Jae Hyuk masih duduk di sana, bersandar pada kursi di samping tempat tidur Hye Ju. Memandangi gadis yang tengah lelap tertidur itu tanpa bosan, sesekali pria itu tersenyum. Hari sudah berganti dan matahari semakin terik sinarnya menerobos masuk melalui celah jendela yang tirainya terbuka. Perawat datang untuk memeriksa keadaan Hye Ju bergantian dengan ibunya namun gadis itu masih terlelap bahkan tidak bergerak sama sekali, Jae Hyuk memandanginya lekat takut gadis itu benar-benar tidak terbangun lagi tapi pikiran buruknya buyar ketika telunjuknya ia tempelkan di depan hidung mungil gadis itu. Jae Hyuk menarik nafas lega.
"Kau sedang apa?" Jae Hyuk tersentak gadis itu tiba-tiba saja terbangun matanya menatap heran pada pria yang dengan refleks menarik jari tangannya dari hidung Hye Ju.
"Kau belum pulang?" gadis itu bergeser membenarkan posisi tidurnya.
"Ahh.. Itu, Aku tidak mungkin membiarkanmu sendiri." Jae Hyuk menjawab dengan terbata ia masih terkejut dengan kejadian barusan seperti maling yang tertangkap basah.
"Kau juga belum makan sejak kemarin, pergilah makan sesuatu!"
"Mana mungkin aku bisa makan kalau kondisimu seperti ini?"
"Babo (bodoh) kalau kau tidak makan apa kondisiku akan membaik?" Hye Ju mendengus pelan.
"Ka (pergi)!"
"Bagaimana kau akan menjagaku jika kondisimu tidak baik??"
Jae Hyuk menarik nafas ucapan Hye Ju memang benar kemudian pergi setelah mengucapkan janji untuk segera kembali, Hye Ju tersenyum.
Gadis itu merebahkan dirinya kembali di tempat tidur, punggungnya pegal karena tidak bergerak sejak kemarin tapi ia tidak punya pilihan. Ia menatap ibunya yang masih terlelap di ranjang yang berbeda di samping kirinya dokter bilang ia akan bangun sebentar lagi jadi Hye Ju menunggu. Ia ingin menangis tapi air matanya tidak lagi menetes mungkin sudah terlalu banyak kemarin sehingga hanya menyisakan nyeri di hatinya saja. Hye Ju menggigit bibir dengan keras dan sekali lagi berharap nyeri di bibirnya dapat mengatasi apa yang ada di hatinya.
Ibunya yang selalu bekerja keras menyisakan kantung mata berwarna hitam, namun kini kantung matanya hilang tertutupi oleh lebam berwarna keunguan, tangan yang kasar dengan beberapa luka dari minyak panas tapi ibunya itu tidak pernah berkata lelah. Hye Ju tahu ibunya lebih suka hidupnya sekarang daripada tinggal bersama ayahnya dulu hingga dengan cara apapun ia terus berusaha.
Gadis itu bangkit mencoba turun dari tempat tidur dan meraih tiang infusnya, berjalan dengan kaki di seret dan merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Ia meringis sebentar, berpegang pada lutut kanannya sebelum akhirnya kembali berjalan mendekati ranjang wanita paruh baya itu. Hye Ju menggenggam tangannya yang juga di pasangi selang infus merasakan kasar di telapaknya karena pekerjaan yang ibunya lakukan.
"Eomma ...." Hye Ju mengusap rambut ibunya yang beberapa sudah berwarna putih ia tidak bisa menolak penuaan, ada luka-luka kecil di keningnya namun lebam di mata sebelah kiri tampak kontras dengan kulit pucat ibunya. Hye Ju masih dapat melihat wajah cantik ibunya meski dengan luka semacam itu.
Wanita itu bangun ia membuka matanya perlahan dengan jari tangan yang memberi sedikit respon ketika Hye Ju genggam. Gadis itu terkejut memandangi gerakan mata ibunya dengan lekat dan lagi-lagi hampir menangis.
"Tall (anakku)!" suaranya parau seperti ada kerikil di tenggorokan ibunya, mata kirinya tidak bisa terbuka namun air mata keluar dari keduanya.
"Kau baik-baik saja?" wanita itu mengusap wajah Hye Ju dan perban di pelipisnya.
"Eomma, kau harusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri!"
"Eomma gwenchanha (ibu baik-baik saja)."
