Keesokan harinya, di sebuah kampus. Dengan suasana gundah gulana dan tampak menulis sebuah bait merindu. Bukan puisi dan bukan surat, melainkan sebuah coretan tangan.
Jakarta, 19 Januari. Waktu sudah menunjukan pukul 14.32 WIB.
...Coretan jelek Abyaz...
...Seandainya aku lebih awal mengenalmu...
...Kita pasti bisa lebih saling dekat...
...Meskipun aku tahu itu terlalu cepat...
...Aku sangat menyukainya...
...Mas Damar...
...Apa kamu tahu?...
...Aku disini sudah merindukanmu...
...Semalam aku tidak bisa tidur karenamu...
...Apa kamu juga merindukan aku?...
...Aku menunggu kabarmu...
...Apa kamu sudah tiba di rumahmu?...
...Kenapa rasanya sangat rindu...
...Padahal kita baru jadian dua hari lalu...
...Tapi kamu sudah kembali ke rumahmu...
...Abyaz hanya ingin tahu kabarmu...
Abyaz yang duduk bersantai, dia ruang terbuka lantai 4 gedung kampusnya. Tampak membuat coretan di sebuah buku pribadinya
Baru kemarin dia ditinggal sang kekasih pergi, tapi dia sudah rindu. Benar, dia baru dua hari jadian, dan pacarnya harus kembali ke Amerika.
Damar Putra Mahatma, dia pergi karena harus menyelesaikan S2 di sana, dia bahkan dari SMA sudah tinggal di Amerika. Hanya saja, setiap satu tahun sekali, kembali ke negeri tercinta, untuk bertemu keluarganya.
"Hemmm" Suara yang terdengar itu begitu membuat Abyaz kesal.
Lagi-lagi Viral usil mengambil bando yang dia pakai.
"Viral, aku lagi males bercanda." Teriak Abyaz saat melopat untuk mengambil bando kesayangannya.
Viral, berkata "Lompat lebih tinggi."
"Aku mohon, aku lagi malas."
Viral tersenyum menggoda, semakin tinggi dia mengangkat bando itu. Postur tubuh Viral begitu tinggi sekitar 184 cm, apalagi tanggannya yang panjang, begitu tinggi untuk meraih bandonya.
Abyaz cemberut dan melompat lebih tinggi. Tapi karena dia pakai sepatu wedges hari ini, waktu mendaratkan kakinya, dia hampir terjatuh. Tangan kanan Viral dengan cepat meraih pinggang Abyaz.
Kedua orang itu saling menatap tajam, tapi Viral cukup tersenyum menggodanya.
"Lepasin!" Saat Abyaz merasa saat ini Viral sudah kerterlaluan. Akhirnya Abyaz lebih memilih kembali duduk di sofa.
Viral terdiam, memang sepertinya ada yang salah dengan Abyaz. Lalu dia memakaikan bando itu kembali ke rambut Abyaz.
"Ngapain masih disini?"
"Aku mau jagain kamu. Nanti kita juga pulang bareng."
"Ogah, ngapain pulang bareng kamu. Mending aku naik taxi." Jawab Abyaz, dan Viral hendak melihat tulisan tadi. Tapi Abyaz lebih cepat menutupnya.
Karena Viral tahu, hari ini Papanya Abyaz lagi ada acara di luar kota. Kesempatan Viral, untuk mengorek tentang sikap Abyaz.
Abyaz yang sudah bersiap, lalu berkata "Minggir, aku mau pulang."
Kedua tangan Viral ada diatas sandaran sofa, lalu menoleh ke atas. Menatap Abyaz dengan senyuman sinis terserit diwajah tampannya.
"Kamu nggak mau pulang bareng aku?"
"Nggak."
Ekspresi wajah Viral semakin geram lalu berdiri, dan menarik tangan kiri Abyaz.
"Viral, lepasin tanganku."
Abyaz yang sedang tidak ingin berdebat dengannya, akhirnya hanya menurut. Karena banyak mata yang melihat ke arah dia.
"Aku mau pulang bareng kamu. Tapi lepasin tangan aku." Ucapnya.
Viral dengan senyuman menggoda, lalu melepaskan tangannya. Viral merasa yakin, ada yang aneh dari Abyaz.
"Tumben dia menurut." Gusarnya.
Berkecak pinggang dan menggeleng di hadapan Abyaz, lalu berkata "Sepertinya kamu beda."
