*Terlepas dari cerita duka Abyaz. Untuk bab duka, sebenarnya itu akhir dari cerita cinta Abyaz dan beliau tetap tidak menikah. Hatinya hanya ada Damar.
Jadi othor akan menghalu lagi, mohon maaf bila ada part yang dirubah dari bab aslinya, cerita itu sangat menyayat.
Othor tidak bisa mengungkapnya, beliau pria atau wanita. Yang jelas, beliau tidak menikah. Dalam hidupnya, hanya ada cintanya. Beliau mengalami depresi, tapi memang rasa cinta dan perasaannya begitu besar untuk kekasihnya itu.
...Kisah ABYAZ Selanjutnya,...
...3 Tahun Kemudian...
Langkah kaki dengan santai, dua orang menyusuri sebuah pasar tradisioanal, yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
"Kak Abyaz, buruan." Tegur Alvaro yang sudah menemani dia membeli jajanan pasar, dan aneka kue-kue basah yang murah meriah.
"Sebentar dek."
Abyaz melihat ke ponselnya "Baru jam segini." Ucapnya saat menujukan ponsel itu. Saat ini baru jam 7 pagi.
Alvaro memang risih setiap ada yang menatapnya, bukan hanya remaja putri, gadis belia, atau wanita muda.
Ibu-ibu dan nenek-nenek yang ada di pasar juga menatapnya terus.
Tadi nenek penjual sosis basah saja bertanya kepada Abyaz kalau bocah bagus itu apa orang luar negeri. Padahal sudah sering Abyaz katakan, kalau dia adiknya orang Jakarta. Tapi namanya nenek sudah pelupa, dan banyak pembeli lain, setiap Abyaz sama Alvaro datang, ditanya lagi dan lagi.
Alvaro kuliah semester 5, dia sudah 21 tahun dan Abyaz sekarang sudah 24 tahun.
"Simbah, niki artonipun." Ucap Abyaz saat membeli lupis kesukaan Papanya.
(Nenek, ini uangnya.)
Abyaz menyerahkan uangnya dan menerima kembaliannya, dengan senyuman manis Abyaz menuduk berpamitan dengan nenek itu.
Abyaz sudah mulai belajar bahasa jawa. Tapi rada aneh juga kalau Abyaz dan Alvaro bicara mengunakan logat halus.
"Kak, ngapain juga kakak ke pasar? Lagian samping toko sekarang ada yang jual kue basah."
"Kakak lebih suka yang di pasar, malah dapat murah." Jawabnya dengan tengil.
Alvaro sudah memakai masker dan topi, tapi ketampanannya yang maksimal itu tetap saja tidak bisa mengelabuhi, aura dia memang membuat mata wanita yang melihatnya selalu terpesona.
"Tapi Al senang, lihat kakak yang begini." Ucap Alvaro yang merangkul Kakaknya.
Badan Alvaro lebih tinggi dari Abyaz.
"Kamu mau bilang kalau kakak gendut??"
Alvaro mengangguk dan berkata "Bukan hanya gendut. Ini sudah terlewat gendut."
Dulunya Abyaz yang sangat menjaga berat badan, sekarang dia cuek. Dia menampilkan dirinya yang berbeda. Lebih bebas dan cukup bahagia.
Abyaz mencubit perut adiknya, tapi ternyata susah. Sekarang perut adiknya sudah seperti roti sobek.
Abyaz menepuk-nepuk perut Alvaro.
"Al, perutmu ini isinya apa??"
"Apa batu bata?"
"Semacam batako." Balasnya.
Mereka sudah di parkiran motor. Rumah mereka tidak jauh dari pasar itu. Motor matic warna putih dan Abyaz memakai helm putih, memeluk erat adiknya.
"Ayo jalan."
Terkadang kalau orang melihat mereka berdua. Orang akan mengira, bukan adik dan kakak, melainkan seperti sepasang kekasih.
Alvaro yang tidak mau berpacaran, dan Abyaz yang masih susah untuk kembali dekat dengan laki-laki, mengingat hal lalu yang sangat menyayat hatinya.
Alvaro yang memang tampan, di kampus dia sangat terkenal cowok yang dingin.
Alvaro mengambil jurusan teknik mesin. Entah, kenapa dia memilih jurusan itu. Tapi jawaban dia selalu, biar teman sekelasnya rata-rata cowok. Kasihan kalau ada cewek yang satu ruangan, nanti nggak bisa fokus belajarnya, gara-gara sibuk menatap Alvaro.
Untung saja perempuan cuma satu di kelasnya dan dia sangat tomboy. Gayanya juga sudah seperti anak cowok.
Sekitar 5 menit, sudah tiba.
Abyaz turun lebih dulu, lalu membuka pintu pagar besi yang bercat hitam.
Rumah dua lantai dan ada di pinggir jalan. Sekalinya mereka membuka pagar, sudah langsung melihat jalan umum dan sangat ramai kendaraan yang lewat.
"Assalamu'alaikum Pa."
Melihat sang Papa yang sedang menyirami tanaman setelah tadi membersihan kandang burung.
"Waalaikumsalam...." Balasnya dan Abyaz mencium tangan sang Papa. Alvaro juga mengikutinya.
Pras punya hobby memelihara burung. Dari burung jalak suren, burung pleci, burung lovebird, dan ada burung murai batu.
Restoran Pras sampai sekarang masih dan yang mengurus Alishba. Setelah waktu itu, Alishba tidak lagi bekerja di Bank Swasta.
Alishba lebih memilih menjaga restoran, bahkan sekarang ada 2 cabang. Dan dia memiliki anak laki-laki yang berusia sekitar 2 tahun.
"Mama."
"Emmmh. Harumnya."
"Abyaz, Mama baru masak."
Abyaz yang masih seperti anak-anak, memeluk sang Mama dari belakang. Tapi Britney memahami itu, dan dia sangat bersyukur kala putrinya bisa kembali sehat, baik jasmani dan rohani.
"Mama masak soto?" Tanya Alvaro yang mencium aroma bumbu yang di tumis.
"Iya sayang. Mama masak kesukaan kalian semua."
Alvaro lalu cuci tangan, dan Abyaz sudah menyiapkan aneka kue basah di piring.
"Kak, nanti aku ada kuliah pagi. Aku nggak bisa antar Kakak."
Abyaz menatap Alvaro dan berkata "Tapi kakak pinjam motor kamu. Kamu pakai mobil Papa."
"Iya, tapi hati-hati." Alvaro terkadang memang suka ketus. "Awas aja kalau lecet."
Mereka berdua duduk di mini bar, yang tidak jauh dari dapur.
Sang Papa yang berjalan ke arah mereka, dan langsung menyela "Papa aja yang antar Abyaz."
"Emm, tapi Abyaz lama."
"Nanti Papa tungguin."
"Ok."
Abyaz akan ada pertemuan dengan seseorang untuk membahas tentang dekorasi ruangan.
Abyaz kala itu tidak menyelesaikan kuliahnya, tapi dia hobby menata dan mendekorasi ruangan.
Abyaz mengunggah gambar before after dari hasil dekorasinya itu di IG. Ternyata banyak peminatnya, terutama dari kalangan mahasiswa, pengantin baru, juga ada yang baru beli rumah tapi ingin dibuatkan dekorasi yang mewah. Terkadang orang beli rumah lama, tapi ingin tampilan lux di dalamnya dan ada yang ingin sebuah kamar atau ruang tertentu. Jadi lebih vintage, modern, atau terkesan kekinian. Banyak pilihan yang Abyaz tawarkan. Lumayan untuk tabungan Abyaz sendiri dan itu sudah berjalan sekitar satu tahun.
"Papa bisa nungguin Abyaz sambil ngopi." Ucap Pras dan ikut duduk di meja makan sambil sarapan yang dibeli anaknya.
"Mama nanti juga ikut, Mama mau belanja. Bahan brownies juga sudah habis."
"Ems, kalian semua janjian?" Alvaro merasa heran.
Britney yang menuang teh hangat dari teko kaca, lalu memberikan kepada suaminya. Dia hanya tersenyum saja.
"Al kuliah, tapi Mama sama Papa malah ke Mall."
"Ya udah, kamu bolos. Nanti kakak traktir."
"Nggak bisa bolos, nanti ada tugas kelompok"
Britney dan Pras sudah pensiun, tapi ada saja hal yang membuat mereka tidak berdiam diri. Britney yang menjual brownies dan memiliki satu toko, Pras juga membantu mengelolanya.
