Hye Ju hanya tersenyum menatap Jae Hyuk yang duduk di depannya, beberapa orang sudah pulang dan membawa tas mereka beberapa lagi tengah sibuk berbicara termasuk Han Seol, Chan Young dan Min Ji. Entah apa yang mereka katakan Hye Ju mendadak tuli, fokusnya berada di depannya. Seseorang yang biasanya tampak menyebalkan namun sekarang, sepertinya tidak melihat Jae Hyuk beresiko membuatnya gila dan merusak moodnya atau Jae Hyuk pun begitu.
"Kalian datang ke sekolah hanya untuk berkencan?" Han Seol tampak kesal mendapati semua temannya berpasangan sementara ia hanya memeluk tasnya di depan.
"Aku berharap seperti itu." ujar Min Ji tanpa tahu malu di hadapan Chan Young sementara pria itu hanya tersenyum.
"Ya, Kim Jae Hyuk kau janji pergi main game denganku hari ini. Kau lupa?" tanya Han Seol masih dengan wajah kesalnya.
"Aku tidak pernah berjanji." Jelas Jae Hyuk acuh pandangannya tetap tertuju pada Hye Ju
"Sudahlah, kau bisa pergi denganku." Chan Young menarik Han Seol dengan cara mencekik lehernya.
"YA! Kim Jae Hyuk aku akan menghitung ini sebagai pengkhianatan. Arrasseo (kau mengerti)!!"
Sahabatnya itu tidak bisa berhenti berteriak meski Chan Young sudah menyeretnya hingga ke lorong, Min Ji mengekor pada Chan Young setelah melambaikan tangannya pada Hye Ju. Gadis itu sepertinya sangat senang meski Chan Young tidak menyuruhnya ikut.
Hye Ju pulang dengan di antar motor Jae Hyuk hari masih sore saat keduanya berhenti sebentar di bukit belakang sekolah ada tempat dimana beberapa orang bisa menikmati pemandangan yang menghadap langsung ke Namsan Tower. Keduanya duduk di tepian tebing menjuntaikan kakinya ke bawah membiarkan angin musim gugur menerpa dengan sejuk.
Lampu di ikon kota Seoul itu sudah menyala, menjadi pusat perhatian Hye Ju saat itu gedung-gedung bertingkat juga dengan mudah di lihat Hye Ju, dan lingkungan rumahnya tampak begitu kecil.
Ia tidak tahu ada tempat sebagus ini, jika saja ia mengetahuinya lebih awal sepertinya tempat ini akan jadi spot favoritnya setiap hari.
Jae Hyuk tidak mau membawa Hye Ju ke tempat mewah seperti pergi ke restoran dan menghamburkan uang ayahnya atau kemewahan semacam itu, duduk di tempat seperti ini bersama gadisnya saja sudah cukup menyenangkan.
"Ahh ... Rasanya sudah lama tidak mencium aroma musim gugur." Hye Ju menghirup nafasnya dengan wajah bahagia, Jae Hyuk hanya mendengus saja melihat tingkahnya.
"Wae (kenapa), aku baru saja kembali dari kematian!"
"Ne, ne, ne, aku seperti melihat hantu sekarang."
"Puaskanlah dirimu ... kau tidak mungkin melihat hantu secantik aku." jawaban Hye Ju sontak membuat Jae Hyuk mendekatkan wajah keduanya memandang Hye Ju dengan lekat dan dalam sampai keduanya terlihat canggung dan Jae Hyuk menyentil kening gadis itu membuatnya mengumpat tanpa ia sadari.
Hening lagi, tak ada siapapun yang berbicara atau suara klakson mobil yang memekakkan telinga bahkan suara teriakan sahabatnya, hanya ada Jae Hyuk dan Hye Ju yang menikmati matahari yang mulai jingga bersama suara hembusan angin di atas pohon ginko yang ada disana.
Berapa lama waktu yang ia miliki bersama pria ini? Hidupnya masih sangat panjang dan ia sudah tidak ingin kehilangan, ceritanya bersama Jae Hyuk pun baru saja di mulai. Hye Ju hanya takut akan ada satu hal yang membuatnya tidak bersama lagi dengan Jae Hyuk dan menjadikan hari ini bagian dari kenangan.
"Aku merasa tidak adil karena kau tidak bercerita soal keluargamu sementara kau bahkan tahu bagian paling buruk dariku. Kau mau bercerita?" gadis itu menjulurkan kepalanya menatap Jae Hyuk lebih dekat dan ketika pria itu balik menatapnya Hye Ju tidak tahan, ia memalingkan wajahnya ke samping dengan gugup.
"Keluargaku? Emm ... Tidak ada yang spesial dari semuanya, ayahku adalah seorang Jaksa sementara ibuku hanya seorang ibu rumah tangga yang menyukai lukisan,"
"Ia kadang pergi ke pameran berjam-jam hanya untuk menatap benda mati tersebut." Hye Ju mendengarkan dengan tenang ia hanya ingin Jae Hyuk nyaman saat bercerita.
"Ahh ... Sebenarnya saat aku telat menjemputmu di rumah sakit itu karena pria tua itu melarangku keluar kamar." Hye Ju agak terkejut dengan apa yang baru di dengarnya, gadis itu hanya tidak tahu dan dengan jahatnya tidak bertanya pada Jae Hyuk.
"Mian ...." Ucapnya dengan wajah bersalah, Jae Hyuk tidak menjawab ia hanya tersenyum sambil mengusap rambut Hye Ju.
"Kau tahu, eomma menjadi malaikat hari itu ... Aku menceritakan tentangmu dan ia entah kenapa bangga anaknya bisa memiliki pacar." Jae Hyuk tersenyum miring seolah itu adalah hal yang memalukan.
"Ibuku wanita yang lembut, ia bahkan masih sering mengusap wajahku saat aku sudah sebesar ini," ada senyum di bibir Jae Hyuk yang bisa Hye lihat dengan samar ketika ia bercerita soal ratu di rumahnya itu.
"Sedangkan pria tua itu, kau bisa membayangkan tipikal manusia menyebalkan. Ia ayah yang keras kepala, ia seperti sudah menulis jalur hidupku dan menjadikannya acuan bagaimana aku harus bertindak. Menyesakkan!"
"Meski begitu dia tetap ayahku." Jae Hyuk membubuhkan senyum di akhir ceritanya.
"Kau hanya perlu tahu yang di lakukannya adalah untuk masa depanmu!" ucap Hye Ju, Jae Hyuk menyetujuinya ia mengangguk samar.
"Kau pernah berfikir tidak, saat ayahmu tahu kau berpacaran dengan orang biasa sepertiku bagaimana reaksinya?"
"Kau mengkhawatirkan sesuatu yang terlalu jauh," Jae Hyuk tersenyum miring.
"Situasi semacam itu hanya terjadi di drama, orang tuaku akan mengajakmu bertemu kemudian memaksamu untuk meninggalkanku dengan memberi sejumlah uang," pria itu mengucapkannya dengan santai tanpa peduli Hye Ju memasang wajah khawatir.
"Yaa, kalau hal seperti itu terjadi yang harus kau lakukan adalah menerima uangnya dan tetap berpacaran denganku. Arrasseo?"
Jawaban Jae Hyuk langsung mendapat hadiah pukulan di punggungnya oleh Hye Ju wanita itu sudah serius mendengarkan namun hanya di jadikan bahan lelucon.
"Wae? Kita bisa memakai uang itu untuk membeli bingsu sepanjang musim panas atau katsu yang kau sukai di mall hari itu."
"Aigooo ... Kau memang bodoh." Hye Ju meringis melihat Jae Hyuk yang tetap tertawa.
"Yaa, aku serius ...." lanjut Jae Hyuk setelah bisa mengendalikan suaranya.
"Kau tidak boleh pergi hanya karena gertakan semacam itu, yaksok (berjanjilah)!"
"Uri yaksok hajimaseyo (kita jangan berjanji apapun), aku hanya akan mengikuti hatiku saat itu." Hye Ju tersenyum meski begitu jawaban Hye Ju dapat dipahami oleh pria itu.
"Pesankan jajjangmyeon, sepertinya makan di tempat seperti ini menyenangkan."
"Heol, kau selalu mengakhiri percakapan kita dengan makanan." sindir Jae Hyuk sementara Hye Ju hanya tertawa meski pria itu mengoceh ia tetap menelpon restoran untuk memesan makanan tersebut.
안녕 친구들 ❤️❤️ SUKA EPISODE INI? TINGGALIN LIKE SAMA VOTENYA YAA BIAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments