Viral yang sangat terkaget tadi, lalu mendekat ke telinga Abyaz dan ingin mengetahui suara kekasih Abyaz.
"Mas Damar?? Kenapa aku merasa tidak asing??"
"Nggak mungkin!"
Abyaz menjauh saat Viral berusaha mendekatinya dan memilih pergi. Berjalan ke arah dinding kaca, dan senyuman Abyaz begitu manis.
"Nggak mungkin!!" Ucap Viral, lalu dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Perasaanku jadi nggak enak begini." Ucap Viral, saat mendapati panggilannya untuk seseorang tidak dijawab.
"Kenapa nggak diangkat?"
"Apa Mas Damar, itu??"
"Oh My God."
"Tapi tadi, nggak salah dengar."
Viral lalu memperhatikan Abyaz dari kejauhan. Abyaz yang terlihat tesenyum dan tampak memainkan rambut, jarinya menggulung-gulung rambut panjangnya.
"Abyaz benar-benar jatuh cinta." Ucap Viral, yang sangat tahu kalau gelagat Abyaz, seperti gadis yang terkena candu asmara.
Viral menggelang, lalu mengirim sebuah pesan. Viral berjalan dan kembali mengambil minuman kaleng, yang ada di vending machine. Tapi matanya masih menatap jauh ke arah Abyaz.
Terpancar rasa yang aneh, membuka minuman kaleng itu, dengan keras dan cepat meneguknya.
Viral yang masih penasaran, lalu dia tampak meremas kaleng itu, dan membuangnya di tempat sampah dengan rasa kesal.
Abyaz yang sudah selesai menerima telfon dari kekasih hatinya, masih tersenyum, lalu kembali ke meja itu.
Tampak masih memainkan ponselnya, dan menandai notenya. Kalau sang pacar, hari ini sudah menghubungi dia.
"Mas Damar." Batin Abyaz dan memeluk ponselnya. Ada rasa manis berpadu rindu, menyatu dalam perasaannya.
"Kamu sudah gila?" Tanya Viral, yang merangkulnya.
Abyaz yang tadinya tampak duduk bersandar, lalu menoleh ke arah Viral.
"Aku pikir, kamu udah pergi."
"Mana mungkin, aku tadi udah bilang. Kalau kita pulang bareng."
"Emms, iya. Tapi aku nggak bisa. Aku udah mau dijemput."
"Siapa yang jemput? Kekasih kamu??"
Abyaz hanya tersenyum manis, dan tidak berkata apapun.
"Berarti bukan dia." Batin Viral dan mulai tersenyum. Viral khawatir kalau sang kekasih Abyaz adalah orang yang dia kenal dekat.
Abyaz masih dengan senyumannya, dan kembali minum jusnya. Rasanya perut sudah kembali normal, yang tadinya tidak berselera apapun. Rasa rindu kepada pacar membuat siapa saja menjadi gegana. Bahkan, yang ada dalam pikirannya hanya sang kekasih.
Tidak lama, ponsel Viral berbunyi, dan Viral tampak tersenyum manis.
"Akhirnya vidcall."
Abyaz tidak tahu dengan apa yang Viral lakukan, Abyaz hanya sibuk dengan minumannya, dan masih menatap layar ponselnya.
Tangan kiri Viral sudah merangkul bahu Abyaz, dan yang video call Viral, tampak menatap Abyaz dengan tidak senang, bahkan menggeleng.
"Hallo, Eyang..." Ucap Viral dengan suara keras, tadinya menandai mute dan saat ini Abyaz menoleh ke arah ponsel itu.
Abyaz belum sadar, kalau tangan Viral masih berada di pundaknya.
"Eyang, gimana kabarnya?"
"Baru kemarin, tapi aku sudah kangen."
"Viral, tanganmu!" Ucap Damar, yang ada di ujung jauh negeri orang.
Dalam layar, tampak tangan Damar mengisyaratkan agar mereka menjaga jarak.
Abyaz sedikit menggigit bibir bawah, dan menjauhkan tangan Viral.
"Abyaz kamu tidak ingin menyapa Eyangku??"
Abyaz masih tidak ingin Viral tahu, tentang hubungannya dengan Damar. Tapi situasi ini, sungguh tidak nyaman.