Ada satu orang yang menjaga toko itu, biasanya mereka memanggilnya Mbak Yuli.
Pras juga kadang membeli rumah bangunan lama, dan merenovasi rumah itu, lalu dijual.
Kadang untungnya lumayan dan kadang cukup untuk membayar para tukang. Tapi dia tidak menyerah, hidup terus berjalan, tabungan pensiun mereka juga lama-lama menipis, ada saja masalah yang datang, dan mengharuskan untuk mengambil tabungan itu.
Apalagi setelah tinggal di kota ini dan jauh dari semua keluarga Jakarta. Mereka menjauh dari keluarganya yang ada di Jakarta, dan itu demi Abyaz.
Saham Britney juga dialihkan kepada Giel dan waktu itu dia sudah menerima hasilnya, lalu uangnya untuk melebarkan restorannya yang ada di Jakarta.
Tapi bukan hanya karena uang semata, Pras dan Britney, tidak bisa berdiam dan duduk manis saja.
Menurutnya itu akan membuatnya jenuh dan badannya terasa tidak enak, akhirnya tercetus membuat toko brownies.
Kebetulan semua anak-anaknya, sangat menggemari brownies buatan sang Mama.
"Al, nanti kita jalan-jalan, kamu belajar."
"Udah deh, jangan jadi penggoda."
"Kakak serius, nanti kakak beliin ponsel baru kalau klien kakak langsung deal."
Alvaro tetap saja tidak mau.
Alvaro juga masih kuliah, biayanya juga tidak murah. Ada tugas ini itu, untung saja Alvaro sudah bisa mengerti, dan dia menurut sama kedua orang tuanya. Mengingat pergaulan anak laki-laki, yang tidak bisa terkontrol.
Orang tua tidak bisa mengawasi selama dia ada di luar, tapi Alvaro juga tidak suka bergaul dan pergi bersama teman-temannya, kecuali kegiatan kampus.
"Papa mau siap-siap."
"Mama tinggal nunggu kuah soto."
"Kalian semua pergi aja." Alvaro kesal dan masih duduk.
Abyaz mendekatinya, dengan tersenyum mengusap rambut Alvaro, lalu dia berkata "Adikku sayang, sepertinya kamu harus punya teman dekat."
"Maksud kakak?"
"Ya teman."
"Emangnya kak Abyaz punya teman?"
"Ada... Itu Mbak Yuli. Teman kakak."
Alvaro tertawa ngakak dan menatap kakaknya yang sudah berjalan pergi.
"Mbak Yuli, teman dekat?! Ya, iyalah. Kalian teman dekat. Kalian kalau jaga toko ngerumpi terus." Gerutu Alvaro.
Ini hanya sebagian awal dari lembaran baru kisah Abyaz.
Nanti selanjutnya akan dijelaskan lebih detail.
Menurut kalian, Abyaz harus menikah tidak?
Lalu...pria yang bagaimana, yang cocok untuk dia?
Kalau Viral dan Binar, tidak mungkin. Pras sudah menjauhkan keluarganya dari mereka. Misalkan nanti bertemu, tapi tidak tahu juga.
Terus, gimana nanti kalau Abyaz menikah? Apa dia masih ingat Damar? Atau akan melupakan Damar untuk selamanya?
Huft, kalau yang Abyaz ini othor juga bingung.
Yang Abyaz realita jelas-jelas tidak ada cinta yang lainnya. 😭😭😭
Terima kasih untuk like, komentar, vote dan tip dari kalian 🙏🥰😘
Nantikan kisah cinta Abyaz selanjutnya.
Salam tengil dari Abyaz Ali Wardana. 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
EsterEka.
mbk vie berarti bt cerita ini ada terselip ludah nyata hidupmu seseorang ya. aku bs ikuti bgt alur na berasa ada di tengah2 mereka.
2021-05-05
0
Novi Rohmah
kasih yg punya sifat kaya damar
2021-04-25
0
피롷
udh thor nikahin abyaznya cerita nyatanya ga ush dituang ke novel semua....sebagian aja thor yg sisanya halumu aja thor....misal kya abyaz ketemu babang jk gtu😂😂😂😂
2021-02-03
0