Suasana pagi membawa senyuman cerah. Begitu cerahnya, sampai membuat pemuda yang baru lari pagi sampai terpana.
Abyaz yang ada di atas rooftop, berdiri dan melambaikan tangannya. Damar, juga menatapnya dengan penuh cinta.
Satu hari sebelum kecelakaan terjadi.
Abyaz yang tersenyum, lalu mengode dengan tangannya seakan menelfon.
Damar juga melakukan hal yang sama, lalu Damar mengisyaratkan tunggu 5 menit lagi.
Abyaz mengangguk, lalu kedua tangan Abyaz seolah membuat lambang cinta. Begitu pula dengan Damar.
Masih pagi, baru juga jam 6 pagi. Tapi mereka berdua, sedang dilanda asmara dan tidak peduli, meskipun ada orang lain yang melihat mereka berdua.
Pras yang saat itu berada di depan rumah mengobrol dengan Aldo, tapi melihat ke arah kanan, ternyata tampak Damar sedang menggoda Abyaz.
Sebenarnya bukan hanya Damar, tapi Abyaz yang menggoda Damar lebih dulu.
"Biarkan saja, mereka anak muda."
"Iya nasib seorang Papa. Seminggu lagi, aku harus melepaskan Abyaz."
"Sebagai Bapak masa kini, kita harus bisa menahan diri Pras. Anak muda sekarang lebih nekat, dilarang malah menyerang. Sudah ditolak, tapi nekat datang melamar."
"Kamu benar, semoga Damar pria yang terbaik untuk Abyaz."
"Pras kamu tidak perlu cemas. Damar memang pemuda yang baik. Aku sangat tahu sifatnya."
Pras dan Aldo sebagai para orang tua, hanya ingin melihat anak-anaknya bahagia.
"Assalamu'aikum sayangku." Sapa Damar lebih dulu saat telfon.
"Waalaikumsalam Mas Damar." Balasnya dan sambil menggigit kuku cantiknya.
"Sudah makan pagi?"
"Sudah."
"Bersiaplah."
"Emms, iya."
"Satu jam lagi aku jemput kamu."
"Oke."
Damar dengan senyuman manisnya dan tidak lama menutup panggilannya.
Setelah itu, Abyaz langsung meletakan ponselnya dan berlari ke arah lemari pakaiannya.
Membuka pintu lemari yang sangat besar ukurannya. Lemari kayu dengan warna putih. Begitu elegan, isian baju dan akseoris tertata rapi.
Abyaz dengan manyun unyu, melihat dan mengambil mana pakaian yang cocok untuk jalan berdua dengan sang kekasih.
"Emm, terlalu remaja." Saat Abyaz memasangkan dress warna pink ke badannya dan menatap standing mirror.
"Yang ini terlalu gelap." Abyaz yang menyematkan sebuah kemeja wanita dan celana jeans.
"Apa ini saja, tapi aku udah sering memakainya." Gumamnya dan lagi-lagi memasang wajah manyunnya.
Britney masuk ke kamar itu. Seperti biasa sebelum berangkat ke kantor, Britney harus memastikan keadaan putrinya di kala pagi. Soalnya, Britney juga sangat tahu, ada saja yang Abyaz keluhkan di saat hendak pergi, entah itu ke kampus ataupun acara lainnya.
"Kamu mau kemana?" Tanya Britney.
Birtney lalu mengambil pakaian yang sudah bertumpuk di atas tempat tidur.
"Mau jalan sama Mas Damar." Jawab Abyaz.
"Sayang, hentikan kebiasaan burukmu."
Abyaz hanya asyik bercermin saja.
"Sebentar lagi kamu menikah. Nanti, bagaimana kalau Damar tahu kamu begini." Britney terkadang juga bisa bawel.
Abyaz memeluk sang Mama dari belakang.
Britney sibuk merapikan dress dan gaun Abyaz ke gantungan baju, dan melipat beberapa pakaian yang berserakan itu, dan meletakan kembali dalam lemari.
"Mas Damar sudah tahu. Dia bilang tidak masalah." Ucap Abyaz dan sangat manis.
Memang benar, Damar bukan hanya tahu dari Viral yang suka menjelekan Abyaz. Tapi Damar sudah cukup tahu bagaimana sifat dan sikap Abyaz.
Abyaz juga gadis yang manja dan semua apa yang dia inginkan harus terpenuhi. Tapi Abyaz, bukan gadis yang menyebalkan seperti yang Viral sering katakan kepada Damar.
Britney membalikan badan dan mengecup kening Abyaz.
"Mama tahu, tapi Mama cemas. Tangan kamu yang halus ini, pasti tidak bisa melalukan apapun untuk suami kamu."
"Kata siapa tidak bisa."
"Aku akan menyiapkan baju untuk suamiku, aku akan menyiapkan sarapan untuk suamiku, aku akan menyiapan keperluan dan kebutuhan suamiku."
Abyaz tersenyum melihat ekspresi sang Mama dan berkata lagi "Ya Abyaz akan seperti Mama. Yang melakukan ini itu, untuk Papa. Walaupun Mama sibuk, tapi Mama masih mengurus Papa dan kita semua anak-anak Mama."
Mata belok Abyaz dengan bulu mata yang lentik tampak berkedip-kedip dan sangat menggemaskan.
Britney mencubit pipi kanan Abyaz dan berkata "Benar, menyiapkan baju. Tapi, coba lihat sekarang ini. Apa yang kamu perbuat sayang."
"Mama... Mama." Ucap Abyaz yang mulai merayu sang Mama.
"Ini soalnya Abyaz bingung. Abyaz harus perfect buat jalan sama Mas Damar."
"Mama bantuin Abyaz pilih bajunya."
"Mama lebih pandai kalau pilih baju buat Abyaz."
Abyaz usianya sudah 21 tahun, tapi dia itu terkadang masih seperti anak baru gede.
Britney tersenyum, lalu merapikan rambut anak gadisnya itu.
"Kamu sudah besar, kamu bakal ninggalin Mama sama Papa."
"Mama kok bilangnya gitu, jangan bikin baper deh."
Britney memeluknya dan berkata "Oke, Mama akan bikin Abyaz tampil beda. Damar pasti akan pangling."
Britney yang sudah rapi dengan blazer dan dia lepas kembali. Lalu menggulung lengan kemejanya, dan mulai mencari baju yang cocok untuk Abyaz.
Britney juga merias wajah Abyaz, tangan Britney dengan cepat memoles wajah cantik Abyaz. Berkesan dewasa tapi sangat cantik dan tidak berlebihan.
"Abyaznya Mama, memang sangat cantik." Ucap Britney dan jarinya masih memegang kuas blush on.
"Emms, Mama juga cantik. Jadi aku, nggak mau kalah sama Mama."
Beberapa saat kemudian, sang kekasih hati telah tiba. Rumah itu sudah sepi, Britney sudah berangkat ke kantor, sang Papa mengantar putra tampannya ke sekolah. Hanya ada seorang pembantu yang membukakan pintu, lalu meminta Damar untuk menunggu di ruang tamu.
Berjalan menuruni tangga, kaki yang memakai high heels merah, dress sifon hitam bercorak bunga melekat pada paras indahnya dan wajah cantik itu sudah tampak berhias.
Senyuman malu-malu sedikit bercampur gugup saat Damar menatapnya.
"Aku sampai takjub."
"Emm, jangan menggoda aku."
"Aku tidak menggoda, aku sangat terpana."
Damar menarik pinggangnya, kedua mata itu saling menatap, kilauan mata yang memancarkan rasa cinta, dan Damar berkata "Sangat cantik."
Saling memuji pasangan, menggoda dan merayu, itu hal wajar bagi pasangan muda yang di mabuk asmara.
Keduanya berjalan ke sebuah Mall yang sangat terkenal. Bahkan, Mall terbesar yang ada di kota Jakarta.
Abyaz memegang lengan kiri Damar dan mereka berdua begitu serasi.
"Sayang,.."
"Emh, apa?"
"Seandainya kita sudah menikah, hari ini kita bisa ke Paris."
"Paris?"
"Iya, kota romantis. Biasanya para gadis suka hal yang romantis."
"Tapi aku nggak bisa pergi jauh, ke Amrik aja aku masih mikir-mikir."
"Lucu juga, kita akan menikah. Tapi, tetap saja kita harus berpisah."
Abyaz manyun dan menghentikan langkahnya, walaupun di tempat umum, dia berani mengalungkan kedua tangan halusnya ke leher Damar.
Damar memandangi wajah Abyaz, yang sangat menggemaskan ketika cemberut.
"Berpisah??! Jangan bilang begitu. Aku tidak suka. Kita hanya LDR."