"Mas Damar." Ucapnya dan merasa gelisah.
Ekspresi Damar tampak menggeleng.
"Eyang Damar. Gimana kabarnya??"
"Viral, jaga sikap kamu." Ucap Damar yang tidak suka.
"Eyang, aku tidak mengganggu Abyaz. Aku cuma ingin tahu."
"Abyaz, nanti Mas Damar akan telfon kamu." Ucap Damar.
Panggilan video call itu lalu terputus, Viral merasakan aura kegelapan.
Viral yang menatap Abyaz, dengan mata dan bibirnya, seolah ada yang membuat dia penasaran.
"Jadi, pacarmu Eyang Damar??!"
Abyaz berdiri dan hendak pergi. Abyaz tidak ingin mendengar ocehan apapun tentang dirinya dan Damar.
"Emms, sepertinya memang benar. Eyang Damar. Aku harus gimana?"
Viral yang menyernyitkan dahi dan bibir tipisnya terlihat sangat menggemaskan.
"Kalau benar begini, mana bisa aku ngerjain Abyaz. Yang ada, Abyaz bakal ngadu sama Eyang."
Viral mengebuskan nafasnya dengan pelan, dan berjalan dengan manyun.
"Sepertinya, aku harus pensiun." Desisnya.
Viral yang selalu bertahan dan tidak mau mengalah dengan Abyaz. Bahkan dia menggoda Abyaz, agar marah kepadanya. Tapi kalau Abyaz sudah memiliki kekasih, dan itu Eyang Damar. Mana berani Viral menggoda dan mengejek Abyaz.
Di halaman parkir yang tidak jauh dari gedung kampus sastra itu. Ada pria tampan yang sedang menunggu Abyaz.
Sosok pria berkulit putih, dengan tinggi badan 180 cm. Tatapan manis, dan memakai jaz warna abu tua. Tampak terlihat menatap ke arah jam tangan yang dia kenakan.
"Kak Giel."
Abyaz yang sudah menghampirinya, langsung merangkul lengan kanan Giel.
"Lama nungguin kakak??" Tanya Giel, karena tadi waktu di toilet, Abyaz sudah menghubungi Kakak sepupunya.
"Emms, nggak."
Abyaz dengan tersenyum melepas tangannya, dan Giel langsung membuka pintu mobilnya yang belakang.
"Kenapa di belakang?" Tanya Abyaz, yang tidak tahu kalau ada seseorang, yang sudah duduk di kursi sebelah kiri.
Giel hanya mengedipkan sebelah mata, dan Abyaz tersenyum manis. Abyaz paham, kalau Kakaknya sudah mengajak gadis.
"Hai Kak, aku Abyaz."
Salam perkenalan dan cukup berjabat tangan.
"Aku Natasya, kakak kamu udah cerita."
"Iya, kak." Abyaz masih tersenyum lalu memandang ke arah luar "Viral, apa dia nyari aku lagi??"
Giel yang sudah mengendarai mobil dan melewati gedung satra. Abyaz tampak melihat Viral yang sedang menelfon.
Viral yang menatap mobilnya Giel, berkata "Owh, Kak Giel."
"Jadi, Abyaz benar-benar pacaran sama Eyang Damar."
"Huuuft!!" Keluhnya.
Giel yang memandangi Abyaz dari spion mobilnya, dan bertanya "Dek, kamu mau pulang apa ikut kita?"
"Kakak mau kemana?"
"Kita mau ke Mall, kita mau nonton." Jawab Natasya dengan senyuman, dan tangan Giel tampak mengelus rambut Natasya.
"Kalau aku ikut mereka. Aku bakal jadi nyamuk. Mendingan aku pulang, bisa telfonan sama Mas Damar. Mumpung Papa nggak ada di rumah."
"Kak Natasya, Abyaz mau pulang aja. Soalnya masih ada tugas. Abyaz belum nyelesain tugas."
"Dek, tumben kamu rajin?!" Giel yang sangat tahu kalau Abyaz tidak seperti itu, bahkan tugas kampus. Kadang meminta bantuan Alishba atau Giel. Bahkan, malah Sadewa yang sering mengerjakan tugas Abyaz. Semua keluarganya juga tahu hal itu.
"Iya, Kak Giel. Ini bukan tugas biasanya. Tugasnya pakai tulisan tangan. Nanti bisa ketahuan, kalau yang ngerjain tugasku Kakak." Ucapnya, dengan gayanya yang tengil dan sangat menggemaskan.
Natasya tersenyum manis, dan berkata "Kamu bisa telfon kakak, kakak juga ambil jurusan sastra."
"Beneran Kak? Kakak semester berapa?"
Abyaz bisa melihat kalau usia Natasya sekitar 23 atau 24 tahun. Masih terlihat sangat muda dan penampilannya begitu manis.
"Kakak baru lulus, dan tahun ini Kakak wisuda."
"Owh, jadi Kakak udah lulus. Oke, nanti Abyaz akan telfon Kakak."
Natasya lalu mengirim pesan untuk Abyaz.
"Kak Natasya udah punya nomorku?!"
Abyaz dengan heran dan menatap ke arah Natasya.
"Iya, tadi sambil nungguin kamu. Kakak udah save nomor kamu."
Giel hanya mendengar kedua gadis itu mengobrol. Dia mengendarai mobil dengan cepat. Harus mengantar sang adik pulang ke rumahnya.
Rumah Abyaz bukan lagi di Depok. Rumah yang di Puri Anggrek, masih milik orang tuanya, hanya saja di kontrakkan. Mereka sudah pindah di kawasan Tangerang Selatan, bahkan rumah itu berhadapan dengan tempat tinggal Viral.
Semenjak Alvaro lahir, Papa dan Mamanya memikirkan, kalau anak-anaknya sudah besar, pasti membutuhkan banyak ruangan.
Akhirnya sang Mama menutuskan untuk membeli rumah yang di jual oleh RM property, kebetulan tabungan Britney juga cukup untuk membelinya.
Pras akhirnya menuruti saja apa perkataan istrinya. Dan semenjak itu, Abyaz dan Viral selalu satu sekolah. Bahkan sekarang, mereka kuliah di kampus yang sama, di kawasan Jakarta Selatan.
"Kak Natasya ayo mampir dulu."
"Dek, kita udah kesorean. Besok aja Kak Giel main kesini. Pasti, Kakak ajak Natasya." Ucap Giel dan Natasya hanya tersenyum manis.
"Thank you, kakak." Ucapnya dan langsung keluar dari mobil Giel.
Abyaz melambaikan tangannya, kepada Giel dan Natasya.
"Seandainya Mas Damar disini, pasti aku juga bisa nonton." Desisnya.
Vallencia Garden Lux, rumah itu bukan hanya luas, tapi mewah bagi seorang Pras, yang tadinya rumah lama sudah bagus.
"Kakak pulang sama siapa??" Tanya Al, saat melihat Abyaz yang di dapur mengambil minum.
Abyaz yang memegang gelas, lalu berkata "Kak Giel sama pacarnya."
"Owh, aku kirain Mas Viral."
Abyaz yang telah minum tampak menatap Alvaro, lalu meletakan gelasnya di atas meja.
"Apa kamu yang minta Viral, biar Kakak bareng dia??"
Alvaro tampak menggeleng. Lalu Bibi yang bekerja di rumahnya mendekati Abyaz, dan berkata "Non, ada tamu."
"Siapa Bi?"
"Mas Viral."
"Hemms, dia tamu." Batinnya dan sangat tengil. "Sejak kapan dia punya tata krama kalau masuk ke rumahku. Tumben amat dia begitu."
Abyaz berjalan ke ruang tamu dan Viral langsung berlari ke arahnya, lalu berlutut di hadapan Abyaz.
"Viral kenapa?? Apa dia udah nggak waras??!"
Tinggal di area yang sama, lingkungan yang sama. Tapi Damar, tinggal di luar negeri.
Mereka tetangga, keluarga dan ada perasaan cinta.
Rumah Damar dan Viral di barisan yang sama. Hanya saja, rumah Damar di ujung.
Mau tahu, siapa Damar Putra Mahatma? Viral panggil dia, Eyang??! 🙄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
zhie
kok viral panggil'a eyang damar sh 🤔🤔
2021-06-11
0
Novi Rohmah
wah turunan Mahatma nih 👍
2021-04-24
0
Little Peony
Semangat selalu Thor 💕💕
2021-02-02
0