"Udahlah Viral. Aku lagi malas."
"Kenapa?? Apa mau aku beliin coklat??" Viral sambil tersenyum dan mengelus rambut Abyaz.
"Aku bilang, aku lagi malas. Kalau emang mau ngajak balik aku. Ya udah, kita pulang."
Viral, berkata "Nah, gini kan cantik. Harus jadi adik cantik. Senyum!"
"Aku lebih tua dari kamu, kapan aku jadi adik kamu??" Tatapan yang mengarah ke wajah Viral, bahkan Abyaz cukup mendongak waktu menatapnya.
"Tidak masalah. Aku lebih muda, tapi aku lebih segala dari kamu. Jadi, kamu harus menghormati aku."
"Kamu harus, panggil aku mas Viral!"
Abyaz membenarkan tas selempangnya, dan tidak menghiraukan Viral. Lalu dia berjalan dengan cepat, dan tidak mau menuruti perkataan Viral barusan.
Viral masih merasa ada yang aneh, biasanya gurauan Viral ditanggapi Abyaz, tapi kenapa tidak di respon.
Viral berlari mengejar Abyaz dan berkata "Ayo kita ke kantin. Aku mau bicara sama kamu."
Tidak lama ada pacar Viral yang datang "Viral...."
Abyaz tersenyum melihat Meta Luviana yang datang. Meta sangat cantik, tapi dia gadis unyu dan manja, terkadang penampilannya seperti barbie.
"Meta, lepasin. Nggak enak dilihatin yang lain." Ucap Viral, saat melepaskan tangan Meta dari lehernya.
Setiap datang langsung menyerang dengan pelukannya.
"Viral, pacar kamu udah datang. Aku duluan, bye bye." Ucap Abyaz, dengan tengil dan sangat menggodanya.
Viral mulai kesal dan sekali berusaha melepaskan tangan Meta.
"Meta sayang, kamu hari sangat cantik. Tapi aku harus pergi dulu. Nanti aku telfon kamu. Besok, aku anterin kamu ke salon."
"Emmh, tapi aku nggak ada temen. Semua lagi pergi nonton."
"Ya udah, kamu pulang. Nanti malam kita nonton. Aku harus pergi."
"Oke sayang,..." Akhirnya Meta dengan senyuman tipis dan menggemaskan, merelakan Viral pergi, lalu dia juga berjalan ke arah lift.
Viral yang mengejar Abyaz ke lantai bawah tidak melihatnya.
"Apa Abyaz sudah pergi?"
"Cepat amat dia menghilang."
Viral yang menoleh ke kanan dan kiri, bahkan berputar di tengah lobby gedung kampusnya.
"Hei, kamu lihat Abyaz."
Dua orang mahasiswi yang ditanya Viral tampak menggeleng saja.
"Kemana dia?? Apa ke depan?"
Viral ke depan dan tidak ada Abyaz, bahkan beberapa mahasiswa juga menggeleng saat ditanya Viral.
"Abyaz kamu ngapain disini?"
"Sstthhh..." Abyaz menutup mulut temannya dan berkata lagi "Aku lagi dikejar penguntit."
Abyaz melepas tangannya dan temannya bertanya "Di kampus ada penguntit. Aku jadi takut."
"Iya, dia suka menyiksa gadis-gadis. Bahkan, membuat gadis menangis."
"Sekejam itu kah?"
Abyaz dengan ekspresi mata beloknya hanya mengangguk.
"Abyaz kamu mau kemana?" Tanya seorang teman yang sangat lugu itu.
"Aku mau pulang." Abyaz berjalan ke arah pintu dan membukanya, lalu memastikan kalau lorong itu, tidak ada siapapun.
"Abyaz jangan pergi. Aku takut."
"Tidak ada siapa-siapa. Aku mau pulang."
Mahasiswi itu akhirnya mengikuti Abyaz, berjalan mengendap-ngendap, wajah Abyaz tampak membulat, dia tanpa suara di sepanjang lorong, yang berjarak 8 meter dari lobby gedung kampus itu.
"Mau kemana??" Tangan Viral sudah menarik tali tas yang terselempang dipundak kirinya.
Abyaz menoleh "Heee, Viral." Senyuman malas akhirnya tersirat diwajah cantik Abyaz.
"Abyaz, aku pergi dulu." Ucap temannya tadi. Dia juga sangat takut dengan Viral. Viral terkenal mahasiswa jagoan. Jadi banyak yang takut kepadanya.
"Lepasin tasku. Tadi aku cuma pipis."
Viral lalu menggandeng tangan kiri Abyaz.
"Sial,..." Keluh Abyaz dalam hatinya dan wajahnya hanya menatap ke kanan.
Masih banyak mahasiswa di gedung itu, tapi mereka sudah tahu kedekatan Viral dengan Abyaz. Bahkan, mereka pernah ribut besar di kantin kampus. Sampai membuat meja kantin itu, penuh tumpahan makanan yang saling mereka lempar.
Makanya, itu yang dicemaskan Pras kalau Abyaz dan Viral ribut. Dulu SMA, Pras pernah dipanggil wali kelas Abyaz. Karena memukul Viral dengan kursi.
"Minum."
"Thank's." Ucap Abyaz setelah melepas nafas sesaknya. Rasanya kesal, tapi saat ini Abyaz tidak ingin ribut.
Viral yang meneguk minuman kaleng, dan Abyaz masih mengaduk sedotan yang ada di gelas bening itu. Tampak jus strawberry kesukaan Abyaz.
"Heh, malah bengong. Jusnya buruan diminum."
"He'em." Abyaz lalu meminumnya, dan kembali mengaduk-aduk saja jusnya. Tampak menoleh ke sekeliling, yang masih ramai mahasiswa.
Viral yang tadinya duduk di depannya, lalu beralih ke kursi sebelah Abyaz.
"Kenapa lihatin aku??" Tanya Abyaz.
"Kamu sakit?" Tangan Viral tampak memegang dahi Abyaz, dan menyamakan suhu tubuhnya.
"Kamu nggak panas, kenapa diam saja?"
Viral memang sudah penasaran, dari kemarin Viral merasa Abyaz tidak lagi seperti biasanya.
"Aku lagi terserang demam."
Abyaz menggeser gelasnya, dan meletakan kepalanya di atas meja. Sambil melihat ke arah Viral.
"Perasaan, kamu nggak demam."
Viral yang ikut meletakan kepalanya di atas meja itu, dan kedua saling menatap.
"Aku kena demam rindu."
Viral bertanya "Rindu??"
"Iya, aku rindu dia."
Viral lalu mengangkat kembali kepalanya, dan bantinnya bertanya "Rindu dia? Siapa? Abyaz punya kekasih, nggak mungkin. Om Pras aja begitu, nggak mungkin Abyaz boleh pacaran."
"Kamu punya pacar? Siapa? Kapan jadiannya?"
"Kok aku nggak tahu."
Viral yang begitu bawel dan sangat penasaran.
"Memang harus gitu, aku cerita sama kamu." Abyaz dengan kesal, lalu kembali meminum jus.
"Viral, kamu percaya cinta sejati??"
Viral yang memegang minuman kaleng dia hanya menggeleng.
"Kenapa nggak percaya?"
Viral meletakan kaleng minumannya, dan menarik wajah Abyaz untuk menatapnya.
"Kalau aku percaya cinta sejati itu ada. Nggak mungkin aku gonta-ganti pacar."
Abyaz tampak membulatkan bibirnya, dan Viral melepaskan tangannya.
"Iya, kamu playboy. Bahkan usia kita baru 20 tahun. Kamu sudah 5 kali pacaran. Aku baru kali ini, tapi kenapa rasanya begitu sulit."
"Siapa pacar kamu?"
Abyaz mengambil ponsel dalam tasnya, tampak senyuman manis di wajah cantiknya, bahkan ketengilan Abyaz bisa terlihat jelas.
"Hallo, Assalamu'alaikum. Mas Damar." Ucapnya dan seketika Viral yang sedang minum menoleh ke arah Abyaz, bahkan sampai dia tersedak saat mendengar kata Mas Damar.
Nah... Kan.. Kan..
Viral??
Damar??
Ottoekeh!!!
Siapa sih Damar?? Haiish..
Akan terungkapkah??
Hemms, othor sendiri juga nggak tahu siapa Damar. ✌😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Enny Sutadji
Damar iku lampu lee🤣🤣🤣🤣
2021-02-24
0
Dea Humaira Zalfa
Viral anak aldokah...aoa damar amak rendy?
2021-01-24
0
Asri
lanjut author, segera jelaskan siapa itu damar. penasaran tenan aku
2021-01-24
0