Damar menatap manis dan hendak mencium bibir unyunya yang tampak menggodanya itu.
Abyaz memundurkan wajahnya dan mata beloknya melotot.
"Iya, sayang. Cinta kita tidak akan pisah. Hanya saja, aku tidak bisa dekat sama kamu."
Abyaz melepaskan tangannya dan Damar tersenyum melihat sang pacar yang berjalan lebih dulu. Lalu Damar mengejarnya dan tangan kirinya memegang pinggang Abyaz.
"Jangan marah."
"Aku tidak marah."
"Lalu ini apa?"
Abyaz melotot dan berkata "Aku mau ikut kamu. Biarkan saja Papa sama Mama. Lagian, aku kuliah juga tidak akan berhasil."
Damar menggeleng dan berkata "Sayang, jangan rusak kepercayaan Papa sama Mama."
"Kamu tahu, gimana sulitnya aku merayu Papa kamu."
"Satu tahun saja."
"Tidak." Cebik Abyaz dengan rasa gemas.
"Ayolah..."
Damar mencium pipi Abyaz. Walaupun kesal, tapi dia merasa berdebar kala sang pacar tampannya bisa merayu dia.
Abyaz memukul dada Damar dan berkata "Baiklah. Tapi ingat! Satu tahun. Setelah itu, jangan kembali ke Amrik."
"Oke, aku tidak akan kembali ke Amrik."
Damar mengecup kening Abyaz dan mereka kembali berjalan.
Shopping adalah hal yang disukai wanita, tapi Abyaz tidak begitu, dia memilih kebersamaan dengan sang pacar. Bermain di timezone, makan es krim, membeli aksesoris ponsel yang sama, berfoto di foto box, makan siang bersama, karaoke dan terakhir nonton berdua, bahkan sampai malam di tempat itu.
"Kita belum makan malam?"
"Ems, aku masih kenyang."
"Jangan bilang kamu diet lagi."
"Mas Damar, kali ini saja. Nanti kebaya putihnya jadi tidak muat."
Damar menggeleng dan mengusap rambutnya.
Sebuah lagu yang terputar, saat Damar menyalakan radio mobilnya.
Mungkin hari ini
Hari esok atau nanti
Berjuta memori yang terpatri
Dalam hati ini
Mungkin hari ini
Hari esok atau nanti
Tak lagi saling menyapa
Meski kumasih harapkanmu
Kumenanti hadirmu 'tuk kembali
Hanya kenangan yang tersisa di sini
Sebagian lirik lagu Mungkin Hari Ini Esok atau Nanti by Anneth. Itulah yang tadi terdengar. Karena saat menyalakan radio itu, lagu sudah terputar.
Abyaz sempat ikut menyanyikan lagu itu, dan perlahan matanya terpejam.
Damar mengelus rambutnya dan berkata dalam hatinya "Aku sangat mencintaimu, Abyaz."
"Mas Damar, aku cinta kamu." Lirihnya.
"Sayang, aku juga cinta kamu."
Lalu mencium punggung tangan Abyaz.
"Sayang, tidurlah."
Damar yang mengendarai mobil dengan santai, Sesekali melihat Abyaz yang tampak tidur.
Sangat menggemaskan untuk keduanya.
White Roses.
Sampai saat ini mawar putih telah menjadi lambang ketulusan cinta Damar, dan Abyaz akan menyimpan memory indahnya itu.
Cinta, bisa menghampiri siapa saja.
Cinta, datang tanpa ada kata permisi.
Cinta, itu hanya sebuah kata tapi berjuta makna.
Mungkin bagi yang lain, hanya cinta kenapa harus segitunya.
Tapi, hati dan perasaan Abyaz memang begitu adanya.
Cinta, dan sangat mencitainya, sampai membuat dirinya menjadi sosok yang berbeda, karena dia tidak ingin melupakan cintanya.
Abyaz yang akan kembali sudah berbeda, dan dia tetap menyimpan rasa dalam hatinya, hanya untuk Mas Damar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Machan
mas pras, maaf kamu dapat saingan baru. aku berpindah ke hati mas damar kamu jangan marah ya
2021-01-30
0
Ibunya Esbelfik
pas lg mewek dipelototi suamikuu...
uuuuhhhh😢😢😢😢😢
2021-01-30
1
Diana Novita Sari
pas banget lagu nya lg nge-hits di apk sbelah
2021-01-28
0