"Gotjimal hajima (jangan berbohong)!" Hye Ju menangis wanita itu dapat melihat anak gadisnya menangis seperti bayi yang di tinggal pergi ibunya.
"Yaa, kau sudah besar akan memalukan jika teman-temanmu melihat kau menangis!" namun tangisan Hye Ju malah semakin keras meski begitu ia merasa lebih baik ketika ibunya sudah bangun.
"Eomma ...."
Jae Hyuk kembali setelah 30 menit, membuka pintu tanpa permisi dan mendapati gadis itu tengah menangis sambil berdiri, wanita yang terbaring disana memberi isyarat agar Jae Hyuk membiarkannya sebentar. Namun Hye Ju seperti menyadarinya, ia kemudian berbalik dan buru-buru menyusut air matanya.
"Eommoni anda sudah bangun!" wanita itu memberi tatapan heran pada Hye Ju yang langsung di sadari anak gadisnya.
"Ahh eomma dia temanku Kim Jae Hyuk, ia yang membawa kita kesini." Hye Ju menyusut air matanya lagi.
"Eomonni saya membawa bubur abalon, makanan rumah sakit biasanya tidak enak." Jae Hyuk sedikit berbisik seakan-akan ada yang bisa mendengar percakapan mereka membuat wanita itu tersenyum.
"Aigoo kau benar-benar perhatian pada orang tua ini. Aku tidak bisa berhenti mengucapkan terimakasih!" ucap wanita itu parau.
"Yaa, kau hanya membeli satu? Bagaimana denganku!"
"Kau bisa memakan apa yang di berikan rumah sakit, ahh milik ibumu juga boleh kau makan aku tahu satu saja tidak akan membuatmu kenyang!" Jae Hyuk tersenyum mengejek membuat Hye Ju tampak kesal.
"Wahh kau minta di hajar!"
"Tall!! Bersikap baiklah pada orang yang menolongmu."
"Eomma~" Hye Ju merengek membuat ibunya dan Jae Hyuk tersenyum.
Jae Hyuk merebahkan dirinya di sofa, ia sedikit mengantuk karena belum tidur namun meski ia memejamkan mata rasa senang karena gadis itu sudah baik-baik saja membuatnya sulit tidur.
"Cha (kau tidur)?" tanya Hye Ju.
"Mana mungkin, aku menunggumu tidur sejak kemarin dan saat kau bangun aku harus tidur?"
pria itu terlihat kesal namun kemudian ia menguap.
"Kita bisa bicara nanti.. kau tidak akan kehabisan waktu."
"Aku akan menghabiskannya denganmu." ucap Hye Ju lirih hampir tidak terdengar namun Jae Hyuk tersenyum tanpa berkomentar.
Hye Ju baru menyadari pakaian Jae Hyuk belum di ganti ia masih menggunakan seragam dengan noda darah yang sama seperti kemarin, rambutnya berantakan dan tampak lusuh. Tiba-tiba saja Hye Ju juga sadar bahwa pria itu selalu tampil memukau dengan segala pesonanya. Kepala Hye Ju pasti terbentur, otaknya mulai bermasalah sejak ia terus-menerus memikirkan Jae Hyuk.
Dokter kemudian datang memeriksa kondisi keduanya, Hye Ju sudah bisa pulang besok sementara ibunya harus menunggu beberapa hari lagi memastikan luka-lukanya mendapat perawatan dengan baik.
"Yaa, kau tahu minggu depan sekolah mengadakan Retreat." Min Ji sudah duduk di bangku yang sejak kemarin Jae Hyuk duduki sementara pria itu tertidur di sofa membuat kedua sahabatnya yang lain harus berdiri karena tidak memiliki tempat duduk lagi.
"Katanya tempat kali ini ada di Mokpo, ada sebuah desa yang di beri nama don't worry village."
"Hye Ju-ya kita harus membeli beberapa pakaian agar terlihat keren saat retreat."
"Mianhae Min Ji-ya aku tidak mungkin meninggalkan eomma di saat seperti ini."
"Tall, eomma sudah bosan melihatmu. Jadi pergilah bersenang-senang."
"Lagi pula minggu depan eomma pasti sudah lebih baik. Eung!" Ibunya tersenyum membuat Hye Ju juga tersenyum dan mengangguk pada Min Ji.
"Assaa (asyik)!!"
안녕 친구들 ❤️❤️ SUKA EPISODE INI? TINGGALIN LIKE SAMA VOTENYA YAA BIAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments