahirannya...
...Tapi cinta untuk Damar akan terus ada dalam hati dan ingatannya...
Mobil itu melaju dengan cepat dan sudah meninggalkan kota Jakarta. Prasetya Wardana, pada akhirnya meninggalkan kota itu.
Tempat dimana sebuah kisah tentang dirinya dan seorang wanita di mulai. Sekarang bersama wanita itu, pergi meninggalkan ibukota.
Berharap lembaran baru yang indah untuk putrinya tercinta. Seorang Papa dan Mama, yang hanya ingin melihat putrinya bahagia.
"Mas, Abyaz sudah tidur." Ucap Britney.
Britney yang tadinya duduk di kursi depan menemani sang suami. Tapi setelah keluar dari gerbang Vallencia Garden Lux. Abyaz histeris dan sangat menyayat hati.
Britney akhirnya duduk di belakang dan menemani putrinya.
Emran tadi sudah membawakan obat tidur untuk Abyaz. Karena Abyaz terkadang melamun panjang, entah apa yang ada dalam lamunannya. Bahkan tidak tidur, tidak menangis, dan tidak bicara apapun.
"Sayang, apa kita berhenti dulu? Apa mau ke hotel dulu?"
"Tidak perlu Mas, Abyaz sudah nyeyak. Tadi dia hanya meluapkan perasaannya. Kata Emran, jauh lebih baik kalau Abyaz bisa melepas beban hatinya."
"Aku lebih cemas, waktu Abyaz hanya melamun dan tidak mau bicara."
Britney mengelus rambut Abyaz. Saat ini Abyaz yang ada dalam pangkuan sang Mama.
"Ya, aku mengerti. Aku akan coba saran Emran, untuk membawanya ke psikiater."
Perjalanan mereka masih sangat jauh, mobil yang melaju di atas jalan tol dan sudah melewati dua daerah pinggiran Jakarta.
"Mas, aku harap semua baik-baik saja."
Pras masih mengendarai mobilnya dan Britney tampak mengelus putrinya.
Sang surya yang sudah tampak dengan sinar cerah. Britney menatap keluar dan berharap semua yang dilalui, akan ada hasilnya. Tidak ada salahnya mencoba, agar putrinya kembali tersenyum lagi.
Di Vallencia Garden Lux.
Emran menata koper dalam mobilnya. Bibi yang bekerja juga akan ikut dengan Alishba, untuk menjaga Alvaro.
Rumah itu akan ditinggalkan, sementara Alishba meminta Rendy untuk mengurus semuanya. Sang Papa tetap ingin rumah itu di jual, dan ingin memulai kehidupan yang baru.
"Mas Emran, nanti kita mampir dulu ke rumah Om Rendy." Ucap Alishba.
Emran hanya mengangguk dan mulai membuka pintu bagian kemudi.
Tiba-tiba ada mobil lamborghini hitam yang datang. Alishba yang hendak masuk ke dalam mobil, dia melihat Binar.
"Kak Alishba." Panggilnya.
"Binar,..." Balas Alishba.
Binar yang baru tiba dari luar negeri dan bertanya "Dimana Abyaz?"
"Binar, Abyaz sudah pergi."
"Pergi kemana?"
Alishba menepuk bahunya dan berkata "Kamu jangan mencari Abyaz. Kakak mohon sama kamu. Kalau kamu sayang sama Abyaz. Lebih baik jangan mencari dia. Lupakan semua yang telah terjadi."
Binar merasa sesak dalam dadanya dan berkata "Kali ini saja Kak. Binar mohon."
"Binar, Abyaz sakit. Kalau kamu berani muncul di hadapannya, kamu yang akan terluka nantinya. Abyaz sudah terpukul atas kepergian Damar. Kakak harap, kamu tidak menambah luka pada hati Abyaz."
Binar dengan segala perasaannya, dan tampak mengepalkan kedua tangannya. Viral yang menjauhkan Binar, agar pergi dan tidak menemui Abyaz lagi. Binar di ajak Mr. Ruk untuk tinggal di Jerman.
Sudah beberapa hari, dan Binar baru tahu tentang kepergian Damar.
Binar merasa dirinya terkurung dan tidak tahu apapun. Binar yang tidak sengaja melihat di surat kabar dalam media internet tentang kecelakaan yang membawa nama Mahatma.
Akhirnya Binar berusaha untuk kabur dari Mr. Ruk dan kembali ke Jakarta.
"Binar, kita tetap saudara. Kita tidak akan putus silaturahmi. Tapi, saat ini kita semua ingin melihat Abyaz, agar kembali tersenyum."
Binar dengan tatapan sendu dan hanya mengangguk. Binar juga kehilangan Damar, sebenarnya Binar hanya ingin menyatakan perasaannya. Tapi Viral sudah salah paham. Seandainya, waktu itu Viral tidak memergoki dia berkata cinta untuk Abyaz. Binar tidak akan begini, Binar sangat merasa menyesal dan tidak bisa menjelaskan kepada Damar.
"Kak Alishba terima kasih."
"Iya, jaga diri kamu baik-baik."
Damar sendiri juga tahu, tapi dia tidak ingin memperkeruh seuasana. Tidak ada emosi ataupun terluka karena Binar, tapi dia tidak bisa lagi berkomunikasi dengan Binar.
[Abyaz, aku harap kamu tidak sakit. Aku akan melupakan semuanya. Tapi aku mohon, kamu harus bangkit lagi dan kembali seperti dulu.]
Binar dari tadi sudah beberapa kali mengirim pesan, tapi tetap saja, tidak ada satupun pesan yang terbaca.
Binar yang masih merasa sedih atas semua ini. Perlahan pergi meninggalkan Vallencia Garden Lux. Dia juga sempat menatap rumah Damar.
"Abyaz, semoga kamu baik-baik saja."
Di rumah sakit tempat Viral di rawat.
Limar yang menemani putranya, tampak duduk di samping ranjang pasien.
Viral masih dalam perawatan khusus
Walaupun sudah tersadar dan berhasil melewati masa kritisnya. Tapi, Viral belum tahu kalau Damar sudah meninggal dunia.
"Bun-da..." Lirih Viral dengan terbata.
"Sayang, kamu bangun." Ucap Limar dengan tersenyum dan memandangi Viral.
Beberapa hari putranya mengalami masa kritis. Bahkan, mengalami patah tulang pada kaki kirinya.
"E-yang" Suara Viral sangat pelan dan masih lemah.
Tatapan Viral hanya pada langit-langit ruang itu.
Ruangan serba putih dan Viral yang masih terpasang penyangga leher, dia tidak bisa menoleh ke arah sang Bunda.
"Sayang,... Kamu harus pulih dulu." Ucap Limar dengan tersenyum, walaupun dalam hatinya sangat terluka atas kepergian Damar.
"Bun." Lirih Viral dan matanya sangat redup.
"Ka-ki. Vi-ral." Viral yang berusaha untuk merasakan kaki kirinya.
Limar yang menatap Viral dan berkata "Kaki kamu cedera, tapi tidak apa-apa. Nanti juga akan pulih. Kamu harus semangat."
Seorang dokter tampan dan dua perawat datang. Lalu Limar pergi.
Baru semalam Viral di pindah ke ruang inap pasien, beberapa hari masih dalam perawatan intensif, bahkan di tempatkan di ruang khusus pasien kritis.
Viral kondisinya sempat menurun, bahkan sangat lemah.
Limar menghubungi Aldo yang di rumah. Mereka bergantian untuk menjaga Viral. Di luar ruangan ada 2 pengawal yang berjaga.
"Apa mereka sudah berangkat?"
"Iya, mereka sudah pergi."
Limar menutup panggilannya, dia tidak sempat bertemu keluarga Pras dan Britney. Apalagi setelah Viral sudah kembali siuman. Dan rasanya ada hal yang membuat dia gelisah.
"Abyaz, semoga kamu baik-baik saja."
Limar sangat tahu kondisi Abyaz. Bahkan semua keluarga besar mereka tahu, kalau Abyaz sangat mengalami kesedihannya.
Mobil lexus hitam, sudah berhenti. Tapi hanya untuk beristirahat.
Pras masih tertegun dia kursi kemudi. Britney hanya diam saat mendengar putrinya mengigau.
"Mas Damar, jangan tinggalkan aku."
Pras yang tidak kuat menahan diri. Dia menunduk, bertumpa pada tangan kanannya yang ada di atas setiran mobil.
"Mas Damar, aku tidak bisa hidup tanpamu."
Britney memegang bahu suaminya dan berkata "Mas,... Kamu harus tenang."
Pras berkata "Kita harus segera sampai."
Britney berfikir ini bukan hanya sekedar mengigau.
Mimpi itu juga dari pikiran dan batin Abyaz sendiri, dia seolah merasakan kalau ada Damar di dekatkan.
Batin dia belum bisa menerima, kalau sang kekasih telah tiada.
"Mas, jalan saja. Abyaz sudah bangun."
Abyaz yang membuka mata, air mata itu sudah luruh. Jarinya menyentuh sudut kelopak mata.
"Mama, apa Abyaz menangis lagi?"
Abyaz berusaha bangun, dan Britney memeluknya.
"Iya, kamu hanya bermimpi."
"Mama." Abyaz memeluk erat sang Mama.
Pras kembali melajukan mobil dan jalan tol yang dilalui sudah sampai di kota Tegal. Tapi Pras masih harus berjalan lagi.
Mereka akan pindah ke salah satu kota, yang ada di Jawa Tengah.
Emran, sudah mencarikan rumah untuk keluarganya, sementara di rumah sewa. Sambil Pras dan Britney mencari rumah yang cocok. Karena beli rumah tidak asal pilih dan langsung dibeli.
Emran menghubungi seorang teman yang berprofesi sama seperti Emran. Bahkan rumah temannya itu, yang di sewa Emran.
"Papa, apa kotanya masih jauh?"
"Iya sayang."
"Abyaz lapar Papa."
Pras tersenyum dan Britney mulai lega. Abyaz sudah mau mengobrol dengan mereka lagi.
Dalam pikiran Abyaz dan menjadikan alam bawah sadarnya, seolah dirinya bertemu Damar.
"Tidak perlu diet."
"Aku suka kamu yang cubby."
"Makanlah, jangan diet lagi."
"Meskipun cubby, kamu tetap cantik."
Itulah yang terngiang dalam pikiran Abyaz. Meskipun telah tiada, tapi kata-kata itu akan selalu ada dalam ingatannya.
"Sayang, kamu sudah sholat?"
"Kamu harus selalu ingat wajah manisku ini."
"Semangat kuliahnya."
"Tugasnya sudah selesai?"
"Kamu harus rajin."
Kata-kata itu juga, selalu ada setiap mereka berdua telfonnya. Damar yang rajin melakukan sholat tahajud, pasti jam 3 sore waktu Jakarta. Dia selalu menyempatkan untuk menghubungi sang pacar cantiknya.
Buku pribadi Abyaz.
Tulisan di halaman 29.
...Sangat manis, aku suka dia....
...Damar Putra Mahatma....
...Postur tubuh yang ideal, tidak telalu tinggi, tidak telalu macho, tapi sangat berkharisma....
...Bukan hanya di foto, bertemu langsung rasanya deg degan....
...Jantungku sampai tidak bisa terkendali....
...Ya Allah, kenapa bisa ada manusia seperti dia....
...Aku semakin berdebar saat tadi mengambil sendok....
...Mata dia dan senyuman manisnya,...
...bikin aku jatuh cinta....
...Aku mau dia....
...Semoga aku bisa dekat dengannya....
...Ya Allah, kali ini saja....
...Aku ingin pacaran sama dia....
...Sekali ini saja....
Itu hanya sebagian tulisannya saat pertama bertemu Damar secara langsung. Yang tadinya hanya melihat di foto yang dikirim oleh Binar.
Binar selalu mengirim gambar, ketika Abyaz bertanya. Kamu sedang apa? Kamu sudah makan?
Pasti Binar mengirim fotonya dan tanpa ada wajahnya. Malah sebagian besar, ada fotonya Damar, yang sedang masak, makan pagi, nonton film, baca buku dan lainnya.
Damar kala itu sekitar 3 minggu di Jakarta. Dia membeli rumah itu, dan mengadakan pengajian. Nah, saat acara itu. Abyaz tidak sengaja menjatuhkan sendoknya sendiri. Ketika akan mengambilnya, Damar lebih dulu mengambil sendok itu. Lalu meletakan di atas meja, dan mengambilkan sendok yang baru untuk Abyaz.
"Abyaz tidak baik kalau makan sambil berdiri. Duduklah, aku carikan tempat duduk."
Abyaz juga tidak ingin berdiri, tapi di atas karpet sudah banyak orang. Abyaz merasa tidak enak, dan memilih berdiri di sebelah meja prasmanan.
"Duduklah, aku tinggal dulu."
Mata Abyaz hanya tertuju padanya.
Sepenggal kisah di kala itu.
"Sayang, pelan-pelan makannya." Ucap Britney sambil mengusap bibir Abyaz.
Abyaz hanya tersenyum dan Pras bisa merasakan kesedihan putrinya tercinta.
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, dari jam 8 pagi dan tiba jam 4 sore.
"Papa, apa ini rumah kita?"
"Iya sayang, ini hanya untuk sementara."
Abyaz hanya memasang senyuman tipis.
Rumah minimalis modern dan ada di kawasan kota. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil untuk mereka tinggal. Sambil mencari rumah yang cocok untuk keluarganya.
"Sayang, ini kamar kamu."
Rumah yang sudah terisi perabot lengkap. Rumah itu memang di sewakan bulanan. Biasanya yang menyewa adalah para mahasiswa kedokteran, yang sedang magang di rumah sakit, dan tidak jauh dari rumah itu.
Kisah yang dialami Abyaz ini adalah sebuah perasaan seseorang. Mungkin saja, beliau sedang membacanya.
Menurut kalian, apa othor harus melanjutkan cerita ini? Di saat Abyaz terpuruk.
Tapi sepertinya othor tidak sanggup.
Othor akan membawa ke masa lembaran baru perasaan Abyaz.
Tapi bagian part duka ini, memang diambil dari kisah seseorang.
Beberapa bagian bab, dari PANGGIL AKU MAS Season 1&2 othor memang menyelipkan dari kisah seseorang dan nyata adanya.
Untuk bab selanjutnya, othor akan percepat saja.
Karena dalam masa 6 bulan, Abyaz benar-benar menjalani pengobatan.
Dokter psikiater memberikan obat berjangka 6 bulan. Britney yang selalu memastikan kalau anaknya sudah meminum obat itu. Kalau tidak, akan ada pengulangan pengobatan dari awal dan menambah waktu.
Tapi Abyaz cukup menurut, dia tidak hanya terluka batin dan pikirannya. Bahkan cinta dia sudah membawa ke halusinasi. Yang seolah-olah, Damar masih ada di dekatnya.
Cukup tepat keputusan Pras dan Britney membawa putrinya pindah dan segera membawanya ke dokter psikiater.
Dia bukan gila, tapi sangat berat menerima kenyataan.
Cinta itu membawa luka dan perasaannya.
Dokter tidak bisa membuang memory cinta Abyaz. Hanya saja, dokter cantik itu. Bisa mendengarkan cerita Abyaz dan membantu menenangkan batin Abyaz.
Cinta Abyaz bukan lagi derita. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
ma" athif 😊
klo mas pras aku suka dengan ketengilanya pokoknya aku padamu mas pras 😙😙😙😙😙.....ssli buk dari kisah pangil aku mas 1 & 2 ini kisah abyas yg paling bikin aku g bisa nahan mewek 😭😭😭😭😭
2022-01-29
0
Ashvia💞
😭😭😭ikutan mewek
2021-09-09
0
Novi Rohmah
mencintai karena Allah lebih indah
2021-04-25
0